OpiniBerita UtamaNasional

MH Said Abdullah: Pembangunan Infrastruktur Tampak Megah, tapi Jiwanya Kosong

×

MH Said Abdullah: Pembangunan Infrastruktur Tampak Megah, tapi Jiwanya Kosong

Sebarkan artikel ini
MH Said Abdullah
MH Said Abdullah

matamaduranews.com-MH Said Abdullah menilai derap pembangunan infrastruktur hampir 10 tahun tampak megah, tapi jiwanya kosong.

Politisi PDI-P ini menyebut, “Perekonomian tumbuh berlipat-lipat, namun kita mendapati jiwa bangsa yang makin miskin. Hampir sepuluh tahun ini, pembangunan mental bangsa tertinggal jauh di belakang. Kalah cepat dengan laju kemajuan-kemajuan fisik,” tulis Ketua Banggar DPR RI dalam kolom detikcom.

Berikut tulisan lengkap MH Said Abdullah:

Kenapa Perlu Indonesia Unggul?
Oleh: MH Said Abdullah

Di tengah derap pembangunan infrastruktur yang kita jalankan selama hampir 10 tahun ini, kita seperti mendapati ‘kemegahan’ namun jiwanya kosong. Perekonomian tumbuh berlipat-lipat, namun kita mendapati jiwa bangsa yang makin miskin.
Hampir sepuluh tahun ini, pembangunan mental bangsa tertinggal jauh di belakang. Kalah cepat dengan laju kemajuan-kemajuan fisik.

Dahulu kita mencanangkan revolusi mental agar menjadi roh bagi seluruh gerak pembangunan lahiriah. Tanpa roh, tanpa mental yang memberikan ‘nyawa’ dari pembangunan fisik, sesungguhnya pembangunan kita tanpa narasi, tanpa kerangka filosofis, dan kita tidak memiliki raison d’etre yang kuat.

Kekosongan jiwa itu makin absurd, paralel dengan makin turunnya kualitas demokrasi (democratic governance), Indeks Negara Hukum, dan Indeks Persepsi Korupsi. Ketiganya menjadi pekerjaan domestik yang harus dipulihkan ke depan agar politik kewargaan kita tidak berjalan timpang.

Refleksi panjang atas perjalanan kita selama ini menjadi problem serius atas ketiadaan jiwa bangsa. Kita makin kering keteladanan, di tengah menjamurnya silat lidah yang dikemas oleh industri citra pesona. Problem inilah yang mendasari, menjadi raison d’etre Ganjar-Mahfud menyusun visi dan misinya sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Ganjar-Mahfud ingin mengembalikan gagasan revolusi mental yang 10 tahun lalu kita gaungkan sebagai fondasi penting pembangunan. Kini kita pakai sebagai modal kita menuju Indonesia emas 2045, kita pakai fondasi menuju Indonesia unggul. Bisa kita lihat dalam Visi Misi Ganjar-Mahfud, sebagian besar urusannya membangun manusia Indonesia agar menjadi manusia unggul.

Menjadi manusia unggul sesungguhnya pesan utama pembangunan. Sebab diskursus pembangunan sedemikian rupa direduksi urusan ekonomi, bahkan belakangan dikerdilkan lagi sebatas urusan investasi usaha.

Lima tahun terakhir, demi investasi usaha, semua diterjang, diminta minggir. Tentu saja investasi usaha hal yang penting. Tetapi apakah sudah tepat ini prioritas pembangunan kita.

Menuju Manusia Unggul

Seluruh kontemplasi di atas menjadi latar belakang Ganjar-Mahfud menatap masa depan, meletakkan kembali agenda revolusi mental untuk menjadi manusia unggul. Jati diri kepribadian bangsa perlu kita nyatakan secara lugas.

Semua nilai-nilai luhur bangsa, gotong royong, anti korupsi, produktif, inovatif, mandiri, patuh pada etika dan hukum, menghargai perbedaan dan kebebasan, emansipasi perempuan, dan melindungi minoritas, perlu mendapat tempat serta dihadirkan nyata dalam kehidupan sehari hari.

Semua nilai-nilai itu harus menjadi roh bagi setiap gerak pembangunan di semua bidang, tanpa reserve. Bagi saya, inilah jalan kebudayaan kita menuju manusia unggul. Paling mula harus menjadi praktik hidup dan contoh nyata bagi seluruh para penyelenggara negara.

Kami yakin, jika seluruh penyelenggara negara bisa melaksanakan nilai-nilai tersebut pada gerak hidupnya sehari-hari, hal itu akan memantul lebih luas menjadi jiwa bangsa. Dengan penghayatan total atas nilai-nilai luhur itu, maka seluruh potensi pembangunan nasional akan lebih mudah diorganisir untuk menopang cita-cita pembangunan. Keteladanan pemimpin nasional yang menyebar ke seluruh level penyelenggara negara akan menjadi energi penggerak penting bagi pembangunan.

Harapan kita untuk menaikkan pendapatan per kapita, menurunkan tingkat kemiskinan, membuka lapangan kerja, meningkatkan partisipasi pendidikan, meningkatkan harapan hidup rakyat, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, talenta anak-anak bangsa yang hebat, menempuh jalan ekonomi hijau, menjadikan poros maritim dunia semuanya perlu, dan akan ditopang oleh kekuatan gotong royong semesta, asalkan penghayatan atas jiwa bangsa di atas telah menubuh. Jadi, gerakan pembangunan bukan semata-mata agenda dan urusan pemerintahan.

Rakyat akan merasa memiliki cita-cita itu. Jadi ini bukan semata milik atau agenda Ganjar dan Mahfud. Nalar inilah yang luput pada pembangunan kita selama ini, karena semua agenda pembangunan dipahami dan hanya diformulasikan secara teknokrasi. Teknokrasi sangat penting karena memandu kalkulasi dan mitigasi, namun sama pentingnya adalah rasa kepemilikan rakyat atas agenda pembangunan.

Visi manusia unggul adalah visi kita bersama dan keunggulan itu dimulai dari sikap mental kita semua sebagai satu bangsa. Harus kita akui hal ini menjadi agenda berat, tidak mudah, namun kita tidak bisa menghindarinya, sebab itulah jawaban atas kemerosotan nilai-nilai pembangunan selama ini.

Belajar dari semua bangsa yang jatuh pasca perang dunia kedua karena kalah perang, namun kenapa mereka bisa segera bangkit? Kebangkitan mereka dimulai dari kebangkitan mental bangsanya.

Perjalanan sejarah bangsa kita sesungguhnya cukup menjadi gemblengan untuk menuju bangsa yang kuat. Kini, Ganjar-Mahfud memanggil kita semua, bukan demi kekuasaan beliau berdua, tapi karena kita perlu memperkuat cita cita reformasi.

Panggilan ini adalah keniscayaan sejarah yang harus kita lalui, untuk sebenar-benarnya menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unggul, setara, bahkan melampaui bangsa bangsa yang maju di dunia.

MH Said Abdullah, Ketua DPP PDI Perjuangan

KPU Bangkalan