Budaya

Saronen, di Antara Khotib Sendang dan Kholil Sendang

×

Saronen, di Antara Khotib Sendang dan Kholil Sendang

Sebarkan artikel ini
Saronen, di Antara Khotib Sendang dan Kholil Sendang
Kolase Seni Saronen dan makam Kiai Sendang. (foto/istimewa)

matamaduranews.com-SUMENEP-Seni tradisional Saronen merupakan salah satu warisan budaya Sumenep yang hingga kini masih bisa ditemukan, khususnya di beberapa tempat yang melestarikannya.

Saronen bisa dikata merupakan seni musik tradisional yang bercorak khas dan mencerminkan karakteristik dan identitas masyarakat Sumenep Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka.

“Sejatinya, Saronen merupakan nama dari alat musik, atau seperangkat alat musik gamelan,” kata RB. Ja’far Shadiq, salah satu pemerhati budaya di Sumenep.

Karena serupa gamelan, seni ini memang kental dengan pengaruh Jawa. Dan memang menurut sebuah keterangan seni ini dibawa ke Madura pada masa pemerintahan Jokotole alias Ario Kudapanole.

Sesuai dengan jumlah pemainnya, alat musik saronen berjumlah sembilan. Yaitu saronen, gong, kempul, tiga kenong berlainan ukuran, korca, dan dua buah gendang lain ukuran.

Dalam beberapa penelusuran, terdapat nama Kiai Khatib Sendang sebagai tokoh awal yang mempopulerkan saronen. Tentunya, di kala itu kental dengan aroma dakwah atau islamisasi di Sumenep khususnya.

“Iramanya saja yang beda antara saronen dan gamelan Jawa. Kalau alat sedikit banyak ada kesamaan,” imbuh Ja’far.

Dalam sejarah, Kiai Khatib Sendang merupakan satu dari tiga anak Pangeran Katandur, ulama sekaligus ahli di bidang nandur atau bertani. Berasal dari Kudus, dan tercatat sebagai cucu langsung Sunan Kudus, salah satu dari Wali Sanga.

“Tapi di kawasan Sendang sendiri, sebenarnya tidak ada yang tahu siapa pencipta Saronen ini,” kata Ja’far.

Saronen juga dikenal pada abad 19-20, melalui salah satu tokoh ulama nyentrik bernama Kiai Khalil Sendang.

“Kiai Khalil Sendang ini yang kadang orang menyangka satu sosok yang sama dengan Kiai Khatib Sendang. Padahal jarak keduanya terpaut masa ratusan tahun lamanya. Kiai Khatib jauh lebih dulu dibanding Kiai Khalil,” jelas Ja’far.

Konon, Kiai Khalil dikenal ahli memainkan saronen. Beliau juga diceritakan memiliki karomah berupa bisa menangkap suara gamelan dan dimasukkan dalam sebuah wadah.

“Hingga saat ini alat musik saronen Kiai Khalil masih ada dan setiap satu tahun sekali dikeluarkan. Edudus, kata maduranya. Nama alat musiknya, Se Kangen,” tutup Ja’far.

RM Farhan

KPU Bangkalan