matamaduranews.com-SUATU malam. Saya bertemu dengan Sekretaris DPC PKB Sumenep, Dul Siam. Di sebelahnya ada Ketua DPC Hanura Sumenep, Ramzi. Juga ada H Latif, pengurus DPC PPP Sumenep.
Mereka bertiga sengaja saya tanya soal potensi Pileg DPRD Sumenep 2024. “Saya di urutan ke 5 dalam survei. Surveinya tiap pagi dikirim,” ucap H Latif sambil tersenyum.
Saya tanya ke Dul Siam soal kursi Ketua DPRD Sumenep. Apakah masih bisa dimiliki PKB? “Hasil survei PKB masih unggul,” jawabnya singkat. Ditanya nama Dul Siam digadang calon ketua DPRD. Dia hanya tersenyum. “Semua caleg terpilih PKB berpotensi jadi ketua DPRD Sumenep,” kata Dul Siam menambahkan.
Dul Siam politisi PKB asal Sapeken. Sejak 2009 sudah menjabat anggota DPRD Sumenep. Terbilang senior di antara anggota FPKB yang ada. Kecuali K Sami’oeddin, selain dari usia juga pernah jadi anggota DPRD Sumenep tahun 1998. Hanya off dan baru terpilih di Pileg 2019.
Ramzi tak banyak memberi komentar. Dia ngerti kalau partainya tergolong gurem. Tapi dia lagi mempersiapkan diri untuk dapat kursi Hanura jadi fraksi sendiri di DPRD Sumenep. Makanya dia minta jangan dulu banyak diekspose soal teknik pemenangannya.
Dul Siam tak banyak memberi jawaban ketika disodorin teknik pemenangan PDI-P untuk merebut kursi Ketua DPRD Sumenep. Dul Siam hanya bilang,” lihat saja nanti. Semua kekuatan PKB akan dikerahkan untuk pemenangan Pileg. Dapil yang dapat dua kursi, seperti Dapil 3 masih berpotensi besar terwujud,” ucap Dul Siam.
Emang lawan PKB bukan PDI-P. Tapi itu dulu, pasca reformasi. Pileg 1999, PKB Sumenep manyapu kursi mayoritas di gedung DPRD. Meraih 25 kursi dari 40 kursi yang tersedia. 5 kursi jatah Fraksi TNI-Polri.
Pileg 2004, raihan suara PKB turun jadi 20 kursi. Pileg 2009, PKB raih 11 kursi.
Pileg 2014, PKB terjun bebas di 7 kursi parlemen. Dan di Pileg 2019, PKB beranjak raih 10 kursi dari 50 kursi yang diperebutkan.
PDI-P pernah menempati posisi wakil ketua DPRD Sumenep hasil Pileg 1999, PDI-P raih 5 kursi. Saat Pileg 2004, raih 3 kursi. Pileg 2009 hingga 2014, PDI P raih 6 kursi. Hasil pileg 2019, raih 5 kursi.
Pileg 2024, PDI-P menarget 12 kursi. PKB menarget 16 kursi, minimal bertahan di 10 kursi. Hanya PKB dan PDI-P yang terang-terangan pasang target jumbo.
Teknik pemenangan PDI-P Sumenep untuk Pileg 2024 terbilang senyap di permukaan. Tapi terang benderang dalam gerakannya. Meski saya tak dapat bocoran, deteksi getarannya sangat terasa.
Sebaliknya, getaran gerakan PKB tak terasa. Tapi gaungnya menyeruak. Maklum PKB partai basis. Bergerak sedikit langsung heboh. Getarannya nyaris tak dirasakan banyak orang.
Itu versi tool deteksi yang dimiliki seseorang yang diketahui penulis. Bisa jadi tool deteksi politik itu salah menurut tool deteksi politik yang dimiliki DPC PKB Sumenep.
Mendeteksi gerakan politik di era politik pragmatis liberal saat ini sebenarnya mudah. Banyak yang awam bisa ngerti. Asal berpikir objektif. Makna objektif di sini, berpikir tanpa embel-embel kepentingan. Bebas kepentingan bisa berpikir jernih. Hasilnya objektif. Meski objektif itu masih relatif. Karena dalam ilmu sosial tak ada kebenaran absolut.
Deteksi politik bisa menggunakan indikator geografi dan figur politik. Dua objek itu bisa mengetahui peta kekuatannya. Untuk lebih jauh bisa dibreakdown dari dua variabel. Pertama imbas (saluran) politik. Sejauh mana sel-sel politik (geografi dan figur) itu tersebar. Kedua, imunitas politik. Sejauhmana kekebalan politik bertahan dari gempuran kompetitor.
Imunitas politik ada yang memaknai cost politik. Sejauh mana kemampuan cost politik itu bisa menerjang gempuran kompetitor.
Saluran dan cost politik sudah dikantongi oleh PDI-P. Meski bergerak senyap. Getarannya sudah terasa. Tak perlu dipanasin mesinnya. Tinggal starter pada saatnya.
Yang PKB? Saluran politiknya over load. Maklum, PKB sejak awal sudah menjadi partai basis. Artinya basis pemilih PKB seabrek. Setiap 10 orang kalau ditanya, 8 orang pasti menjawab warga NU. Yang katanya, saluran politik NU hanya ke PKB.
Bagaimana dengan Imunitas politik-nya?
Biar anda menjawab.