matamaduranews.com-SAMPANG–
Usianya masih muda. Namun, Moh. Marsaid (23) pemuda asal Dusun Dagian, Desa Sawah Tengah, Kecamatan Robatal, Sampang ini memilih jalan hidup untuk menjadi pengusaha di bidang kuliner.
Lewat tangan kreatifnya, ia bisa menyulap bahan pertanian menjadi produk camilan yang bernilai ekonomis.
Marsaid memanfaatkan bahan baku hasil panen petani di desanya singkong dan pisang yang melimpah tapi tak bernilai ekonomis.
Waktu itu, saat pandemi Corona berlangsung. Marsaid berhenti dari tempat kerja.
Saat pulang kampung. Dia melihat berbagai hasil pertanian yang menumpuk tapi tak memiliki nilai jual tinggi.
“Saya dulu adalah seorang karyawan yang terpaksa kontraknya tidak dilanjutkan karena beberapa hal, salah satunya pandemi. Modal nekat, akhirnya kami produksi kripik singkong dan pisang, alhamdulilah berjalan dua bulan, omzetnya mencukupi,” kata Marsaid pada Mata Madura, Jum’at (17/12/2021).
Dirinya memulai usaha membuat keripik pisang dan singkong dengan merek dagang “BARIK LANA”.
“Alhamdulillah semua persyaratan izin usaha sudah kami selesaikan,” ungkapnya.
Menurutnya, bisnis yang dia jalankan masih jauh dari kata sukses. Namun, dia terus berupaya dan terus berinovasi agar produknya diterima semua kalangan.
“Sekarang ini survive dan tetap konsisten dengan kualitas yang sudah melekat pada produk saya, agar usaha ini ke depannya bisa bermanfaat untuk orang banyak,” harapnya.
Marsaid mengatakan, dalam memulai usahanya ini ia mengaku belum memiliki basic apapun, utamanya dalam mengolah pisang dan singkong menjadi keripik.
Namun, ia terus melakukan riset dan melihat potensi serta peluang yang mungkin bisa ia manfaatkan dan ia kembangkan dari jenis makanan yang terlalu biasa seperti keripik pisang dan singkong.
Dari hasil riset secara online, ia juga belajar cara mengolah pisang menjadi keripik agar produk yang dihasilkan bisa bertahan lama.
Marsaid juga belajar bagaimana berinovasi dari mulai ragam rasa dan juga desain kemasan.
Dalam proses pengembangan dan pemasaran produk, Marsaid juga menggandeng pemuda Desanya yang tidak memiliki pekerjaan.
“Saya ajak teman-teman untuk jadi marketing ke toko-toko untuk pemasaran kripik singkong dan pisang ini, harapan kami bisa sedikit mengurangi pengangguran di Desa kami,” paparnya.
Ia mengaku, penjualan yang paling menguntungkan sejauh ini adalah melalui circle pertemanan, hingga ia mampu memproduksi 500 kemasan per harinya.
“Dari awal penjualan, saya mengandalkan circle pertemanan. Awalnya kita produksi 100 pcs dan dalam 1 minggu habis. Alhamdulilah, temen-temen juga membantu,” ungkapnya.
Harapan saya terhadap pemerintah Sampang agar dapat memberikan bantuan modal UMKM, supaya dapat menyerap pekerjaan untuk masyarakat lebih banyak.
“Dengan memberdayakan masyarakat di home industri keripik pisang dan singkong bisa menyerap tenaga kerja, dan kami sebagai wirausaha tetap bisa bertahan sekalipun dikala pendemi melanda dunia,” pungkasnya.
Sebagai informasi, saat ini produk keripik pisang manis dan singkong gurih milik Marsaid dibanderol dengan harga Rp 5 ribu per kemasan.(*)