Metode Belajar SD As Salam; Ajak Siswa Bermain Sambil Belajar

×

Metode Belajar SD As Salam; Ajak Siswa Bermain Sambil Belajar

Sebarkan artikel ini
Metode Belajar SD As Salam; Ajak Siswa Bermain Sambil Belajar
Guru SD As-Salam saat mendampingi salah satu siswa baru tampil di depan kelas mengenalkan diri kepada temannya. (foto/Hasin, Mata Bangkalan)
SD As Salam termasuk sekolah yang mengutamakan pengembangan karakter peserta didik. Melalui sejumlah program unggulan dan beragam kegiatan positif, siswa diajak untuk bermain sambil belajar mengenali potensi diri.
Guru SD As-Salam saat mendampingi salah satu siswa baru tampil di depan kelas mengenalkan diri kepada temannya. (foto/Hasin, Mata Bangkalan)
Guru SD As-Salam saat mendampingi salah satu siswa baru tampil di depan kelas mengenalkan diri kepada temannya.
(foto/Hasin, Mata Bangkalan)

MataMaduraNews.comBANGKALAN-SD As Salam adalah sekolah masa depan yang sebagai wadah pembentukan karakter peserta didik secara holistik atau terpadu. Lokasinya berada di Perum Nilam, Jl. Halim Perdana Kusuma, Mlajah, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 dengan model kurikulum tematik terpadu serta pendekatan pembelajaran Qur’an-Based Project.

Kepala SD As Salam, Eva Albatul mengungkapkan, sekolah yang masuk lima hari dalam seminggu ini tidak membebankan siswa-siswinya dengan PR, karena pembelajaran dilakukan secara tuntas. PR ala SD As Salam berbentuk project yang menyenangkan, misalnya membuat kartu ucapan terima kasih kepada orang tua, memberikan balon perdamaian kepada tetangga, melalukan environment learning (wawancara tentang satu topik) dan service learning, seperti dan menyapu musholla sekitar sekolah.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), SD As Salam tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Namun menggunakan handout yang dibuat oleh guru As-Salam sebagai salah satu bentuk kreativitas guru yang memang benar-benar disesuaikan dengan perkembangan kemampuan anak. “Sehingga penilaian yang dilakukan di sekolah ini juga penilaian otentik yang mengukur kemampuan peserta didik dari ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya secara komprehensif,” ujar Eva, Jum’at pekan lalu.

Bagaimana hal itu bisa dilakukan? Eva mengatakan sumber daya manusia di sekolah yang dipimpinnya ini bisa diandalkan. Itu karena Tenaga Pendidik dan Kependidikan di SD As-Salam adalah mereka yang sudah lulus seleksi yang diadakan oleh lembaga konsultasi dan manejemen pendidikan NEXT EDU INDONESIA, dengan serangkaian pelatihan “Sekolahnya Manusia” dan strategi pembelajaran Multiple Intelligences.

Selama lima hari dalam seminggu, kegiatan pagi di SD As Salam diawali dengan membaca 6 surah terakhir dalam al-Qur’an yang dilanjutkan dengan asmaul husna. Setalah itu, siswa menuju Bilik Dunia untuk melakukan kegiatan Gerakan Membaca Anak As Salam (GEMA ASA) selama 15 menit. Salah satu kegiatan di Bilik Dunia adalah reading challenge, yaitu pemberian sertifikat kepada siswa yang membaca buku dan me-review dengan jumlah tertentu.

Setelah kegiatan pagi selesai, barulah kegiatan akademis dimulai hingga jam 11.45. Pada jam ini anak-anak bersiap-siap mengantri wudhu dan setelah semua siap, mereka melakukan shalat berjamaah. “Setelah shalat, siswa mencari pembimbingnya masing-masing untuk mengaji secara individual,” terang Eva.

