Budaya

Kiai Mohammad Faizi; Sastrawan Madura dari Annuqayah

×

Kiai Mohammad Faizi; Sastrawan Madura dari Annuqayah

Sebarkan artikel ini
Mohammad Faizi
K Mohammad Faizi
matamaduranews.comSUMENEP-Kiai Mohammad Faizi, salah satu Kiai muda Annuqayah yang membawa nama harum Pondok Pesantren Annuqayah, di tingkat Nasional, Asia bahkan Internasional.
Dengan keliaran jemari menulis puisi, Kiai Muhammad Faizi menjadi tumpuan mayoritas santri yang gemar menulis, khususnya menulis puisi.
Sejak usia  33, Kiai Faizi mengganti posisi abahnya (KH Abdul Adzim) sebagai Pengasuh  Komplek PP Annuqayah, daerah Al-Furqaan Sabajarin, Guluk-guluk. Kiai muda yang lahir di Sumenep, 27 Juli 1975 ini, banyak menerima penghargaan.
Kendati demikian, tidak membuat dirinya pongah atau sombong sebagai sastrawan muda. Sebab, baginya, apa yang didapat merupakan sebuah anugerah dan tanggung jawab yang harus dipertahankan.
Di antara penghargaan yang ia peroleh adalah lomba penulisan karya sastra tingkat nasional.
Kiai Faizi mengaku pernah mengikuti dua kegiatan sastra nasional, yakni Temu Sastrawan Indonesia ke-IV di Ternate, Maluku Utara (2011); dan Pertemuan Penyair Nusantara ke-6 di Jambi, mengikuti dua kegiatan sastra internasional; “Ubud Writers and Readers Festival” di Ubud, Bali, tahun 2008, dan “Jakarta-Berlin Arts Festival” di Berlin, Jerman, 2011.
Di tengah kesibukan sebagai Kiai Pesantren, guru di lingkungan pondok pesantren dan juga waktu bersama Istri, ia masih sanggup mengukir dan menerjemahkan gugusan bintang saat malam.
Ini dapat  dibaca dari berbagai karya dan rutinitas dirinya sebagai kiai sekaligus penyair.
Penyair yang memiliki latar belakang pesantren, karyanya pasti kental sisi religius. Buku ‘Permaisuri Malamku’, buku yang ditulis oleh penyair yang kiai atau kiai yang penyair tersebut, berusaha mengungkap kembara malam. Dalam ‘Surat Cinta untuk Malam’, sangat terasa nilai relijinya,
jika engkaulah alamat kebenaran/maka perkenankan/sepanjang hidupku menjadi malam/
atau pada puisi ‘Lembar-lembar Cahaya’,
Lembar-lembar cahaya/dibuka satu demi satu/menyibak rahasia/ke rahasia berikutnya.
‘Permaisuri Malamku’ adalah buku puisi salah satu karya M Faizi. Penekanan dalam tulisaannya bukan untuk membahas astronomi secara keseluruhan. Melainkan menyingkap rahasia malam.
Secara tegas ia menyatakan pandangan dalam puisi berjudul ‘Permaisuri Malamku’ yang dipilih sebagai pamungkas atau sebagai judul buku: saat cahaya bermakna bagi gelap/kubiarkan sepi melukaiku/butuh perih untuk menghargai nikmat
Membaca karya tulis M Faizi, jangan berharap mendapatkan ilmu tentang astronomi dengan segala tetek bengeknya.
Penyair yang begitu terpesona dengan malam, berbagi pandangan dan kembara lewat puisi-puisinya. Tentu akan menarik bila dibaca dan dihayati. Wallaylu libasa (Dan malam serupa baju) wannahari ma’asya (Dan siang serupa medan juang).
Mengapa penyair lebih tertarik pada malam?. Apakah malam lebih menakjubkan daripada siang? Liat potongan syair;
Puisi Surat Cinta untuk Malam
Pendar gugus bintang semesta raya
Jika engkaulah alamat kebenaran
Maka perkenankan,
Sepanjang hidupku menjadi malam
………
