Kesehatan

Hoaks Video Bayi Bicara Telur Rebus Penangkal Corona, Cek Fakta

×

Hoaks Video Bayi Bicara Telur Rebus Penangkal Corona, Cek Fakta

Sebarkan artikel ini
Hoaks Video Bayi Bicara Telur Rebus Penangkal Corona, Cek Fakta
Hoax: Bayi dalam video bersuara agar makan telur rebus jam 12 setengah malam hingga sebelum subuh. (screenshot video)

matamaduranews.com-Warga Madura, Jawa Timur, Kamis dini hari (26/3/2020) dihebohkan dengan kabar telur rebus sebagai penangkal virus Corona.

Kabar itu, menyusul adanya video bayi baru lahir yang menyerukan agar makan telur rebus. Video itu lagi viral setelah diunggah Rabu, 25 Maret 2020 dan telah dibagikan sebanyak 2.100 kali dan mendapat 838 komentar.

Hoaks Video Bayi Bicara Telur Rebus Penangkal Corona, Cek Fakta

Berikut transkrip pembicaraan bayi dalam video tersebut:

“Mama telur mama telur, jangan lupa jam 12 setengah malam, mama telur rebus jangan lupa, mama telur rebus jangan lupa satu orang satu mama”

Unggahan video disertai dengan keterangan sebagai berikut.

“Astaghfirullah ada betulan ple 😭INI YANG LAGI HEBOHDI KALANGAN WARGA INDONESIA 🇲🇨MALAYSIA 🇲🇾 SAMPAI KE CHINA 🇨🇳 VIRAL.BAYI YANG BARU LAHIR BISA BICARASURUH REBUS TELOR DAN DIMAKAN BUAT PENANGKAL VIRUS CORONA#boleh_percaya_boleh_tidak”

Unggahan video juga menyebar di Madura. Sehingga banyak warga yang ikut-ikutan makan telur rebus di tengah malam hingga sebelum subuh untuk mencegah virus Corona.

Informasi yang diterima Mata Madura, Wardani, warga Desa Kolor semula menerima telpon dari keluarganya di Kalianget.

“Ini ada bayi dapat berbicara agar makan telur rebus di tengah malam supaya tidak terjangkit virus corona,” cerita Ibu Wardani, kepada Mata Madura, Kamis dini hari (26/3/2020).

Kata ibu Wardani, warga Desa Pinggirpapas, Kalianget ikut ramai-ramai bangun tengah malam membeli telur ke toko untuk direbus.

“Saya ditelpon keluarga dari Pinggirpapas. Katanya dapat informasi dari keluarganya juga dari Kalimantan,” ceritanya.

Kabar serupa juga terjadi di Pamekasan. Istiana, warga Kota Pamekasan, juga mendapat informasi seputar telur rebus itu setelah ditelepon keluarganya.

“Saya ditelepon ibu bahwa sebelum subuh disuruh makan telur rebus. Pesannya untuk mencegah dan tidak terjangkit virus Corona,” tuturnya.

Dikatakan, Kamis pagi, sejumlah temannya juga ramai membahas isu makan telur yang bisa menangkal virus Corona.

Cek Fakta

Menelusuri klaim bayi berbicara telur rebus dapat menangkal Covid-19, bisa google search dengan kata kunci ‘telur rebus menangkal virus corona’.

Penelusuran mengarah pada artikel berjdul “Jubir Covid-19 Mimika: Telur Bukan Penangkal Virus Corona” yang dimuat situs seputarpapua.com, pada 26 Maret 2020.

Berikut isinya.

“TIMIKA | Juru Bicara Gugus Tugas Pencegahan, Pengendalian, Penanggulangan COVID-19 Kabupaten Mimika, Papua, Reynold Ubra menegaskan telur rebus bukan penangkal atau obat untuk menyembuhkan Virus Corona.

“Kalau untuk daya tahan tubuh, iya… Tapi bukan telur saja. Banyak bahan makanan lain yang juga baik untuk imunitas tubuh, contoh sayur, buah-buahan dan nutrisi yang lainnya,” Jelas Reynold saat dihubungi Seputarpapua.com Kamis (26/3).”

Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul “HOAKS: Bayi Baru Lahir Berbicara, Makan Telur Rebus Sebelum Jam 12 Malam untuk Cegah Virus Corona” yang dimuat situs manado.tribunnews.com, pada 26 Maret 2020.

Dalam artikel tersebut klaim bayi dapat berbicara telur rebus sebagai penangkal Covid-19 dikemas dengan cara yang berbeda. Bayi tersebut dikabarkan berasal dari Desa Pantuge, Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulut.

Namun, Kapolsek Kabaruan AKP Ferry Padama membantah peristiwa tersebut terjadi di Desa Pantuge, Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

“Tidak benar, 100 persen itu hoaks, di desa Pantuge tak ada kejadian yang seperti dirumor tersebut, yang saya ketahui berita tersebut ada juga menyampaikan bahwa dari Singkawang,” ucapnya, seperti dikutip liputan6.

Guyonan yang Tidak Lucu

Tidak jelas apa motif pembuat video itu. Namun, kabar dusta soal telur penangkal COVID-19 menyebar di media sosial dan grup-grup WhatsApp.

Dalam artikel berjudul “Fake news. It’s complicated” yang dimuat situs firstdraftnews.org menyatakan, satire atau parodi masuk dalam tujuh jenis disinformasi.

Konten jenis ini biasanya tidak memiliki potensi atau kandungan niat jahat, namun bisa mengecoh. Satire merupakan konten yang dibuat untuk menyindir pada pihak tertentu, kemasan konten berunsur parodi, ironi, bahkan sarkasme. Secara keumuman, satire dibuat sebagai bentuk kritik terhadap personal maupun kelompok dalam menanggapi isu yang tengah terjadi.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengaku pihaknya menyelidiki video viral tersebut. Proses penyelidikan, katanya, dilakukan lewat analisis digital forensik terhadap video tersebut.

“Dari kualitas videonya saja, itu sudah tampak editan. Kita akan selidiki dulu,” kata dia, saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Diketahui, sejumlah hoaks marak beredar di era pandemi Virus Corona. Misalnya, berkumur dengan air garam yang hangat bisa menghilangkan Covid-19, hingga Pemerintah Indonesia sudah memutuskan lockdown.

Per Selasa (24/3), Polri mencatat kasus penyebaran berita bohong atau hoaks terkait dengan Virus Corona mencapai 45 perkara. Kepolisian pun menjerat para tersangka dengan ancaman maksimal 6 tahun penjara dan denda Rp1 miliar.

Di adura, polisi sudah menangkap seorang Kepala Sekolah di Pamekasan, berinisial MS (50), karena menyebarkan hoaks lewat rekaman suara bahwa ada salah seorang warga di Desa Lemper positif terjangkit Virus Corona, pada Rabu (25/3).

redaksi.

KPU Bangkalan