Catatan

Pengalaman Meliput Erupsi Gunung Semeru

×

Pengalaman Meliput Erupsi Gunung Semeru

Sebarkan artikel ini
Erupsi Gunung Semeru
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi korban erupsi.

Oleh: FIM (Ferry Is Mirza)

matamaduranews.com: Gunung Semeru kembali mengeluarkan awan panas atau erupsi Sabtu 4/12/21 kemarin siang.

27 tahun lalu atau pada tahun 1994, penulis waktu itu usia 38 tahun mendapat tugas dari Jawa Pos (JP) untuk meliput dan terjun langsung saat gunung berapi di Kabupaten Lumajang itu menumpahkan lava panas dan lahar dingin.

Bagaimana kisahnya? Berikut catatannya:

Siang itu penulis baru saja memasuki lobby ruang redaksi JP yang baru di Karah Agung. “Lha ini FIM (panggilan akrab penulis inisial dari nama panjang Ferry Is Mirza), ayo sini ikut rapat,” ujar Wapimred JP almarhum Mohammad Siradj disaksikan Bu Oemi legenda sekertaris redaksi JP yang duduk di mejanya tak jauh dari ruang rapat redaksi.

Di dalam ruang rapat itu sudah ada Pak Bos DIS, Bu Nani Wijaya, Pak MG (Margiono), alm Pak Hin (Solihin Hidayat) dan Mas Abror, Mas Santoso Bondet serta Mas Linggar juga Mas Didik Pujiyuwono.

“Mas FIM ini punya brevet jumping dan suka hiking pas sekali untuk meliput gunung Semeru yang meletus siang hari ini. Anda bisa ajak Rukin (alm Rukin Firda) dan DM (Didik Mahyuddin atau Didik Daim) serta Yuyung (fotografer alm Yuyung Abdi). Supaya, liputannya lengkap, tidak kalah dengan media lain,” usul alm Pak Hin disetujui yang lain.

Saya lalu menjawab, bila media lain menurunkan tim silakan. “Kalau, Surabaya Post, Surya, Kompas, bisa bikin tiga engel berita plus foto, saya sendirian juga sanggup,” tegas saya.

“Ya wis Mas FIM, budal saiki yo,” sambung Pak MG. “Siaaap, sekarang berangkat,” tukas saya seraya pamit dan keluar dari ruang rapat redaksi.

Singkat kisah, setelah dari Bu Oemi minta uang sangu operasional, penulis langsung menuju terminal Bungurasih naik bis AKAS ke Lumajang. Waktu itu terminal bis masih di kawasan pasar kota Lumajang. Penulis langsung ke Jln Suwandak, rumah mertua. Kebetulan mertua almarhun Mayor pol H Wiro Utomo Ketua Pepabri Lumajang dan dinas di Mapolres Lumajang.

Setelah bertemu almarhum bapak mertua dan diberi arahan, penulis dipinjami motor Vespa. Dengan R2 buatan Italia itu penulis langsung ke Desa Sumbersari Candipuro, poin utama mendekati Besuk (dam) Kobokan.

Nah, di kawasan Besuk Kobokan tepatnya di Balai Desa Sumbersari itu awal penulis bertemu Camat Candipuro Abd Hakim (Utji) adik dari H Ridwan ‘Tatok’ Hisyam tetangga rumah di Perak Timur. Selain itu penulis mengenal sejawat jurnalis antara lain almarhum Imam Masrur, Gandi Waseso (Surya), Suharyo AP, Suyono HS, Essa Gani (Surabaya Post), Syamsul Hadi, Lastri dan Fandri (Kompas), Toha (majalah Forum) Kaiyis (majalah Gatra), Sukotjo (Memorandum).

Para sejawat itu pada heran, JP kok hanya penulis saja yang meliput.

Pendek kata, setiap hari berita JP dan foto liputan erupsi Semeru waktu itu tak kalah dengan beritanya Surabaya Post, Kompas, Surya dan media lainnya.

