Di sebuah dataran tinggi sebelum bibir tanjakan Asta Tinggi, sebuah makam kuna yang masih utuh menyimpan keunikan tersendiri. Makam tersebut memiliki kubah yang keseluruhannya merupakan susunan batu bata hingga langit-langitnya.
Berdasar prasasti di nisan makam, diketahui jika jasad yang bersemayam di dalamnya ialah Ibunda Pangeran Letnan Kolonel Hamzah alias Pangeran Letnan. Sang Pangeran merupakan salah satu Putra tertua Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat, sekaligus salah satu kandidat Raja setelahnya.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!“Pangeran Letnan lahir dari garwa selir. Beberapa versi mengenai asal-usul ibunda beliau,” kata R. Aj. Rabiatul Adawiyah, salah satu keturunan Pangeran Letnan yang keenam pada Mata Madura.
Karena dari garis selir, konon Pangeran yang bernama kecil Raden Ario Hamzah ini mesti bersaing dengan saudara seayahnya, yaitu Panembahan Moh. Saleh. Meski di kemudian hari sang Pangeran yang pernah diutus dalam sebuah ekspedisi perang ke Aceh ini mengalah dan memilih mundur.
Kembali pada makam sang Ibu, keunikan lainnya terletak pada pintu kubah yang merupakan akar pohon hidup. Kubah makam memang ditumbuhi pohon besar. Pohon itu juga sekaligus menaungi kubah dan sekitar makam. Kalau dari dalam tampak akar pohon itu menyerupai urat raksasa dan meliuk-liuk seperti ular.
Lokasi makam berada sekitar 50 meter dari jalan raya. Semacam gang kecil ke arah barat, sekira 200 meter sebelum mulut tanjakan jalan Asta Tinggi. Jika di musim hujan, untuk menuju ke sana mesti hati-hati karena banyak terdapat jurang atau goa bawah tanah yang ditutupi rumput dan tanaman liar.
Menurut sumber dari keluarga Keraton yang juga masih keturunan Pangeran Letnan, tidak ada riwayat turun-temurun mengenai makam ibu sang Pangeran. Namun Pangeran yang dikenal alim dan linuih itu memang berbeda dengan para Putra Raja lainnya. Beliau bahkan berwasiat agar tidak dimakamkan di kompleks utama Asta Tinggi.
“Kalau alasan makam ibunda beliau yang juga di luar kompleks utama memang tidak ada riwayat mengenai sebabnya. Kalau alasan karena bukan isteri utama, justru banyak selir Raja yang dimakamkan di kompleks utama. Kemungkinan memang karena juga berwasiat seperti Pangeran Letnan,” jelas Rabiatul.
Di dalam kubah tersebut, tidak hanya makam ibunda Pangeran Letnan, namun ada dua makam lagi. Posisi keduanya di kanan dan kiri pasarean Ibu Pangeran Letnan. Salah satunya memiliki prasasti nisan yang diduga masih bersaudara dengan ibunda Pangeran. Sedang makam satunya tanpa keterangan.
Prihatin, Karena Tak terawat
Kawasan Asta Tinggi memiliki beberapa situs kuna yang hampir tak tersentuh perawatan dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal itu bisa dilihat dari kondisi bangunan dan makam yang mulai roboh, kotor, dan akses jalan yang begitu sulit karena dipenuhi tumbuhan liar. Tim Ngoser (Ngopi Sejarah) Sumenep, sebuah tim yang konsern dalam diskusi kecil-kecilan tentang sejarah, dan sekaligus pengumpulan data seputar sejarah awal Sumenep, mencoba napak tilas ke sekitar area cungkup unik.
“Tulisannya masih cukup jelas, yakni salah satunya ialah makam ibunda Pangeran Le’nan, atau salah satu isteri Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat,†kata R B Ja’far Shadiq, salah satu anggota Tim Ngoser setelah membaca tulisan pada batu nisan pada majalah ini.
