matamaduranews.com-SUMENEP-Ada banyak teknik sunat/khitan yang diperkenalkan di dunia medis. Ada sunat tradisional, konvensional (sayatan) dan modern. Terkini, teknik sunat klem menjadi salah satu dari sekian metode yang banyak diminati masyarakat.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Di Sumenep hadir teknik sunat klem. Setahun lalu, Nurul Syamsi, S.Kep. Ns yang kali pertama buka praktik sunat dengan metode paling aman dan nyaman. Namanyanya, Sunathrone Klamp.
Kelebihan Sunathrone Klamp adalah selesai dikhitan tanpa perlu diperban. Dan anak usai dikhitan bisa langsung beraktivitas tanpa harus menunggu lama.
â€Selesai dikhitan, si anak bisa langsung mandi, pakai celana pendek. Dan yang terpenting dengan teknik ini, hasilnya lebih rapi,†jelas Sekretaris DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumenep saat ditemui Mata Madura, beberapa waktu lalu.
Dari segi medis, metode khitan yang dipraktikkan, Ilung-panggilan akrab Nurul Syamsi, tergolong higienis. Anak yang disunat minim perdarahan dan tidak memerlukan jahitan. Prosesnya relatif cepat dibanding metode sunat konvensional.
Ilung bercerita, inovasi Sunathrone Klamp yang dipraktikkan dalam khitan di Sumenep berawal dari pelatihan yang diisi oleh dokter Andi Berlian Tawir. Dokter ahli di bidang perawatan luka.
Terbesit dalam benak Ilung untuk buka praktik. Langkah pertama dilakukan adalah konsultasi kepada DPP PPNI. â€Alhamdulillah, responnya positif dan sangat mendukung keinginan saya,†ceritanya.
Dapat restu dari DPD PPNI, Ilung mengadakan MoU dengan dokter. â€Tujuannya, agar layanan yang saya berikan benar-benar aman dan sesuai aturan dalam dunia medis,†terang Kepala Ruangan UGD RSUD Moh. Anwar ini.

Sebelum buka layanan Sunathrone Klamp, dirinya sudah melayani warga sekitar untuk sekedar berobat dan anak yang hendak khitan. Tahun 2003, Ilung awal buka praktik dengan biaya mandiri. Waktu itu banyak warga sekitar rumahnya di Desa Karangbudi, Kecamatan Gapura minta tolong. Termasuk mengkhitan anak laki-lakinya.
Atas dasar itu, Ilung jadi berpikir untuk membuka praktik mandiri. Tujuan awal agar pengabdian yang diberikan kepada masyarakat tidak berbenturan dengan aturan profesinya sebagai perawat.
Kini, Ilung lebih memilih melayani pasien khitan. Tentunya dengan menghadirkan inovasi. Mulai dari proses khitan hingga peralatannya.
Nurul Syamsi ketika ditanya profesi perawat yang digeluti, mengaku menikmati atas segala tugas yang diembankan kepadanya. Baginya menjadi perawat adalah pekerjaan mulia yang bisa mengabdikan diri kepada masyarakat.
Rusydiyono, Mata Madura