Barangkali malam telah menjadi kekasih yang anggun baginya dalam mencari alamat kebenaran, barangkali pesona malam lebih menyilaukan daripada siang.
Barangkali penyair lebih tertarik mengungkap rahasia malam, sehingga dengan setia dan penuh ketegasan, jika malam adalah alamat kebenaran maka tak segan-segan penyair mau menjadi malam sepanjang hidup.
Lalu apakah kecintaan penyair pada malam hanya sekedar omong kosong, menghibur diri saja tanpa melakukan perjuangan yang berarti.
Tentu penyair bukan diri yang suka berpangku tangan dalam pengembaraan malam, dalam pengembaraan mencari alamat kebenaran, maka dalam puisi berjudul ‘Permaisuri Malamku’
…………..
saat cahaya bermakna bagi gelap
dan kubiarkan sepi melukaiku
butuh perih untuk menghargai nikmat
……………
Begitu anggun M Faizi mengurai malam yang dianggapnya permaisuri. Begitu indah perjalanan penyair mencari alamat kebenaran, penyair membiarkan sepi melukai agar lebih bisa bersyukuri memaknai nikmat.
Malam berisi sepi, kesepian yang membuat cinta diuji, kesepian pula yang membuat pikiran melayang ke negeri antah berantah mencari sesuatu yang begitu berarti.
Penyair telah menemukan alamat kebenaran kalau malam berisi sepi, kalau sepi bisa melukai diri, melukai kenangan, melukai ketabahan, namun bercinta dengan malam akan lebih mendewasakan batin, lebih menghargai karunia sehingga dengannya bisa tumbuh pohon syukur.
Puisi dan Latar Belakang Penyair adakah hubungan antara puisi dengan latar belakang penyairnya, bisa ia bisa juga tidak, bagaimana cara mengetahui hubungan tersebut, barangkali dengan cara mengkaji hasil karya yang dimiliki.
Buku ‘Permaisuri Malamku’ salah satu buku puisi yang akan mengembara ke dalam puisi yang penuh daya renung. Ia menulis puisi berjudul Namaku Malam, Namaku malam/kepingan waktu yang membentuk subuh/engkau fajar, merah ditempa matahari.
Malam, bagi Kiai Faizi merupakan kepingan waktu yang akan mengantar pada subuh, sebuah pintu pembuka bahwa berkencan mimpi telah usai dan mimpi harus diterjemahkan.
Dalam puisi yang lain berjudul Jemputan, Muhammad Faizi menulis begini, Aku terisak/alangkah mahal jemputan/bagi sebuah kepergian.
M Faizi menyatakan bahwa Puisi yang tercipta di ‘Terminal Bis Tirtonadi’ ini, entah merupakan suatu kebetulan atau memang disengaja menyampaikan isyarat mistis, betapa jemputan begitu mahal.
Betapa jemputan harus membawa bekal yang cukup agar tak menjadi orang linglung.
Disebut mahal harga jemputan adalah ajal, betapa ajal begitu mahal dan tak bisa ditawar.
Dimaksud jemputan dari puisi adalah makna yang sebenarnya bahwa penyair memang sedang menunggu jemputan dari handautaulan, jika didasarkan pada Terminal Bis Tirtonadi.

Yang tak kalah menarik kesan mistis yang dihasilkan penyair pesantren ini ada pada puisi Lembar-lembar Cahaya. Kiai Faizi, menulis begini; Lembar-lembar cahaya/dibuka satu demi satu/menyibak rahasia/ke rahasia berikutnya. Begitu kental pesan mistis yang dikandung puisi tersebut, Andy Fuller, seorang pengamat budaya dan sastra Indonesia kontemporer, menerjemahkan puisinya ke dalam bahasa Inggris dengan judul  Pages of Light.

sumber: mata sumenep

KPU Bangkalan

Respon (1)

Komentar ditutup.