Opini

Termakan Isu (Hoaks) Dukhan di Media Sosial

×

Termakan Isu (Hoaks) Dukhan di Media Sosial

Sebarkan artikel ini
Isu Hoaks Dukhan
Ilustrasi Termakan Isu (Hoaks) Dukhan di Media Sosial. (By Design A. Warits/Mata Madura)

Oleh: Ashimuddin Musa*

Sejak Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mewabah dan masuk Indonesia—sebagaimana diumumkan sendiri oleh Presiden Jokowi di Istana, Bogor, yaitu pada 2 Maret 2019—masyarakat Madura dibikin ketar ketir bukan main. Belum lagi virus tersebut mematikan. Sudah barang tentu masyarakat—pada suatu kenyataan—jadi cemas—untuk tidak dikatakan jantungan.

Belum lama Covid-19 ini mewabah, tiba-tiba saja dunia dibikin getar-getir sebab hadirnya informasi baru yang tak kalah terkejutnya seperti virus Korona; sebut saja virus hoaks dukhan. Jenis virus ini, seperti isu yang beredar, lebih dahsyat dari penyakit Korona. Jika virus Korona, cara kerjanya menurut informasi yang beredar, untuk memakan mangsanya, yaitu 1-14 hari. Secara logika, kalau seseorang yang dinyatakan positif terserang Covid-19 (PDP), seandainya masih ada kesempatan selamat, masih ada waktu bagi para dokter untuk menyembuhkannya. Tetapi lain halnya dengan jenis virus yang satu ini, seandainya benar-benar terjadi pada saat—menurut isunya yang beredar—tanggal 15 bulan Ramadan lalu, jangankan ada harapan untuk sembuh, semuanya, katanya, bakal ludes—tanpa ada yang tersisa seorang pun.

Tak pelak, isu seperti ini terjadi pada era yang kita kenal dengan era teknologi-informasi ini. Di era tersebut sebagai penanda bahwa kita saat ini hidup di era modern. Di era tersebut bisa dibilang era baru. Era tersebut dikatakan juga sebagai era informasi.

Era Informasi

Coba perhatikan analisis berikut. Jauh sebelum kita, telah ada prediksi kalau kita suatu saat nanti akan hidup di sebuah era yang nanti akan kita sebut sebagai era informasi. Menurut analisis Alvin Toffler bahwa era kemanusian akan terbagi atas era pokok, era agraris, era masyarakat industri dan yang terakhir era masyarakat informasi. Pembagian di atas juga didukung oleh AG. Eka Wenats Wuryanta yang mengatakan bahwa era modern ditandai dengan era informasi. Terlepas benarkah penelitian itu, kenyataan fenomena saat ini membenarkan penelitian mereka.

Dalam era informasi ini, selain memberikan dampak yang positif, ada juga—karena mereka tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan—dampak negatif. Memang benar, tujuan modernisasi seperti dikatakan Prof. Dr. KH. Abd. Ala, M.Ag. adalah upaya mempersatukan masyarakat dunia melalui penciutan waktu, ruang, dan hilangnya batas-batas Negara. Akan tetapi, yang terjadi tidak sesuai prediksi. Misi luhur seperti dicita-citakan tadi diharapkan benar-benar terjadi mendapat tantangan baru ketika teknologi-informasi dibingkai dengan neoliberalisme kapitalistik. Media massa memutar-balikkan fakta (realitas). Oleh karena itu, menurut Anthon F. Susanto (2019: 36) media massa, di satu sisi bisa menjadi berkah, di sisi lain juga kutukan.

Dengan demikian, kita harus bersikap objektif menyikapi media massa ini. Ketika terjadi sesuatu yang kontradiktif antara media massa dengan nilai-nilai substantif, bukan berarti kita—kalau mau dikatakan objektif dalam menggunakan media—kita bukan lantas diharuskan minggir, akan tetapi bagaimana kita hanya dituntut untuk melakukan saring sebelum sharing. Kita dituntut filterisasi sebelum kemudian meneruskannya kepada orang lain. Kasus dukhan adalah bagian dari sebuah proyek yang dibikin—sebagaimana informasi dukhan yang beredar saat ini—oleh para pengendali media massa. Bisa jadi, hal itu untuk menambah viewer.

Kita yakini, memang benar adanya hadis tentang dukhan tersebut. Tetapi tidak ada yang tahu kapan itu bakal terjadi. Berbeda dengan yang sudah beredar, tentu dengan video yang beredar, dengan visualisasinya yang dibikin sedemikian rupa, telah berhasil bikin orang ketar-ketir dan ketakutan, tidak lain adalah kabar palsu (hoaks). Mari berhenti tidak menyebarluaskan hoaks.

*Essais dan penulis lepas merupakan Pengurus GP Ansor Pragaan. Belajar di UIN Jakarta.

KPU Bangkalan