Ketika Hati Sang Imam Ahmad bin Hanbal Terajut Cinta dengan Sang Penjual Roti

×

Ketika Hati Sang Imam Ahmad bin Hanbal Terajut Cinta dengan Sang Penjual Roti

Sebarkan artikel ini

matamaduranews.com-Imam Ahmad bin Hanbal, jelang akhir khayat memiliki kisah inspiratif.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Dikutip dari kitab Manaqib Imam Ahman bin Hanbal, dikisahkan sendiri oleh sang Imam:

Suatu ketika saya mempunyai keinginan kuat untuk safar (bepergian) ke suatu kota (Basrah, Irak) untuk suatu hal yang saya tidak ada keinginan atau rencana. Hanya ada perasaan harus ke sana.

Imam Ahmad bin Hanbal salah satu Imam Madzhab Fiqh yang juga murid Imam Syafi’i, Imam fikih terkenal dari kalangan madzhab Syafi’iyah.

Popularitas Imam Ahmad bin Hanbal sudah tak diragukan. Hanya saja, saat itu keterbatasan teknologi gambar. Sehingga banyak umat Islam yang mengenal nama Imam Ahmad tapi tak mengenal wajahnya.

Imam Ahmad yang tinggal di Baghdad, Irak, hendak menuju kota Bashrah. Wilayah yang hendak dituju berjarak sekitar 532 km.

Keinginan begitu kuat, Imam Ahmad pun datang ke tempat itu mengikuti keinginan hatinya.

Di kota Bashrah, tidak ada maksud lain. Kecuali hati sang Imam Ahmad ingin pergi ke kota Bashrah.

Beliau meriwayatkan “Saat tiba di sana waktu Isya’, saya ikut salat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian tiba-tiba saya ingin istirahat.”

Selepas salat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba sang marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya,

“Kenapa Syaikh, mau ngapain di sini? –term “Syaikh” dalam tradisi Arab bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua.

Marbot tidak mengetahui kalau beliau adalah Imam Ahmad, dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, beliau hafal sejuta hadis, sangat saleh dan zuhud.

Ketika itu belum ada teknologi kamera dan media sosial seperti sekarang, sehingga orang tidak tahu wajahnya, hanya saja namanya sudah terkenal. Kata Imam Ahmad bin Hanbal Ra “Saya ingin istirahat, saya musafir.” Kata marbot, “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.”

Imam Ahmad melanjutkan bercerita “Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid. Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid.”

Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi, Syaikh?” tanya marbot.

“Mau tidur, saya musafir,” jawab Imam Ahmad. Lalu marbot berkata, “Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh.” Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita “saya didorong-dorong sampai jalanan”.

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang mengolah adonan roti, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh “Mari Syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil.”

”Baik”, kata Imam Ahmad

Imam Imam masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir). Penjual roti ini punya perilaku yang bisa dibilang unik, kalau Imam Ahmad mengajak berbicara, maka ia jawab. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah.

Saat meletakkan garam mengucap istighfar, memecahkan telur dengan istighfar, mencampur gandum mengucap lagi istighfar. Selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya “Sudah berapa lama kamu lakukan ini?” Orang itu menjawab “Sudah lama sekali Syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan.”

Imam Ahmad bertanya, “Apa hasil dari perbuatanmu ini?”, orang itu menjawab “(berkah wasilah istighfar) tiada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta ya Allah, langsung dikabulkan”.

Nabi saw pernah bersabda “Siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya.”

Lalu orang itu melanjutkan “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan.”

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya “Apa itu?”

Penjual roti menjawab “Aaya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad bin Hanbal.” Sejurus kemudian Imam Ahmad bin Hanbal bertakbir, “Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu.”

Penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad bin Hanbal.

disadur dari berbagai sumber