Semisal, ketika 7 korban meninggal yang ditemukan tertimbun abu vulkanis di daerah dusun Sumbersari. Penulis bisa menyajikan liputan secara lengkap dan ada fotonya. Padahal, para sejawat mengira JP bakal tertinggal beritanya. Karena tak melihat penulis. Ya, penulis selalu single fighter turun ke lokasi. Tidak pernah bareng bareng. Ini untuk membedakan hasil liputan yang menjadi berita buat pembaca JP.

Yang paling mengesankan sebulan setelah erupsi. Semeru memuntahkan lahar dingin. Bertepatan musim hujan (seperti saat ini) pas awal bulan puasa.

Ketika itu setelah Tutut Soeharto Mensos era Kabinet Pembangunan dan KASAD R Hartono melakukan kunker dan membagi bansos ke warga di Kecamatan Candipuro, terbetik kabar ada wartawan asal Jakarta yang hanyut terbawa lahar dingin di Besuk Kobokan.

Karuan saja, peristiwa itu jadi bahan liputan bagi semua media. Karena, sudah sebulan pasca erupsi dan status Semeru sudah turun di level biasa, penulis pulang ke Malang.

Tentu saja, sahabat sejawat jurnalis yang ada di Lumajang mengira JP bakal kebobolan berita hanyutnya wartawan asal ibukota itu.

Saat penulis sedang sholat tarawih pada awal rakaat di masjid Ramadhan di perumahan Griyasanta, radio pager berbunyi –HP kala itu masih esklusif, hanya ada merek Motorolla dan Erricson– setelah penulis baca isinya pager dari almarhum Pak Sirajd memberitahu ada kabar wartawan asal Jakarta tewas terbawa lahar dingin Semeru.

Penulis langsung ke kantor Biro JP di Jln Arjuno 23. Teman di redaksi JP Biro Malang waktu itu masih bekerja di depan komputernya. Ada, Abu Muslich (Kabiro), Pd (Prija Djatmika, kini gubes FH Unibraw), Wir (Widodo Irianto), Pur (Agur Pur) Kh (alm Khariri), Bs (Budi Sujarwo).

Sambil menunggu komputer kosong, penulis menghubungi sumber konfirmasi perihal kabar wartawan yang tewas tergerus lahar dingin Semeru. Pertama penulis kontak Bupati Lumajang almarhum Kol Purn Tarmin Hariadi. Oleh almarhum Pak Tarmin penulis diminta menghubungi almarhum R Rahman, Sekda selaku Ketua Satgas Penanganan Bencana Gunung Semeru. “Betul, jenazahnya sudah di RSUD Narariya Kirana,” jawabnya disambungan telpon SLJJ sekira pukul 19.30 WIB.

“Ya Mas Ferry, jasadnya sudah dikamar jenazah. Menunggu keluarganya dari Jakarta mengambil,” tutur Dr Selamet Yuwono Direktur RSUD Narariya Kirana yang juga pernah jadi Dirut RS Dr Sutomo Surabaya dan terakhir menjabat Dirjen Kemenkes RI.

Untuk mendapat data valid korban, penulis mengontak Kapolres Lumajang Letkol Pol J Papalangi. “Nama korban Prosper Lumban Toruan, mahasiswa Stikom Jakarta, alamatnya Jln Lenteng Agung 32D,” rinci almarhum Papalangi terakhir berpangkat Brigjen menjabat Wadankoprs Brimob Kelapa Dua.

Dari hasil itu, penulis mengontak Wapimred JP alm Mohammad Siradj berita sudah terkirim lewat modem. Besoknya seusai sahur penulis kembali ke Lumajang. Di terminal bis Probolinggo paginya, berita tewasnya Prosper ada di opening halaman 16 JP. Itulah berita hasil liputan jarak jauh berdasar data dan fakta. Sekarang di JP disebut JPNN (Jawa Pos Network News).

Sehari kemudian, sejawat jurnalis di Lumajang dan Jember, terkaget-kaget, karena saya membuat berita lanjutan (running news berupa feuters) lengkap ada foto Prosper semasa hidup sedang di pantai Kuta, Bali.

