Pasien Positif Covid-19 di Surabaya Tembus 2.300 Kasus, Tingkat Kesembuhan Paling Rendah

×

Pasien Positif Covid-19 di Surabaya Tembus 2.300 Kasus, Tingkat Kesembuhan Paling Rendah

Sebarkan artikel ini
Positif Covid-19 di Surabaya
Ilustrasi angka Covid-19 naik. (Pixabay/iXimus/Rafiqi/MataMadura)

matamaduranews.comSURABAYA-Jumlah pasien positif Covid-19 di Surabaya hingga Jumat (29/05/2020) lalu tembus di angka 2.300 kasus.

Sementara, recovery rate atau tingkat kesembuhan positif Covid-19 di Kota Buaya itu juga terendah di antara kota besar lain di Indonesia.

Maka tak heran jika Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta Wali Kota Surabaya, Risma untuk saling sinergi guna menekan angka positif Covid-19 di wilayahnya.

Recovery rate alias tingkat kesembuhan positif Corona (Covid-19) di Surabaya terendah di antara kota-kota besar lain di Indonesia,” kata Khofifah di Gedung Grahadi, Jumat (29/05/2020) dikutip dari Media Indonesia.

Parahnya, angka asien positif di Surabaya yang sudah mencapai 23.00 kasus itu terus naik. Pada Jumat (29/05) lalu ditemukan kembali sebanyak 84 penambahan kasus baru.

Hingga Kamis (28/05), kasus korban meninggal di Surabaya sudah tembus 202 kasus atau setara dengan 8,78 persen. Sementara yang sembuh baru 199 orang atau jika dipersentase baru di angka 8,65 persen.

“Penyebabnya, recovery rate atau tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Kota Surabaya yang rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat kematiannya yang cenderung lebih tinggi,” demikian dilaporkan Media Indonesia.

Menurut Khofifah, grafik tersebut harus dijadikan catatan bersama bahwa meskipun berbagai ikhtiar sudah dilakukan, tenaga kesehatan dan gugus tugas sudah bekerja luar biasa, faktanya recovery rate Surabaya masih terendah.

“Ini recovery rate dari kota-kota besar yang ada di Indonesia. Tertinggi Kota Semarang dan Kota Surabaya terendah,” Gubernur Jatim itu mengingatkan.

Karena itu, Khofifah meminta Pemerintah Kota Surabaya untuk bergerak seperti Kota Semarang dalam melakukan penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19.

Semua maksimalisasi yang sudah dilakukan, terutama oleh tim tenaga kesehatan, harus diikuti oleh kedisiplinan yang kuat dan kontinue oleh seluruh lapisan masyarakat.

Apalagi, menurut dia vaksin untuk menyembuhkan Covid-19 belum ditemukan. “Jadi, vaksinnya adalah kedisiplinan itu sendiri, kepatuhan terhadap protokol itu sendiri,” tegas Khofifah.

Rafiqi, Mata Madura

KPU Bangkalan