Kata Rocky Gerung, Tugas Mahasiswa itu Hanya Mengkritik

×

Kata Rocky Gerung, Tugas Mahasiswa itu Hanya Mengkritik

Sebarkan artikel ini
Kata Rocky Gerung, Tugas Mahasiswa itu Hanya Mengkritik

matamaduranews.comBANGKALAN-Pengamat politik nyentrik dan fenomenal, Prof Rocky Gerung menularkan virus intelektual ke para mahasiswa UTM.

Saat memenuhi undangan BEM Fakultas Hukum UTM, Jum’at sore, (30/8/2019), Rocky memberi tips cara merawat intelektual mahasiswa agar tetap sehat.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kehadiran Rocky di UTM dalam rangka Diskusi Publik dengan tema Merawat Indonesia Dengan Pola Pikir Kritis Sebagai Bagian dari DNA Mahasiswa.

Banyak aspek yang dibahas Rocky dalam orasinya. Namun satu aspek yang menarik untuk dibahas. Yaitu, upaya metodis untuk merawat akal intelektual mahasiswa agar tetap sehat.

Menurut Rocky, tugas mahasiswa tiada lain kecuali hanya mengkritik. “Demi Kesehatan Intelektual (akal sehat), mahasiswa harus menggeleng pada kekuasaan. Tugas mahasiswa hanya mengkritik,” ujar Rocky yang disambut gemuruh applause ratusan mahasiswa yang memadati ruang aula rektorat UTM.

Kosa kata menggeleng yang dimaksud Rocky sebenarnya metode universitas. “Menggeleng terhadap kuliah dari dosen supaya terjadi dialog. Akal jadi sehat karena memproduksi dialog,” sebut Rocky.

Sebaliknya, kata Rocky, kalau mahasiswa hanya manggut-manggut, kepada dosen/profesor saat menerangkan sesuatu, itu akan menjadi mahasiswa dungo.

“Mahasiswa di kampus menggelengkan kepala kepada dosen sebagai upaya menciptakan dialektika dan megoreksi kurangnya wawasan sang dosen. Agar sang dosen tidak hanya menindas mahasiswa lewat materi-materi perkuliahan yang bejibun. Namun tidak ada dialektika. Maka terjadi pemahaman prematur di alan nyata,” terang Rocky.

Berpikir kritis dalam kacamata Rocky adalah bercakap dalam ruang dialogis dan terbuka terhadap kritik.”Ironisnya, hari-hari ini orang mengidap perlawanan terhadap kritik,” sambungnya.

Rocky mengungkapkan, kritik harus dipahami sebagai upaya mengevaluasi mandat demokrasi.

“Fikiran itu harus diekport terus menerus setiap hari. Gerakan mahasiswa itu bukan gerakan massa. Tapi gerakan intelektual,” tuturnya

Rocky mengakak kepada para mahasiswa UTM untuk bertukar fikiran demi menghasilkan keadilan. Bukan untuk tujuan yang lain.

Menurut Rocky bernalar yang keliru (logical fallacy) adalah hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi pikiran kritis. “Bernalar yang keliru pertama-tama terjadi karena alur pikiran yang tidak sesuai dengan pakem logika. Selain itu bernalar yang keliru juga dapat terjadi karena gangguan kognisi pada mental seseorang,” sambutnya.

Rocky mengungkapkan untuk gangguan kognisi bisa terjadi karena nalar tidak lagi dipimpin oleh pikiran melainkan oleh keinginan. Dengan kata lain, logika tidak lagi beroperasi dan bias kognisi telah mendominasi.

Rocky menyatakan bahwa logika dan kontrol terhadap bias kognisi adalah hal yang dapat dipelajari. Namun ada situasi dimana seseorang malas untuk mengambil risiko dan mengambil jalan pintas pada believe.

“Artinya, seseorang tidak lagi mengandalkan penalaran tetapi memilih untuk melandaskan argumennya pada fundamen-fundamen tertentu seperti metafisik, teologis dan kultural,” pungkasnya.

Sedangkan Dr Safi’, dosen Hukum UTM yang mendapat giliran berorasi, setuju jika pola pikir mahasiswa harus kritis. Karena kodrat manusia saat dilahirkan dalam keadaan merdeka.

“Dari rahim siapapun mereka, setiap bayi yang lahir sama tanpa membawa apa-apa. Artinya, kamulah yang menentukan proses kehiduapan yang kamu jalani,” ungkap Safi’.

Dikatakan, membangun nalar kritis itu sangat penting. “Jika sudah hilang nalar kritis mahasiswa, maka hilang kemerdekaan kita sebagai kodrat manusia,” ucapnya.

Syaiful, Mata Bangkalan

KPU Bangkalan