matamaduranews.com–BANGKALAN-Nama Abah Tohir sudah tak asing di telinga para pecinta Kerapan Sapi di Madura. Setiap event Kerapan Sapi dari berbagai tingkatan, Abah Tohir selalu menjadi perbincangan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!H Moh.Tohir nama lengkap Abah Tohir. Dia popular karena begitu tinggi kecintaannya terhadap dunia Kerapan Sapi.
Abah Tohir berasal dari Desa Sanggra Agung, Kecamatan Socah, Bangkalan, Madura, Jatim. Pemilik 22 usaha kuliner dan properti ini, saat ini memiliki 40 pasang Sapi Kerap sebagai koleksinya.
Kecintaan Abah Tohir terhadap dunia Kerapan Sapi merupakan turunan dari kakek dan ayahnya.
Sejak kecil, Abah Tohir sudah senang memelihara Sapi Kerap. Tanpa berpikir untung rugi.
Menginjak dewasa, Abah Tohir mengoleksi beberapa pasang Sapi Kerap. Salah satu Sapi Kerap-nya diberi nama Gagak Rimang. Lalu berubah menjadi Gagak Rimang Team (GRT).
Kini, koleksi Sapi Kerapan milik Abah Tohir tersebar di Jawa Timur. Seperti di Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Pamekasan, Sumenep dan Sampang.
Saban hari, Abah Tohir merogoh uang pribadinya sebesar Rp 1,4 juta. Uang itu untuk biaya pakan dan jamu untuk 80 ekor Sapi Kerap milknya.
Dan Rp 1,4 juta sengaja dihabiskan untuk biaya pakan pilihan dan stamina Sapi Kerapnya. Dengan harapan, Sapi Kerap miliknya, tetap berlari kencang saat event Kerapan Sapi berlangsung.
Jika sehari menghabiskan biaya pakan dan jamu Rp 1,4 juta. Dalam sebulan menghabiskan Rp 42 juta.
Abah Tohir tak menghitung besaran biaya perawatan. Asal, stamina dan kondisi sapi kerap koleksiknya tetap terjaga.
“Jumlah telor yang dibutuhkan sebanyak 40 ribu biji. Pakan sapi saya ambil dari Probolinggo. Kalau ditotal Rp 1,4 Juta tiap hari. Kalau mengandalkan pakan di Bangkalan, sapi saya tidak mencukupi,” terang pemilik 6.000 karyawan ini.
Selain biaya pakan dan jamu untuk 40 pasang Sapi Kerap, tiap hari. Setiap event Kerapan Sapi, Abah Tohir juga mengeluarkan uang sedikitnya Rp 20 Juta untuk biaya operasional event.
“Uang yang dikelurkan tak masalah. Ya..namanya saya cinta dan ingin melestarikan budaya Madura. Besaran biaya yang keluar, tak terasa,†ucap ayah 25 anak ini, saat ditemui Mata Madura, di rumahnya, Sabtu malam (17/8/2019).
Selain biaya pakan dan jamu untuk Sapi Kerap-nya, Abah Tohir juga harus mengeluarkan biaya tiap bulan bagi 20 pekerja yang merawat Sapi Kerapan koleksinya.
Biaya tiap pekerja juga bervariasi. Ada yang digaji Rp 1 juta. Ada juga digaji hampir Rp 3 juta.
Pekerja itu, bertugas memberi pakan dan jamu serta merawat dan melatih agar Sapi Kerapannya tetap terjaga berlaju kencang.
Abah Tohir bercerita, Sapi Kerap miliknya didapat dari peternak Sapi Kerap asal Pulau Sapudi, Sumenep.
Abah Tohir dan anak buahnya, jeli melihat bibit Sapi Kerap yang bakal dibeli. Abah Tohir mengaku, waktu belinya tak terjadwal.
Saat ada penawaran Sapi Kerap, Abah Tohir langsung beli. “Kalau dibilang hampir setiap hari, bisa juga,†sambung Abah Tohir.
Harga beli Sapi Kerap berkisar Rp 150 juta. Harga itu untuk Sapi Kerap yang sudah teruji lajunya di lapangan.
Dari koleksi Sapi Kerap milik Abah Tohir, jika ditotal mencapai Rp 3 miliar.
Abah Tohir mengaku senang, mayoritas koleksi Sapi Kerapan-nya, selalu menjurai di event Kerapan Sapi saat memperebutkan Piala Presiden di Madura.
“Pernah menjuarai 3 kali berturut-turut,†ceritanya, kepada wartawan Mata Bangkalan.
Abah Tohir sengaja memperlakukan istimewa koleksi Sapi Kerap-nya.
Di samping rumahnya, terlihat sejumlah Sapi Kerap yang menghiasi garasi rumahnya.
Garasi rumah Abah Tohir bukan terlihat jejeran mobil. Garasi itu berisi koleksi Sapi Kerapnya.
“Saya buat garasi untuk koleksi Sapi Kerap. Agar sapi terasa nyaman,” ngakunya.
Bagi Abah Tohir, kecintaan terhadap dunia Kerapan Sapi bukan berorientasi bisnis.
Koleksi Sapi Kerap-nya tidak untuk diperjualbelikan. Jika Sapi Kerap koleksinya sudah tak bisa berlari kencang, tak segan Abah Tohir menyembelihnya.
Dunia Kerapan Sapi dalam amatan Abah Tohir merupakan pagelaran yang sangat unik di Madura.
Selaian warisan budaya yang sudah turun menurun dan masih lestari hingga saat ini. Tradisi Kerapan Sapi juga menjadi ikon pariwisata khas Madura yang tak dimiliki daerah lain di Indonesia.
Peminatnya, tidak hanya turis lokal. Wisatawan manca negara juga banyak yang menyaksikan loma Kerapan Sapi.
“Mari kita jaga kebudayaan Kerapan Sapi di Madura. Dan bangkitkan gairah peternak Sapi Kerap. Agar ada efek ekonomi yang berputar untuk masyarakat Madura,†pesan Abah Tohir.
Syaiful, Mata Madura