Selepas mengaji al-Qur’an, bagi sebagian anak yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler (ekskul), langsung menuju ruang kelas ekskul. Namun bagi sebagian anak yang tidak mengikuti kegiatan tersebut, masih bermain di lingkungan sekolah sambil menunggu jemputan.
“Kegiatan ekskul di As Salam seperti Klub Menulis (KKPK), Bengkel Baca Tulis (BBT), tari, vocal group, Pildacil, handycraft, dan tahfidh juz Amma,” tambah perempuan asal Sumenep ini.

Secara umum, SD As Salam memiliki tujuh program unggulan yang menjadi nilai tawar kepada wali murid. Ketujuhnya meliputi, Qur’an-Based Project, Life Attitude, Quality Time/Parenting Education, Parents in Action, Folk Games, Multiple Intelligences Research (MIR), dan Edu Wisata yang saling berkaitan.

Kepada Mata Madura, Eva menjelaskan keterkaitan tersebut terjalin mulai dari proses penerimaan siswa hingga konsep penilaian akhir bagi mereka. Dalam proses penerimaan siswa baru sekaligus pertama tahun ini, SD As Salam tidak menggunakan tes masuk secara kognitif sebagaimana lazimnya sekolah lain. Akan tetapi SD yang baru berdiri ini menggunakan Multiple Intelligences Research (MIR), yaitu alat riset kecerdasan yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing anak melalui wawancara perorangan dan orang tua.

“Hasil wawancara tersebut kemudian dianalisa oleh seorang psikolog dan akan dilaporkan dalam bentuk grafik kecerdasan anak,” katanya.

Dengan adanya laporan kecerdasan itu, guru As Salam akan lebih mudah menyesuaikan gaya mengajarnya karena akan disesuaikan dengan gaya belajar anak yang sudah tertera pada laporan hasil MIR. Pun dengan peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran karena pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan.

Saat masuk pada proses pembelajaran, peserta didik SD As-Salam tidak hanya difasilitasi oleh guru, akan tetapi melibatkan orang tua yang saat penerimaan siswa baru sudah mulai dilibatkan dalam tes MIR. Dan agar lebih menarik, keterlibatan orang tua dikemas dalam kegiatan Parents in Action, yaitu wali murid berbagi pengalaman kepada siswa sesuai dengan profesi masing-masing.

Selain berbagi pengalaman, wali murid juga akan belajar tentang pola asuh anak yang baik. Melalui program Parenting, orang tua akan belajar cara mengasuh putra-putrinya di rumah dengan baik. Menurut Eva, kegiatan ini sangat penting, karena akan menyatukan paradigma sekolah dengan orang tua tentang pola asuh anak. “Dengan adanya kerja sama yang baik antara sekolah dan orang tua, maka proses pembelajaran pun akan semakin mudah,” tambah Eva.

Sedangkan sebagai sekolah yang berbasis karakter, SD As-Salam menerapkan pembelajaran Life Attitude sebagai hidden kurikulum. Artinya pembelajaran ini tidak dinilai, namun membiasakan siswa untuk memiliki sikap-sikap baik dalam interaksi dengan orang lain. Misalnya, cara menyambut tamu yang datang ke sekolah, cara meminjam barang milik temannya, dan lain-lain. Melalui pembelajaran ini pula pendekatan Qur’an-Based Project yang merupakan model pembelajaran muatan lokal dimana mengintegrasikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, dengan mudah bisa diterapkan.
“Model ini dipilih karena sesuai pendapat Marzano (1985) dan Bruner (1960), aspek afektif di sekolah dasar memiliki persentase paling banyak daripada dua aspek yang lainnya,” Eva memberi argumen.

Selain itu, pembelajaran karakter lainnya dilakukan dalam kegiatan Folk Games, yang termasuk bagian dalam mata pelajaran PJOK. Yaitu menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional Indonesia, khususnya Madura, yang memiliki nilai-nilai karakter. Makanya konsep Edu Wisata juga bisa terlaksana dengan baik, karena dengan Folk Games misalnya, peserta didik tidak hanya belajar di dalam ruangan kelas, tetapi juga memanfaatkan lingkungan sekolah yang hijau sebagai laboratorium belajar anak, utamanya melalui strategi pembelajaran environment learning.

Hasin, Mata Bangkalan

KPU Bangkalan