Potensi Batik UD Bintang Abadi

×

Potensi Batik UD Bintang Abadi

Sebarkan artikel ini
Abd Rahman menunjukkan salah satu produk batik tulis UD Bintang Abadi Collection kepada Mata Madura di galerinya.
Abd Rahman menunjukkan salah satu produk batik tulis UD Bintang Abadi Collection kepada Mata Madura di galerinya.

Ghirah pengembangan potensi batik tulis mendorong mantan karyawan menjadi bos batik tulis. Sebuah inspirasi dalam wirausaha.

matamaduranews.com, PAMEKASAN – Namanya Abd. Rahman. Salah satu pengusaha batik tulis Pamekasan yang terinspirasi dengan potensi pasar batik tulis Madura. Dia kian yakin setelah sejumlah koleganya mendorong agar membuka usaha baru dalam produksi batik tulis. Tepat pada tahun 2008, ia launching usaha batik tulis bernamakan UD Bintang Abadi, berlokasi di Dusun Batubaja, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan.

Bekal teknik memproduksi batik tulis Rahman peroleh dari tempat dulu ia bekerja. Selama delapan tahun menjadi karyawan di salah satu produk batik tulis Pamekasan, Rahman sangat optimis hasil produksinya bisa bersaing dengan pengusaha batik tulis lainnya yang lebih awal dan terkenal di pasaran batik tulis Madura.

Buah kesuksesan ia peroleh ketika menerima orderan dari kampus ITS dan instansi pemerintah seperti Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, Bank Bukopin Probolinggo, Kementerian Agama Jogjakarta, Rumah Sakit Wlingi Blitar, serta menangani seragam umroh dan lembaga-lembaga pendidikan di Pamekasan.

Pemuda kelahiran Pamekasan, 15 Januari 1986 ini menilai, potensi batik tulis di Pamekasan sangat mendukung kesuksesan industri usaha batik. Dia beralasan, citra Pamekasan sangat terkenal sebagai kabupaten produksi batik tulis setelah dikukuhkan sebagai Sentra Batik Tulis Jawa Timur pada tahun 2009.

Karena itu, ia berharap para pemuda Pamekasan terus berkreasi dan berinovasi dalam berwirausaha sekaligus melestarikan kerajinan budaya Madura yang bernilai ekonomis.

Rahman berpendapat, potensi pengrajin batik tulis di Pamekasan masih perlu sentuhan kreasi dan inovasi agar hasil produksinya bisa memiliki nilai eknomis tinggi.

“Sebenarnya, berwirausaha batik tulis memiliki nilai emosi. Selain kerajinan lokal Madura, produk batik perlu dikembangkan agar para pemuda atau masyarakat Indonesia pada umumnya bisa mencintai produk asli dalam negeri,” terang Rahman saat menemui Mata Madura, di rumahnya, di Jl Industri Banyumas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan.

Pernah Bekerja Pada Bos
Menjadi juragan atau bos UD Bintang Abadi, tidak didapat Rahman dengan serta-merta. Jauh sebelumnya, ia sudah bergelut dengan batik sejak siswa hingga menjadi mahasiswa. Seingatnya, kurang lebih 8 tahun kemampuan serta potensi pengembangan batik ia dapatkan. Itu semua lantaran dipercaya oleh orang yang disebutnya bos sampai sekarang.

Namun meski berpengalaman, tak berarti usaha yang ia jalankan bakal selalu mulus. Dalam kurun waktu 8 tahun juga sejak berdiri, kegagalan demi kegagalan sudah pernah diterimanya.
“Yang namanya ujian untuk setiap usaha mesti ada. Cuma dengan memiliki jiwa wirausaha, kegagalan hanya sebuah langkah awal untuk lebih maju lagi,” katanya. Dan berkat optimisme itu, kini Rahman mampu menghidupi keluarga kecil beserta 25 orang karyawannya yang digaji sesuai jumlah produksi batiknya.

“Tiap kali produksi satu minggu dua kali sampai finishing. Itu menghasilkan sekitar 150 potong dengan standar multi harga mulai dari tingkat bawah, menengah dan atas,” jelas alumni UIM Pamekasan itu.

Soal harga, kata Rahman sangat beragam. Mulai dari harga Rp 60-100 untuk batik standar hingga harga Rp 100 lebih sampai Rp 1 atau 2 juta jenis kelas menengah ke atas, ia sediakan. Dengan jenis dan harga beragam itu, tiap bulan ia mampu meraup keuntungan rata-rata mencapai Rp 7,5 jutaan, dengan mitra yang tersebar di berbagai daerah pemasaran.

Mendapat Tempat di Hati Pelanggan
Delapan tahun berjalan, usaha Rahman sudah cukup terkenal. Meski menggunakan sistem mitra dalam pemasaran, UD Bintang Abadi sudah mendapat tempat di hati para pelanggan hingga instansi pemerintahan. Terbukti, selain banyak peminat dari masyarakat biasa dan lokal batiknya juga pernah mendapat pesanan dari sejumlah pelanggan.

“Kalau dari segi permodalan memang ditawarkan oleh pemerintah, diarahkan terhadap Bank UMKM Jawa Timur. Cuma karena secara pribadi saya tidak dikasih ijin sama orang tua, jadinya modal sedikit yang penting berjalan,” tuturnya, kepada Mata Madura.

Di sisi pemasaran, usaha Rahman juga sering mendapat bantuan pemerintah kabupaten maupun provinsi, khususnya dalam bidang pemeran. Bahkan, untuk di Jawa Timur produk batiknya dapat ditemukan di Galeri Batik Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur.

Kini, selain mendapat keuntungan finansial, Rahman membagikan satu keutungan dan modal besar bahwa dalam berwirausaha kita harus berpikir optimis dan berjiwa besar. Artinya apabila dalam perjalanan usaha mengalami kegagalan, kita harus tetap berjuang dan percaya suatu saat akan tetap sukses sesuai harapan.

“Apalagi di bidang batik ini, tidak laku saja tetap luar biasa. Karena motifnya semakin lawas, jadi semakin mahal,” tandasnya, sambil tertawa. (jufri/yon/rfq)

KPU Bangkalan