Novi Kamalia, Penyebar Mantra Literasi

×

Novi Kamalia, Penyebar Mantra Literasi

Sebarkan artikel ini
Novi Kamalia. (Foto Hay/Mata Madura)

matamaduranews.comPAMEKASAN-Bagi Novi Kamalia (34 tahun), membaca, menulis, berdiskusi, menonton film, dan travelling, adalah hobi yang tak terpisahkan dan tak pernah selesai. Hobi yang belakangan dia tularkan kepada para pelajar dan anak-anak muda di Madura.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Novi memiliki latarbelakang yang kompleks. Setelah enam tahun menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Novi merantau ke Jakarta. Selama sembilan tahun di Jakarta, ia menyelesaikan studi sarjana jurusan Tafsir-Hadis di Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah, dan program magister di Universitas Indonesia (UI).

Kembali ke kampung halaman, bersama anak muda terdiri dari mahasiswa, akademisi, guru, seniman, jurnalis, aktivis, dan penulis, Novi menginisiasi sebuah komunitas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Madura. Pertengahan 2017 lalu, pun lahir Komunitas Literasi “Sivitas Kotheka”.

“Sivitas Kotheka” adalah gabungan dua istilah dari bahasa berbeda. Sivitas (Latin) berarti ‘warga’, sedangkan Kotheka (Madura) secara harfiah berarti ‘mantra’. Novi menjelaskan, komunitas tersebut ingin menjadi mantra yang tidak kasat tetapi berdampak sangat kuat bagi masyarakat.

Menurut Gadis kelahiran Pamekasan, 8 November 1984, itu, Sivitas Kotheka hadir guna menjembatani pengetahuan dengan berperan sebagai penerjemah pengetahuan yang rumit dari lembaga pendidikan menjadi bahasa yang mudah dipahami masyarakat umum.

Sivitas Kotheka aktif menggelar kegiatan bedah buku, seminar, dan lokakarya. Tak kalah penting adalah road show literasi ke kampus-kampus, sekolah, dan pesantren. Hampir sebulan sekali digelar ‘Koloman Budaya’ dengan mengangkat topik seputar sejarah dan kebudayaan. Sesekali mengangkat topik-topik aktual.

Hobi Novi dalam menulis tumbuh sejak mondok di Al Amien, dimulai menjadi reporter Majalah Qalam. Talenta kepenulisan Novi semakin terasah sejak kuliah di Jakarta dan bertemu dengan kolumnis kenamaan, Radhar Panca Dahana. Dari tangan kreatif Novi, lahir sejumlah buku, diantaranya Semudah Bermain Catur (esai), Tak Jalan Maka Tak Sayang (esai), dan Fa (puisi).

Talenta itu yang kini tularkan kepada anak-anak muda. Ia road show literasi ke sejumlah kampus, sekolah, dan pesantren, untuk menyebar semangat membaca dan menulis. Bagi Novi, menulis adalah sebuah kebahagiaan tersendiri karena bisa mendokumentasikan ide-idenya, dan kelak bisa dibaca oleh generasi mendatang.

”Saya menulis agar anak cucu saya tahu bahwa ibunya pernah ada dan seorang penulis. Dan saya bahagia sebab itu,” tukas produser pertunjukan Teater Kosong “Republik Reptil” dan “Homo Reptilicus” di TIM Jakarta itu, akhir Oktober lalu.

Membaca adalah pintu utama seseorang bisa menjadi penulis. Tak ada seorang penulis terkenal, tanpa hobi membaca. Tak hanya buku. Membaca keadaan dan kenyataan kehidupan sehari-hari. Guna membangun budaya membaca, rumah pribadi Novi di Jalan Veteran Gang VI Kecamatan Barurambat, Kota Pamekasan pun disulap menjadi perpustakaan mini.

Novi, kini tengah menyelesaikan studi doktoral bidang Ilmu Sosial di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Disertasinya mengangkat ”Relasi Kuasa Seksualitas Masyarakat Madura.”

Hay, Mata Madura