Gaya HidupReligi

Konser Langit, Kenapa Dilarang?

×

Konser Langit, Kenapa Dilarang?

Sebarkan artikel ini
Konser Langit
Ustadz Hanan Attaki

Para kiai menjadi opinion maker dan opinion leader yang ditaati dengan sepenuh hati. Para kiai ini tidak jarang kemudian menjadi ‘’kiai politik’’ yang mengarahkan umatnya untuk melakukan pilihan politik tertentu. Di beberapa daerah mudah ditemui seorang kiai yang kemudian menjadi politisi, atau anak-anaknya menduduki jabatan-jabatan politik seperti anggota DPR atau menjadi kepala daerah.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kondisi ini berubah dengan munculnya teknologi informasi yang berkembang sangat cepat. Perubahan sosial besar terjadi karena teknologi. Masyarakat tidak lagi menjadikan kiai sebagai opinion leader dan opinion maker. Sebagai gantinya, mereka mendengarkan ceramah melalui Youtube dan bertanya mengenai berbagai hal melalui mesin peramban Google.

Di masa lalu pengajian seorang ustaz atau guru mengaji mungkin akan didengar oleh puluhan santri saja. Di masa 1990-an, sebuah pengajian di kampung yang dihadiri oleh seribu jamaah saja sudah pasti akan disebut sebagai ‘’Pengajian Akbar’’.

Sekarang, di era digital, pengajian UHA ditonton oleh jutaan santri digital melalui streaming. Gus Baha, Ustaz Abdul Somad, Ustaz Dasad Latief, Gus Nadjih Maimoen, Buya Yahya, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Khalid Basalamah, , dan sebutlah semua ustad zaman now. Mereka semua mendapatkan berkah dari internet, sehingga bisa melakukan dakwah digital dengan murah dan efektif, serta menjangkau puluhan juta ummat dalam sekali tayang.

Para santri digital ini tumbuh dimana-mana dan menjadi jaringan santri digital yang kuat dan solid. Mereka menjadi komunitas santri digital global baru yang menjadi bagian dari ‘’the network society’’ atau masyarakat berjaringan ala Manuel Castells.