matamaduranews.com-Lima tenaga kesahatan (Nakes) Bangkalan meninggal dunia setelah terkonfirmasi virus covid-19 varian baru. Padahal, kelima Nakes itu telah menjalani vaksin Sinovac selama dua kali.
Berdasarkan data Tim Mitigasi IDI — laporan dari organisasi profesi kedokteran — terdapat 949 tenaga kesehatan (Nakes) yang wafat akibat Covid-19 selama pandemi.
Rinciannya, sejak Maret 2020 hingga 26 Juni 2021, yaitu 401 dokter umum dan spesialis, 43 dokter gigi, 315 perawat, 150 bidan, 15 apoteker, dan 25 tenaga laboratorium medik.
Kemudian, terdapat hampir seribu tenaga kesehatan yang sedang menjalani isolasi mandiri hingga perawatan intensif.
Untuk dokter sendiri, setelah program vaksinasi dilakukan, terdapat 88 dokter yang meninggal.
Detailnya, 20 dokter telah menerima vaksin (10 orang dari Februari 2021-Mei 2021, dan 10 orang pada Juni 2021), 35 dokter belum divaksin, dan 33 dokter mash dalam konfirmasi.
Menurut data PPNI, terdapat 28 perawat meninggal akibat Covid pascaliburan Lebaran Mei tahun ini hingga 26 Juni lalu. Dari jumlah tersebut, 10 perawat telah menerima vaksin, 17 belum divaksin karena komorbid, dan satu masih dalam konfirmasi.
Berdasarkan data hingga (Senin 28/06), terjadi penambahan kasus lebih dari 20 ribu sehingga total hingga kini terdapat lebih dari 2,1 juta konfirmasi positif di Indonesia dengan lebih 1,85 juta sembuh.
Sementara itu, jumlah meninggal meningkat 423 sehingga total 57,561 orang.
Kini, pemerintah berencana melakukan vaksin ketiga untuk para Nakes. Dengan tujuan, menjaga imunitas dalam tubuh menghadapi virus varian baru.
Epidemiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, hal yang perlu dilakukan terlabih dahulu adalah penelitian untuk melihat sumber virus yang menyerang nakes.
Jika berasal dari varian baru, seperti Delta, maka tidak akan ada gunanya jika dilakukan vaksinasi dosis ketiga.
“Meski sudah dapat dua dosis vaksin. Saya curiga ini karena varian baru, contoh mungkin varian Delta dari India yang memiliki daya tular tinggi dan kemampuan menghindari antibodi,” kata Windhu, seperti dikutip indonesiabbc.com.
Seorang dokter spesialis paru-paru di Jakarta, yang tidak bersedia disebutkan namanya, menceritakan bahwa vaksin Sinovac yang diterimanya bulan lalu tidak berdampak pada peningkatan antibodi dalam tubuhnya.
“Saya sudah divaksin Sinovac dua kali bulan lalu. Antibodi saya reaktif dengan hasil 1.61 u/ml. Tidak berdampak apa-apa. Vaksin ini tidak membentuk antibodi dalam tubuh saya,” katanya kepada BBC News Indonesia.
Ia mengatakan, hasil reaktif kemungkinan disebabkan dua hal, satu karena dibentuk oleh antibodi saat ia terpapar Covid beberapa waktu lalu atau efek kecil dari vaksin.
“Tapi antibodi itu seperti tidak ada karena kecil sekali. Teman saya hasilnya ada yang 200 dan saya hanya 1.61,” katanya.
Hasil tersebut ia dapat setelah melakukan uji imuno serologi anti SARS-CoV-2 Kuantitatif di laboratorium beberapa waktu lalu.
Menurutnya, nilai batas konsenterasi untuk plasma konvalesen adalah 132u/ml.
Hingga kini, ia masih terus berpraktik dan bekerja melayani pasien Covid-19 dan penyakit paru-paru lainnya.
Dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Faisal Yunus, mengatakan terdapat tiga kemungkinan mengapa tenaga kesehatan yang telah mendapatkan vaksin namun tetap meninggal akibat Covid-19. Kemungkinan pertama, nakes tersebut terkena virus sebelum atau saat proses vaksinasi sehingga vaksin belum membentuk antibodi. “Vaksin pertama itu belum punya daya tahan antibodi. Itu baru mengkondisikan atau mempersiapkan antibodi. Vaksin kedua baru mulai memproduksi antibodi dan hasil maksimal itu setelah satu bulan,” kata Faisal. Kedua, adalah pengaruh varian baru di mana vaksin dibuat untuk melawan varian lama sehingga ada kemungkinan vaksin tidak berfungsi dengan baik. Faktor ketiga adalah karena vaksin yang digunakan tidak efektif dalam melawan virus corona, terutama varian baru.
Apa Itu Vaksin Sinovac?
Vaksin Sinovac atau dikenal CoronaVac adalah virus Covid-19 yang telak dinonaktifkan yang bertujuan untuk memicu sistem kekebalan tubuh dan memproduksi antibodi dalam melawan virus corona sehingga tidak terjadi infeksi. Vaksin ini telah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Vaksin ini dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd, dari China dan telah melewati uji klinis fase ketiga yang dilakukan di Brazil, Turki, dan Indonesia dengan efek perlindungan atau efikasi sebesar 65,3%. (Indonesiabbc.com)