*Erupsi Semeru dari tahun ke tahun*

Menurut catatan penulis dari berbagai narsum, dalam setahun ini, gunung yang memiliki puncak Mahameru yang legendaris itu sebelumnya telah dua kali erupsi. Yakni di bulan Februari, tepatnya 2/2/2021 dan sebelumnya, 16 Januari 2021 lalu.

Bicara soal erupsi Semeru, sejarah letusannya dari tahun ke tahun seperti apa, ya?

Perlu diketahui, Gunung Semeru yang memiliki ketinggian sekitar 3676 Mdpl ini menjadi salah satu destinasi pendakian terfavorit karena memang menawarkan view dan spot-spot yang menawan.

Terlebih lagi setelah gunung ini menjadi latar tempat dalam pembuatan film “5 cm” yang dibintangi oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali, Raline Shah, Fedi Nuril, Saykoji dan Denny Sumargo.

Sejak saat itu, pendakian Gunung Semeru pun semakin booming. Banyak pendaki yang berlomba-lomba ingin mendaki dan menaklukan Mahameru, puncak dari Gunung Semeru.

Namun sejak pandemi awal 2020 dan terjadi erupsi beberapa waktu lalu, gunung ini ditutup sementara hingga Maret 2021. Bicara soal erupsi, gunung Semeru ini memiliki sejarah letusan yang panjang.

Berikut ini sejarah letusan Gunung Semeru dari tahun ke tahun yang jadi dokumen catatan penulis.

*Letusan Pertama 1818*

Gunung tipe strato ini tercatat mengalami letusan pertama sekitar 2 abad lalu, tepatnya 8 November 1818.

Letusan berikutnya di 1800-an terjadi pada 1829, 1830, 1832, 1836, 1838, 1842, 1844, 1845, 1848, 1851, 1856, 1857, 1860, 1864, 1867, 1872, 1877, dan 1878.

Gunung Semeru kembali meletus pada 1884 dan terus mengalami letusan hingga 1899.

*Letusan Pada Tahun 1900-an*

Pada 1900, Gunung Semeru kembali meletus secara berurutan dari tahun ke hingga 1913. Kemudian kembali meletus pada 1941-1942, 1945, 1946, 1947, dan 1950.

Kembali meletus lagi secara berurutan dari 1951 hingga 1961 dan 1963. Letusan beruntun kembali terjadi dari dari 1967 hingga 1969 dan 1972 hingga 1990. Lalu disusul letusan pada 1992 dan 1994.

*Letusan 1994*

ini terbilang mengerikan karena memakan korban jiwa sebanyak 7 orang serta orang hanyut terbawa oleh lahar. Seperti yang penulis kisahkan diawal tulisan ini di atas.

Gunung Semeru kembali tercatat mengeluarkan awan panas dan guguran lava pada 2020.

Kemudian disusul letusan beruntun pada 2004 hingga 2005 dan tahun 2007 hingga 2011 serta 2016. Pada 2018 dan 2019. Terkini, Sabtu (4/12) kemarin kembali terjadi letusan.

*Letusan Tahun 2020*

Erupsi Gunung Semeru kembali terjadi pada 2020. Tepatnya di bulan November, Desember dan pertengahan Januari lalu. Gunung Semeru mengeluarkan awan panas dan guguran lava. Tidak ada korban jiwa dalam letusan pada tahun tersebut.

Sampai sekarang ini, Gunung Semeru masih berada dalam status Level Waspada. Penutupan untuk umum pun masih dilakukan hingga kondisi gunung tidak lagi membahayakan.

Nah, itulah sejarah letusan Gunung Semeru dari tahun ke tahun. Buat yang ingin mendaki ke Gunung Semeru, sabar dulu ya karena penutupan diperpanjang hingga aman. (kempalan)

KPU Bangkalan
Tanah Kas Desa
Hankam

matamaduranews.com-WINANTO bertanya lokasi TKD ber-Letter C yang ramai…