MataMaduraNews.com, SUMENEP – Seminar Nasional dan Deklarasi Gerakan Seribu Sekolah Menulis yang digagas Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Sumenep, menghadirkan Konsultan Budaya Literasi Kemendikbud sekaligus pendiri IGI, Satria Dharma, pada Minggu (15/05).
Dalam kegiatan bertema “Mengungkap Makna Dibalik Perintah Menulis†yang digelar di aula kantor Kemenag setempat ini, Dewan Pembina IGI itu mengatakan gerakan literasi di Indonesia memang harus digalakkan. Sebabnya, kata dia, dalam beberapa penelitian seperti pada Program for International Student (PISA), skor membaca siswa negara ini menduduki tingkat 69 dari 76 negara di tahun 2015.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!“Ini menjadi bukti bahwa budaya literasi kita sangat lemah dan perlu digalakkan,†tuturnya, kepada sekitar 500 peserta guru dari berbagai jenjang pendidikan.
Padahal, sambung Satria, budaya literasi adalah kunci dari kemajuan bangsa. Maka dari itu, dimulai dari seminar tersebut, ia mengajak seluruh guru di Kabupaten Sumenep, khususnya pengurus IGI agar tak hanya menjadi pelopor bangkitnya gerakan literasi melalui Gerakan Seribu Sekolah Menulis hari ini, namun juga mampu menjaga dan terus menumbuhkan minat baca dan menulis dari generasi ke generasi.
“Ada banyak cara untuk melakukannya, hanya saja ini perlu dilakukan oleh gurunya dulu. Guru itu harus memberikan teladan kepada siswa. Kalau gurunya sudah cinta baca dan nulis, yo siswanya pasti nurut,†imbuhnya.
Satria percaya, gerakan literasi yang sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 itu bisa diwujudkan oleh pemerintah, jika semua guru termasuk di Sumenep mampu menjadi pelopor gerakan tersebut. Sebab, apabila semua guru menjadi pelopor literasi, otomatis mampu mengajak siswa-siswinya menjadi generasi pecinta literasi.
“Kalau gerakan ini sukses, maka Indonesia tidak perlu lagi menjadi penyuplai TKI terbesar dunia sebagai akibat krisis literasi. Itulah rahasia dibalik Iqra’,†tandasnya. (rfq)