Opini

Pentingnya Mencatat

×

Pentingnya Mencatat

Sebarkan artikel ini
Mencatat
Ilustrasi Mencatat. (Foto/Istimewa)

Oleh: Muhtadi.ZL*

Kegiatan menulis akhir-akhir ini sering diperbincangkan. Sebab, (tebakan saya) banyak orang yang sadar kalau menulis itu penting dan tidak membuang waktu secara percuma. Justru dengan menulis, waktu yang diberikan Tuhan kita gunakan untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Karena menulis bisa menjadi ladang dakwah yang sangat mudah dikerjakan.

Menulis juga merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan. Mengapa saya mengatakan demikian? karena dengan menulis banyak hal yang akan kita dapatkan. Maksudnya, imajinasi dan nalar kita bekerja ekstra untuk mencari referensi atau hal-hal baru untuk menyelesaikan karya yang hendak digarap. Jika tidak menulis, maka pikiran—imajinasi dan nalar kita—akan menoton dalam menyikapi fenomena yang ada. Gampangnya, acuh tak acuh.

Kendati demikian, menulis sesungguhnya tidak harus menyelesaikan suatu karya. Karena menulis pada esensinya bukan tuntutan atau kewajiban untuk menyelesailan suatu karya. Menulis bisa diartikan, menulis  catatan harian (diary), sekadar wacana atau tulisan yang akan mengingatkan kita pada suatu kejadian yang pernah kita lalui.

Selain itu, jika kita hendak menggarap karya usahakan jangan kebut-kebut. Sebab, dapat dipastikan hasilnya tidak sesuai ekspektasi, karena pemaahasan yang dicantumkan terlalu dangkal atau bisa kita katakan kurang penelitian.

Nah, untuk mendapakan tema yang aktual dalam tulisan sangat mudah kita lakukan, yaitu dengan mencatat. Mengapa harus mencatat? Karena dengan mencatat kita bisa mudah mendapatkan informasi yang aktual dan faktual, yang tentunya tidak pernah kita sadari datangnya dari mana. Kita tahu bahwa fenomena atau peristiwa tidak bisa kita prediksi kapan terjadi. Sehingga dengan mencatat, kita bisa mengingat peristiwa yang terjadi secara spontan.

Seni mencatat ini sebenarnya sudah lama dilakukan oleh sahabat Nabi. Waktu yang menjadi objeknya adalah pembukuan al-Qur’an di masa lalu. Kitab suci al-Qur’an yang kita baca saat ini mula-mula dicatat di pelbagai tempat, batu daun dan pelepah kurma, sebelum menjadi kitab yang utuh seperti saat ini.

Mencatat juga bisa menjadi alat atau media untuk mendisiplinkan diri. Kenapa demikian? Karena kita selalu dituntut untuk menulis catatan setiap hari  dan setiap fenomena yang faktual terjadi. Jika kita benar-benar bisa melakukan hal ini, jangan heran bila di kemudian hari, kita akan menjadi orang yang terpandang. Meski benda yang digunakan dalam mencatat hanyalah kertas dan pulpen, atau untuk era Industri 4.0 Anda bisa menggunakan handphone yang tentunya lebih praktis.

Untuk menguatkan argumen di dalam karya yang sedang kita garap, tentu dengan mencatat adalah solusi yang sangat pas. Sebab dengan mencatat, kita bisa menambal kekurangan dari karya kita. Atau dalam makna kontekstual, mencatat juga bisa diartikan foto (dokumen) dan video. Hal ini juga termasuk mencatat, meski tidak berbentuk narasi pendek.

Karena makna mencatat tidak melulu bermuara di satu ladang. Seperti yang penulis sebutkan di atas, yaitu bisa dengan foto dan video. Jika masih terpaku pada makna tekstual, tentu untuk diterapkan di era Industri 4.0 ini sangat mungkin sedikit peminatnya. Dan eman-eman jika masih tidak mencatat bila fasilitas yang digunakan praktis dan simpel.

Kesimpulannya, sangat penting jika mencatat dilestarikan di era ini. Setidaknya akan ada dua manfaat yang bisa diraih. Pertama, kedisiplinan kita akan bertambah dan semakin terbiasa. Kedua, kita berpartisipasi dalam menguatkan literasi yang kian menciut. Apalagi dengan mencatat kita mudah menarasikan pendapat kita dengan melihat kembali catatan kita sebagai penguat argumen dalam karya.

*Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk, Sumenep.

KPU Bangkalan