Opini

Refleksi Peristiwa 22 Oktober 1945

×

Refleksi Peristiwa 22 Oktober 1945

Sebarkan artikel ini
Hari Santri Nasional 2019
Yuda Yulianto. (Foto for Mata Madura)

Oleh: Yuda Yulianto*

Hari ini kita sebagai warga Nahdliyin wajib bersyukur. Sebab hari ini kita diingatkan kembali pada tanggal 22 oktober 1945 di mana para syuhada, para kiai dan santri pada saat itu berperang melawan sekutu Inggris demi menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal itu juga PBNU akhirnya mengeluarkan sebuat Resolusi Jihad sekaligus menguatkan fatwa jihad Rais Akbar NU Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, karena sekutu akan segera mendarat di Surabaya.

Fatwa Jihad muncul karena Presiden Soekarno meminta fatwa kepada PBNU: apa yang harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai. Bung Karno juga menyatakan bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia. Karena sejak diproklamasikan 17 Agustus 1945 dan dibentuk 18 Agustus 1945, tidak ada satupun negara di dunia yang mau mengakui kemerdekaan Indonesia waktu itu.

Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai ‘Negara Boneka’ bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang tidak diperbolehkan masuk Surabaya, karena penduduk Surabaya sudah siap perang.

Sebagai mahasiswa Nahdliyin kita harus mengingat serta merefleksikan bersama apa yang sudah terjadi pada masa lampau. Kita hari ini sebagai mahasiswa tinggal merawat dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai aspek serta ancaman yang ingin memecah belah bangsa. Serta ingin mengganti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan Negara Khilafah.

Jangan sampai negara Indonesia ini seperti negara Timur Tengah yang selalu menyerukan perang karena beda pemahaman mengenai agama, etnis, suku, sara, serta ekonomi dan politik. Hal seprti itu bisa terjadi karena masyarakatnya tidak bersyukur terhadap kelahiran negaranya sendiri.

Maka dengan banyaknya ancaman serta tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, kita sebagai mahasiswa Nahdliyin harus mengambil peran penting demi menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tentu dengan langkah yang taktis serta progresif dalam memberikan solusi terhadap Indonesia, mengingat hari ini persoalan yang terjadi di Indonesia banyak sekali, mulai dari intoleran, radikalisme, dan terorisme. Radikalisme inilah ibu kandung dari terorisme.

Langkah pertama yang harus kita ambil yaitu dengan memberikan sebuah pendidikan dan pemahaman terhadap pelajar dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Ini yang akan menjadi benteng akidah dan karakter yang baik bagi mereka. Kedua, kita harus memberikan motivasi serta kegiatan seperti seminar dan pelatihan yang dihadiri oleh para kiai atau ulama yang mempunyai keilmuan yang tinggi, agar tidak salah memilih guru.

Mari bersama-sama kita rawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dengan penuh cinta dan kasih sayang, seperti merawat diri kita sendiri. Jangan sampai ada lagi perbedaan, kita rajut kebersamaan dalam bingkai kebhinekaan.

* Mahasiswa Semester VII Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Abdurachman Saleh Situbondo. Saat ini menjabat Presiden Mahasiswa (Presma) Periode 2019-2020.

KPU Bangkalan