Opini

Teaching by Heart (Di Sekolah Dasar)

×

Teaching by Heart (Di Sekolah Dasar)

Sebarkan artikel ini
Teaching by Heart (Di Sekolah Dasar)
The Heart of Teaching. (Flickr.com)

Oleh: Umi Hanik*

Umi Hanik
Umi Hanik

Ada kisah seorang siswa berasal dari keluarga kaya yang kecanduan game online hingga nilai sekolahnya khususnya matematika tidak pernah keluar dari lingkaran 1 2 3. Hingga di penghujung studinya kelas 3 SMA mendapat tawaran bantuan belajar step by step dan motivasi ‘kamu bisa’ dari gurunya hingga mampu melejitkan prestasinya. Dia selalu mendapat nilai matematika nyaris sempurna bahkan sempurna. Kalau sebelumnya dia meminta untuk diajari, waktu itu dia mampu mengajari. Kalau sebelumnya dia melihat nilai try out mulai dari peringkat bawah, maka waktu itu dia melihat nilai try out dari atas. Yang paling mengesankan adalah Ujian Nasional dijadikan ajang mengetahui kompetensi diri. Melalui kejujuran saat tes, hasil yang dicapai merupakan representasi proses belajarnya. Nilai 10! Ya itulah nilai matematika yang didapatnya.

Kisah di atas menyisipkan pesan mendalam bahwasannya peran guru sangat luar biasa terhadap perubahan siswa dari zero to hero. Peran guru seperti apakah yang diharapkan siswa? Jawabannya adalah teaching by heart. Istilah tersebut mengarah pada bagaimana mengajar sekaligus mendidik—di mana hal tersebut merupakan tugas utama guru. Sebagai pengajar, ia sebagai perantara antara siswa dan ilmu pengetahuan. Sedangkan sebagai pendidik, ia sebagai perantara antara siswa dengan pandangan negara dan kehidupan bermasyarakat, pengembangan pribadi siswa dengan menjauhkan pengaruh luar yang buruk tetapi mendekatkan pengaruh luar yang baik.

Kenapa dengan hati? Karena hati dapat mengubah segalanya. Mengubah dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Mengantarkan seorang kaum musyrikin yang juga merupakan menantu Rasulullah SAW dari putrinya Zainab ra—Abu Al-Ash ibn Al-Rabi mendapat hidayah menjadi seorang muslim. Mengubah guru menjadi lebih sabar dan berpikir keras untuk menemukan cara agar siswanya memahami kelemahan. Lalu bagaimana penerapan teaching by heart di SD? Ada 3 cara yakni keteladanan, kecerdasan emosi, dan semangat.

Tahapan berpikir anak usia SD menurut Piaget berada pada tahap operasional konkret—di mana pada usia tersebut anak cenderung praktis, konkret, dan terikat pada dunia keseharian. Sehingga, pembelajaran untuk anak usia SD harus ditekankan pada penanaman nilai-nilai oleh guru kepada siswa dengan memberikan keteladanan. Anak membutuhkan contoh keteladanan melalui kelembutan ucapan dan representasi ucapan melalui sikap yang santun. Keteladanan tersebut juga dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menjalankan tugasnya membimbing umat manusia dan hal tersebut ada dalam firman Allah SWT QS. Al-Ahzab 21: “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi (mereka) yang mengharapkan ridha Allah dan ganjaran di hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Memanage emosi merupakan cara berikutnya teaching by heart. Bagaimana agar cerdas secara emosi? Pertama, melakukan ‘gunting’ emosi negatif dari luar, jika masih ada duduklah, jika masih ada lagi ambil air untuk berwudhu’ karena api amarah akan padam jika disiram air. Kedua, menjadi ‘air mineral’—ketika digoncang tetap tenang, berbeda dengan ‘air soda’—ketika digoncang akan meledak. Cari tahu masalahnya dulu sebelum bertindak. Ketiga, menjadi master kungfu. Setiap anak memiliki karakter berbeda, sehingga layaknya master kungfu yang selalu memiliki jurus berbeda untuk lawan yang berbeda. Maka seyogyanya guru juga memiliki metode berbeda untuk setiap siswa yang berbeda. Seperti halnya Rasulullah SAW yang memiliki banyak metode dakwah di antaranya dialog dan tanya jawab, diskusi dan dialektika, gradual, praktik langsung, dll. Keempat, menembus hati dengan bertanya ‘ada yang belum mengerti?’ dengan mendatangi satu persatu.

Dalam teori kognitif sosial, motivasi dapat  meningkatkan self efficacy. Semangat bagaikan bahan bakar sebuah mesin. Ketika anak sudah ‘terbakar’ semangatnya, guru tidak perlu lagi meminta siswa belajar karena siswa sudah termotivasi dengan dirinya sendiri. Bagaimana caranya? Ceritakan orang-orang sukses yang menginspirasi, menggambarkan masa depan yang cerah jika belajar dan kemudahan-kemudahan apa saja yang akan didapat dengan belajar dan melalui pesan yang sesuai dengan kondisi—akan melekat secara mendalam dan tidak akan ‘tercabut’ oleh apapun dari muka bumi ini. “Jangan menyerah sebelum berperang”, “Jangan kembali sebelum sampai”, dan “I believe in you, I believe you can do it” adalah pesan yang bisa disampaikan ketika siswa berusaha menyelesaikan tugas.

Selamat menebar cinta dan kasih sayang untuk para anak didiknya. Semoga bisa “menjadi guru yang kedatangannya dirindukan, diamnya disegani, tutur katanya ditaati, dan kepergiannya ditangisi”.

*Dosen Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura.

KPU Bangkalan