Sedang kubah lain yang berhasil diidentifikasi ialah kubah di sebelah barat kubah ibunda Pangeran Le’nan itu. Dari batu nisan diketahui bahwa yang bersemayam di dalamnya ialah jasad Kiai Raksa Jaya dan isteri beliau. “Di nisan Nyai Raksa Jaya yang masih cukup jelas tulisannya diketahui beliau wafat pada hari Jumat tanggal 30 Rabiul Akhir tahun Wawu, dan ada angka 1217,†kata Imam Alfarisi, salah satu anggota Tim Ngoser lainnya.
Menurut R B Hairil Anwar, yang juga anggota tim, lokasi tersebut memang bisa dikatakan kompleks pemakaman khusus sesuai klasifikasi yang berlaku di masa keraton. Beberapa lambang dan simbol yang melekat pada kubah memang menarik untuk diteliti dan dikaji lebih jauh. “ Seperti jumlah batu-batu bulat yang bisa menjadi petunjuk dasar penentu status seseorang,†katanya.
Batu-batu bulat itu menurut Hairil merupakan ragam pola globe (simbolisasi bumi) yang biasanya jumlahnya ganjil. “Biasanya, makin banyak jumlahnya, makin tinggi kedudukannya,†tambahnya.
Di samping itu juga ada beberapa lambang yang menurut Hairil semacam ornamentasi kalamakara yang distilir atau disamarkan. “Saya sebatas curiga saja mengenai lambang itu. Kalau benar, bangunan yang menggunakan lambang ini umumnya adalah bangunan suci,†katanya lebih lanjut.
Sementara di sebelah utara kedua kubah itu juga masih terdapat sekitar 2 atau 3 kubah lagi. Namun akses masuknya lebih sulit lagi, sehingga tidak memungkinkan untuk diterobos tanpa dibersihkan dulu. Sehingga Tim yang digawangi Ja’far Shadiq, M. Farhan Muzammily, Hairil Anwar, dan Imam Alfarisi itu berencana untuk melanjutkannya pada Ahad (08/06) mendatang.
“Mungkin akan melibatkan beberapa pihak yang peduli. Karena ini situs sejarah yang harus dijaga bersama. Diharapkan juga dukungan dari pihak yang berkompeten, termasuk pemerintah daerah pada khususnya,†kata M. Farhan, anggota tim lainnya.
Menurut Ja’far Shadiq dari hasil share Tim Ngoser melalui medsos, banyak respon positif berupa dukungan dan kerelaan ikut bergabung dalam agenda hari Ahad itu. “Bahkan tak hanya dari Sumenep, dari luar daerah banyak yang menyatakan kesediaan dengan suka rela membantu baik berupa dana maupun tenaga. insya Allah Ahad pukul 09.00 WIB, kita langsung kumpul di lokasi. Diharapkan membawa peralatan dan mamin sendiri,†ungkapnya.
Terpisah, Kepala Asta Tinggi, RB. Ruska menyambut positif rencana tersebut. “Kami dukung penuh, dan siap membantu agenda ini,†tegasnya.
Dimotori Tim Ngoser, Bakti Situs Ibu Pangeran Le’nan Sedot Beberapa Komunitas
Ahad (08/09), Bakti situs benar-benar terlaksana. Bakti situs pasarean Ibu Pangeran Le’nan, yang dimotori oleh Tim Ngoser (Ngopi Sejarah) Sumenep itu juga berjalan lancar. Agenda non formal yang digagas oleh komunitas kecil yang concern dalam diskusi ringan mengenai sejarah Sumenep itu bahkan menarik beberapa komunitas pemerhati sejarah dan para ahli waris keturunan Pangeran Le’nan untuk ikut dalam kegiatan bersih-bersih di area situs. Dua komunitas yang suka rela ikut dalam bakti situs itu ialah Songennep Tempo Doeloe, dan Fotografi Wonderful Madura.
