Opini

Mengembangkan Pendidikan Berkarakter Qurani

×

Mengembangkan Pendidikan Berkarakter Qurani

Sebarkan artikel ini
Mengembangkan Pendidikan Berkarakter Qurani
Muzayyinatul Hamidia

Oleh: Muzayyinatul Hamidia*

Muzayyinatul Hamidia
Muzayyinatul Hamidia

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Maka tidak heran, jika masalah pendidikan tidak akan pernah selesai untuk dibahas. Secara teknis, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membentuk manusia yang beradab. Beradab merujuk kepada berkarakter kuat, bermartabat, berakhlak serta bermanfaat bagi sesama.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Pendidikan karakter erat kaitannya dengan akhlak dan akhlak itu sendiri memiliki pengertian yang luas dengan pemaknaan yang terbatas. Akhlak tidak terbatas pada santun dalam berbicara dan sopan dalam bersikap, tetapi juga kreatif, inovatif, berpikir positif, produktif dalam berkarya, serta bertanggung jawab.

Sedangkan pendidikan berkarakter Qurani merujuk pada program pendidikan yang menekankan nilai-nilai Alquran dalam proses belajar-mengajar. Dalam hal ini, baik pendidik ataupun peserta didik ditekankan untuk mengembangkan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Alquran kapanpun dan di manapun mereka berada.

Dalam penelitian Hakim (2014) menjelaskan pendidikan Alquran bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, pandai baca tulis Alquran, berakhlak mulia, mengerti, memahami serta mengamalkan isi Alquran.

Hakim menambahkan bahwa penerapan pendidikan karakter Qurani ada empat aspek yang menjadi landasan, yang meliputi; pertama, aspek dogmatis merujuk pada Alquran adalah wahyu Allah yang tidak dapat disangkal kebenarannya. Kedua, aspek sosio-kultural  merujuk pada bangsa Indonesia berpenduduk mayoritas muslim yang mana mengaji serta mengamalkan nilai-nilai Alquran merupakan sebuah budaya. Ketiga, aspek historis merujuk pada masyarakat Indonesia dari zaman dulu terbiasa belajar mengaji di surau, dan bermula dari sanalah pendidikan karakter berbasis Qurani terbentuk.

Dalam konteks pendidikan formal, pendidikan berkarakter Qurani tidak harus selamanya menghafal Alquran sebagaimana konsep pendidikan Alquran di sekolah-sekolah tahfidz, tetapi pengembangan pendidikan berkarakter Qurani dimaksudkan agar pihak sekolah bisa menanamkan nilai-nilai Alquran dengan cara menghafal atau membaca surat-surat pendek dalam Alquran sebelum memulai pelajaran atau sebelum jam pulang. Selain itu, pihak sekolah harus memberi titik tekan terhadap akhlak siswa, seperti berkata sopan, menunduk ketika di hadapan guru, datang tepat waktu dan lain sebagainya.

Akhlak setiap peserta didik akan mencapai akhlakul karimah jika pendidik mampu menjadi teladan yang baik. Dengan kata lain, setiap pendidik harus mampu mendidik dirinya sendiri sehingga dengan mudah untuk mendidik murid-muridnya. Tidak sedikit yang terjadi di lapangan murid berlaku tidak sopan kepada gurunya, seperti nyeletuk ketika guru menjelaskan, tidak mengerjakan tugas sekolah, bahkan berkata kasar. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Azzarnuji dijelaskan bahwa barang siapa menyakiti hati gurunya, niscaya diharamkan baginya keberkahan ilmunya dan tidak akan bermanfaat ilmunya kecuali sedikit.

 

Pendidikan Keluarga

Pendidikan berkarakter Qurani tidak selamanya hanya ada dalam konteks pendidikan formal, namun juga bisa dikembangkan di lingkungan keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Dari itu, tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.

Hendaknya setiap orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Seperti membudayakan mengaji Alquran di setiap subuh dan habis magrib, atau kalau perlu terapkanlah one day one juz (satu hari, satu juz Alquran). Sebab, Alquran merupakan obat segala penyakit jiwa, terlebih bagi anak-anak yang masih belum dewasa. Jika dibiasakan sejak dini, maka Alquran akan mendarah daging dalam dirinya. Pun juga sama bagi orang dewasa, Alquran adalah penenang jiwa, sumber segala kebaikan yang berisi wahyu Tuhan.

Menanamkan nilai-nilai karakter Alquran kepada anak sebenarnya cukup sederhana, seperti mengajaknya shalat berjamaah, makan bersama keluarga, menjenguk tetangga yang sakit, menyiram bunga, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Semua kegiatan tersebut secara implisit merupakan bagian dari ajaran Alquran dan akhlaq Rasulullah.

Tujuan utama pendidikan adalah membentuk akhlak yang terpuji. Namun, untuk mencapai tujuan ini memang tidaklah mudah. Butuh kesabaran, keikhlasan, komitmen, konsistensi, serta mental baja dalam mengahadapi setiap tantangannya. Dalam hidup dan kehidupan, tentunya setiap manusia memiliki tantangan tersendiri dengan bermacam variasi. Namun dengan keteguhan hati yang terus diasah dengan nilai-nilai Qurani, insya Allah kita akan menjadi hamba yang selamat dunia-akhirat. Jadi, mari mulai saat ini kita kembangkan dan implementasikan pendidikan berkarakter Qurani. Selamat mencoba!

*Alumni Program Pascasarjana Universitas Islam Malang, asal Pamekasan, Madura.

KPU Bangkalan