Religi

Ciri-Ciri Guru Mursyid Yang Perlu Diikuti Menurut Ibnu Athaillah

×

Ciri-Ciri Guru Mursyid Yang Perlu Diikuti Menurut Ibnu Athaillah

Sebarkan artikel ini
Tasawuf Falsafi
Ilustrasi

matamaduranews.com-Guru Mursyid dimaksud adalah seseorang yang bisa membimbing murid-nya bisa sampai (wushul) kepada Allah SWT.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Menurut Ibnu Athaillah as-Sakandari, seorang guru mursyid akan diberi izin oleh Allah untuk menyampaikan ilmu makrifat dengan berbagai ciri.

Kata Ibnu Athaillah dalam kitab al Hikam,  ciri utama seorang Guru Mursyid itu memiliki hubungan yang kuat dengan Allah. Guru Mursyid itu  mampu membimbing muridnya ke arah tauhid hakiki (wushul ilallah).

Berikut adalah ciri-ciri mursyid yang benar menurut Ibnu Athaillah:

1. Memiliki Koneksi Spiritual yang Sejati dengan Allah

Seorang mursyid yang hakiki bukan hanya seorang alim biasa, tetapi juga seseorang yang dekat dengan Allah dan telah mencapai maqam makrifat. Ia mendapatkan ilmu bukan hanya dari belajar, tetapi juga dari fath (pembukaan) spiritual yang diberikan oleh Allah.

Ibnu Athaillah berkata:
“Ilmu yang bermanfaat adalah yang keluar dari Sang Haqq (Allah) menuju hati, bukan sekadar dari lisan ke lisan.”

Artinya, mursyid sejati menyampaikan ilmu yang berasal dari cahaya ilahi, bukan hanya dari teori dan hafalan.

2. Ilmunya Membawa Murid kepada Allah, Bukan kepada Diri Sendiri

Mursyid sejati tidak mengajak murid untuk bergantung kepadanya, tetapi hanya sebagai perantara menuju Allah. Ia bukan sosok yang mencari pengikut atau pujian, melainkan hanya fokus pada ridha Allah.

Dalam Al-Hikam, Ibnu Athaillah menulis:
“Di antara tanda seorang mursyid sejati adalah ia tidak mengajakmu kepada dirinya, tetapi kepada Allah.”

Maka, jika seseorang lebih sibuk membanggakan dirinya atau tarekatnya dibanding menyampaikan hakikat tauhid, ia belum tentu mursyid yang benar.

3. Memiliki Akhlak yang Luhur dan Zuhud

Seorang mursyid sejati adalah orang yang zuhud (tidak terikat dengan dunia) dan memiliki akhlak yang tinggi. Ia selalu rendah hati dan tidak mencari keuntungan dari ilmunya.

Ibnu Athaillah berkata:
“Orang yang benar-benar mengenal Allah, hatinya tidak tertarik kepada dunia.”

Jika seorang guru spiritual masih mengejar popularitas, kekayaan, atau kedudukan, maka ia belum mencapai maqam mursyid sejati.

4. Mampu Membimbing Murid dengan Hikmah dan Kesabaran

Seorang mursyid sejati memahami proses perjalanan spiritual muridnya. Ia tidak tergesa-gesa dalam membimbing, tetapi dengan kesabaran, kelembutan, dan hikmah.

Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam:
“Orang yang berjalan kepada Allah dengan ilmu akan membimbing dengan kasih sayang, bukan dengan paksaan.”

Mursyid sejati tidak memaksa murid, tetapi mengarahkan dengan kebijaksanaan dan cinta agar murid memahami makna ketauhidan dengan hati yang lapang.

5. Memiliki Cahaya Hati yang Bisa Menghidupkan Ruhani Murid

Ilmu yang keluar dari seorang mursyid sejati bukan hanya kata-kata kosong, tetapi memiliki cahaya yang bisa menghidupkan hati muridnya.

Ibnu Athaillah menegaskan:
“Jangan bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu kepada Allah.”

Maka, jika seorang mursyid hanya mengajarkan teori tanpa bisa membangkitkan hati murid, ia belum mencapai maqam mursyid sejati.

Kesimpulan

Seorang mursyid yang diberi izin oleh Allah untuk menyampaikan ilmu makrifat adalah seseorang yang:

Mendapatkan ilmu langsung dari Allah melalui pengalaman makrifat, bukan hanya dari buku.

Mengarahkan murid kepada Allah, bukan kepada dirinya sendiri atau kelompoknya.

Zuhud dan memiliki akhlak mulia, tidak mencari kepentingan duniawi.

Membimbing dengan hikmah dan kesabaran, bukan dengan paksaan atau ketakutan.

Memiliki cahaya spiritual yang mampu membangkitkan ruhani murid, bukan hanya sekadar menyampaikan teori.

Karena itu, Ibnu Athaillah berpesan agar berhati-hati dalam memilih Guru Mursyid. Sebab tidak semua orang yang mengaku mursyid benar-benar mendapat izin dari Allah untuk menyampaikan ilmu makrifat.(redaksi)