“Awal bergabungnya mereka itu saat Ngoser mengshare gambar makam Ibu Pangeran Le’nan, dan soal rencana bakti situs itu,†kata Ja’far Shadiq kala itu.
Bakti situs yang digelar kemarin meliputi bersih-bersih di dalam kubah Ibu Pangeran Le’nan, dan sekaligus jalan setapak menuju kubah yang dipenuhi tumbuhan liar serta dedaunan. Kegiatan yang dimulai sekira pukul 07.00 WIB itu berakhir hingga pukul 12.00 WIB.
Salah satu anggota keluarga keturunan Pangeran Le’nan yang juga ikut hadir dalam bakti situs itu mengaku bahwa sebelum adanya temuan dan inisiatif Tim Ngoser tidak satupun yang tahu mengenai keberadaan makam Ibu Pangeran Le’nan. “Sesepuh yang masih ada saat ini juga baru tahu,†katanya.
Penemuan makam ibu Pangeran Le’nan sebenarnya sudah sejak awal tahun 2016 lalu. Berawal dari info salah satu warga Kebunagung yang suka tirakat di cungkup berpintukan akar pohon besar itu. Info awal, dari hasil bisikan gaib, di situ adalah makam ibu Sultan Abdurrahman, namun setelah dicek ke lokasi oleh salah satu anggota Tim Ngoser, berdasar keterangan batu nisan diketahui jika itu adalah pasarean ibu Pangeran Le’nan, atau salah satu isteri Sultan Abdurrahman.
Nah, seperti disebut di muka, Rabu (04/07) kemarin Tim Ngoser melakukan survey bersama. “Melihat keadaan yang memprihatinkan itu, Ngoser tergerak untuk membersihkan cukup berempat saja dengan mencari jasa tukang pembersih rumput atau semacamnya. Namun rencana itu berubah, justru banyak yang kemudian ikhlas membantu,†kata Ja’far.
Berlanjut Pada Babak Kedua
Agenda bakti situs makam ibunda Pangeran Le’nan tidak berhenti di Ahad (08/07) kemarin. Jumat (13/07), babak kedua bakti situs digelar lagi. Kali ini diprakarsai oleh anak-cucu atau ahli waris Pangeran Le’nan, khususnya di kampung Masegit Laju, Kelurahan Kepanjin. Sekitar 15 orang yang secara sukarela melanjutkan agenda yang berupa bersih-bersih area makam yang sebelumnya dipenuhi rumput liar dan dedaunan itu.
“Alhamdulillah, para famili khususnya keturunan Pangeran Le’nan, lebih banyak lagi yang hadir dibanding bakti situs pertama,” kata Hairil Anwar, salah satu yang hadir dalam bakti situs kedua tersebut.
Untuk selanjutnya, menurut Hairil, para ahli waris akan melakukan koordinasi, khususnya dengan pihak penjaga Asta Tinggi, terkait dengan pengelolaan dan perawatan situs tersebut. “Nanti sesepuh yang akan koordinasi, ” kata salah satu anggota Tim Ngoser (Ngopi Sejarah) Sumenep ini.
Terpisah, Kepala Asta Tinggi, R B Ruska mengatakan, bahwa sejak beberapa tahun lalu, area Banasokon, yang termasuk di dalamnya ialah lokasi situs Ibu Pangeran Le’nan itu sudah masuk kawasan Asta Barat yang tersendiri penjagaannya. Asta Barat merupakan sebutan bagi kawasan makam Pangeran Le’nan, salah satu putra Sultan Abdurrahman yang terkenal. “Kami dan Yapasti (Yayasan Penjaga Asta Tinggi) tetap mendukung agenda pelestarian sejarah ini, namun perlu rembuk bersama, khawatir ada pihak yang tersinggung jika langsung ditangani penjaga Asta Tinggi, ” katanya.
R M Farhan, Mata Madura