Mengenal Jejak Kebangkitan Islam di Benua Eropa (2)
MataMaduraNews.com-Islam di Spanyol (Eropa) melahirkan sejumlah pemikir muslim yang memacu kebangkitan http://MataMaduraNews.comperadaban Islam. Salah satu karya pemikir Islam Spanyol yang masih menjadi referensi tata bahasa Arab adalah kitab Alfiyah. Sebuah kitab gramatikal Arab yang menjadi pelajaran inti sejumlah pesantren Indonesia.Nama pengarang kitab Alfiyah atau lebih lengkapnya Al-Khulashah al-Alfiyyah adalah Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay, lahir di Jayyan (Jaén) (w. 672 H /22 Februari 1274 M).
Pada saat itu, penduduk Jayyan sangat cinta ilmu. Mereka berpacu dalam menempuh pendidikan dan mengarang buku-buku ilmiah.
Pada masa kecil, Ibnu Malik menuntut ilmu di daerahnya, terutama belajar pada Syaikh Al-Syalaubini (w. 645 H). Setelah menginjak dewasa, ia berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji, dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus.
Di Negeri Syam Ibnu Malik belajar ilmu dari sejumlah ulama setempat, antara lan: Al-Sakhawi (w. 643 H) dan Syaikh Ibnu Ya’isy al-Halaby (w. 643 H).
Di kawasan dua kota itu, nama Ibn Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena kecerdasan dan pemikiran yang jernih. Beliau banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu. Teori nahwiyahnya banyak diikuti oleh sejumlah muridnya, seperti Imam Al-Nawawi, Ibn al-Athar, Al-Mizzi, Al-Dzahabi, Al-Shairafi, dan Qadli al-Qudlat Ibn Jama’ah.
Dalam menguatkan teorinya, Ibnu Malik senantiasa mengambil saksi (syahid) dari teks-teks Al-Qur’an. Kalau tidak didapatkan, ia menyajikan teks Al-Hadits. Kalau tidak didapatkan lagi, ia mengambil saksi dari sya’ir-sya’ir sastrawan Arab kenamaan.
Kitab Nahwu Sharraf Alfiyyah Ibnu Malik berisi seribu bait dan berirama Bahar Rojaz. Isinya membahas kaidah-kaidah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharraf berbentuk nadzham (syair puitis) atau berbentuk natsar (prosa).
Sehingga, banyak yang menyimpulkan, model karangan tata bahasa Ibnu Malik lebih baik dan lebih indah dari pada tokoh-tokoh pendahulunya.
Al-Sayuthi dalam kitab, Bughyat al-Wu’at menyebut, sejumlah ulama banyak menghimpun karangan Ibnu Malik dalam bentuk nadzham.
Di antara karangan para ulama itu adalah Nadzham al-Kafiyah asy-Syafiyah yang terdiri dari 2757 bait. Kitab ini menyajikan semua informasi tentang Ilmu Nahwu dan Sharraf yang diikuti dengan komentar (syarah). Kemudian kitab ini diringkas menjadi seribu bait, yang terkenal dengan nama Alfiyyah Ibnu Malik. Kitab ini bisa disebut Al-Khulashah (ringkasan) karena isinya mengutip inti uraian dari Al-Kafiyah. Dan juga disebut Alfiyah (ribuan) karena bait syairnya terdiri dari seribu baris. Kitabnya terdiri dari delapan puluh (80) bab, dan setiap bab diisi oleh beberapa bait.
Metode Kitab Alfiyah cukup memberi kemudahan bagi yang ingin belajar bahasa Arab. Dengan lafadz yang ringkas tapi bisa menjabarkan secara detail. Dalam pengantar pada Bait ke 999, Ibnu Malik berkata,“Aku rasa sudah cukup dalam merangkai kitab nadzam ini, sebagai kitab yang luas pengertiannya dan mencakup semuanyaâ€.
Kelebihan mengkaji Ilmu Nahwu-Sharraf khususnya Alfiyah dibanding ilmu fiqh dan lainnya adalah ketetapan qaidahnya. Qaidah Nahwu-Sharraf merupakan ilmu yang paten/pasti tidak akan pernah berubah ila akhirizzaman. Sedangkan dalam ilmu fiqh akan selalu terus berkembang mengikuti zaman, seiring muncul dan berkembangnya suatu masalah. Begitu banyak orang yang cenderung mengkaji Alfiyyah, hingga Ibnu Malik sebagai pengarang dinobatkan sebagai Taj ‘ulama an-Nuhaat (Mahkota Ilmu Nahwu).
Kitab Alfiyyah diringkas dari Kitab Al-Kafiyah As-Syafiyah sebagai kitab yang membahas panjang lebar tentang Ilmu Nahwu. Sebagaimana beliau berkata pada Bait ke 1000:
“Telah terbilang cukup kitab Khalashah ini sebagai ringkasan dari Al-Kafiyah, sebagai kitab yang kaya tanpa kekuranganâ€.
*) diolah dari berbagai sumber
bersambung…