Opini

Shalat Jum’at dan Rekonstruksi Keimanan

×

Shalat Jum’at dan Rekonstruksi Keimanan

Sebarkan artikel ini
Shalat Jumat
Ilustrasi Shalat Jum'at dan Rekonstruksi Keimanan. (Foto Design by A. Warits/Mata Madura)

Oleh: Subhan Hi. Ali Dodego*

Sebagai agama Samawi Islam adalah agama yang berasal dari Allah SWT, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, shalat lima waktu adalah perintah Allah yang telah termaktub  dalam rukun iman yang kedua. Karena itu, shalat dalam ajaran Islam adalah sebuah kewajiban yang bila dikerjakan mendapat pahala dan meninggalkan mendapat dosa.

Karena jaminan bagi orang yang mengerjakan shalat mendapat pahala, maka setiap umat Islam berbondong-bondong melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam. Dengan harapan agar mereka dapat masuk ke dalam surganya Allah SWT. Jika kita melihat keutamaan shalat lima waktu seperti: shalat Isya’, Subuh, Zuhur, Ashar dan Maghrib masing-masing memiliki keutamaan. Terlebih lagi membincang terkait dengan keutamaan melaksanakan shalat Jum’at secara berjama’ah.

Kata Jum’at berasal dari kata Jumu’ah yang artinya berkumpul atau berjama’ah. Shalat Jum’at adalah ibadah yang wajib dilaksanakan  secara berjama’ah  bagi lelaki Muslim setiap hari Jumat yang menggantikan shalat Zuhur. Dan tidak diperbolehkan  bagi seorang Muslim mukallaf meninggalkan shalat  Jum’at tanpa adanya uzur syar’i.

Karena begitu pentingnya shalat Jum’at maka Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya orang yang suka meninggalkan shalat Jum’at itu menghentikan  kebiasaan buruknya, atau Allah akan mengunci mati hatinya, kemudian  dia menjadi orang ghafilin (lalai) (HR. Muslimu)”. Dan juga dalam hadis lain Rasul SAW bersabda: “Siapa yang meninggalkan jumatan 3 kali, bukan karena darurat, Allah akan mengunci hatinya.” (HR. Ibnu Majah  dan dishahihkan  al-Albani).

Allah SWT telah memberikan  karunia yang sangat besar bagi umat Islam dengan adanya shalat Jum’at. Di antara keutamaan tersebut adalah dapat menghapuskan dosa dan kesalahan, dan juga dapat meninggikan derajat seorang mukmin. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk meninggalkan shalat Jum’at bagi lelaki Muslim yang telah balig atau dewasa. Sebab, shalat Jumat adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan secara totalitas dan sungguh-sungguh. Dan muara dari shalat Jum’at adalah mencapai keridhaan Allah SWT.

Sudah jamak diketahui bahwa shalat Jum’at hukumnya wajib atau dalam bahasa Arab disebut Fardu ’Ain. Selain wajib, shalat juga memiliki fadhilah yang sangat besar. Adapun keutamaan shalat Jum’at dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama,  menghapuskan dosa. Kedua, saat Allah menyempurnakan Islam dan mencukupkan nikmat. Ketiga, hari yang disebut Asy Syahid. Keempat, jika bersegera  menghadiri shalat Jum’at akan memperoleh pahala yang besar. Kelima, setiap langkah menuju shalat Jum’at mendapat ganjaran puasa dan shalat setahun.

Jika dilihat keutamaan atau pentingnya shalat Jum’at tersebut di atas dapat dipahami bahwa pahala yang diperoleh bagi yang melaksanakan shalat Jum’at sangatlah besar. Hal tersebut terekam dalam firman Allah SWT dan hadis Nabi SAW.

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah  jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah/62: 9).

Rasulullah SAW bersabda: “Di antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, itu dapat menghapuskan  dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar.” (HR. Muslim).

Dari penjelasan di atas, tampak dan jelas bahwa hari Jumat adalah hari berkumpulnya umat Islam untuk beribadah kepada Allah SWT. Umat Islam datang menghadiri panggilan Allah sebagai makhluk yang merasa dirinya berdosa dan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada mereka di dunia dan kelak di akhirat nanti.

Keutamaan-keutamaan shalat Jum’at tersebut bermuara pada pembentukan iman yang kokoh dan membentuk akhlakul karimah. Jika shalat itu dilaksanakan dengan ikhlas dan diniatkan untuk Allah SWT. Karena berbicara tentang keimanan berarti berbicara tentang keyakinan seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam Islam, iman itu diyakini oleh hati, diucapkan oleh lisan dan dikerjakan dengan perbuatan. Dan landasan iman dalam Islam adalah Alquran dan hadis. Konsep tentang keimanan itu telah terkristalisasi dalam rukun iman yang terdiri atas enam perkara. Di antaranya beriman kepada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul Allah, hari akhir dan beriman kepada qadha dan qadar Allah.

Atas dasar itulah, maka ibadah shalat Jum’at memiliki relasi yang sangat erat dengan keimanan seseorang. Ibadah shalat Jum’at diharapkan dapat membentuk pribadi Muslim yang lebih berkualitas dan dapat berkompetisi dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khairaat). Baik dalam meningkatkan kualitas ibadah ritual (Shalat, Puasa, Zakat dan Haji), maupun ibadah sosial (membangun kegiatan sosial utuk kepentingan masyarakat). Dengan kualitas ibadah inilah, maka umat Islam akan menjadi umat terbaik. Untuk menjadi umat yang terbaik sangat bergantung pada kualitas ibadah. Karena itu, ibadah yang dilakukan harus secara sempurna (kaffah), diniatkan semata-mata untuk menggapai keridhaan Allah SWT, dan bukan karena dunia dan materi.

Dengan demikian, dari paparan dan analisis di atas, dapat dipahami bahwa hikmah di balik pelaksanaan shalat Jum’at juga dapat diterjemahkan sebagai wadah untuk mempererat silaturahmi antar umat Islam. Selain itu, ibadah shalat Jum’at dapat meningkatkan ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Sebab, manusia diciptakan di muka bumi semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Semoga shalat Jum’at tidak hanya menjadi kebiasaan bagi umat Islam yang setiap hari Jum’at melaksanakan shalat dan hanya menggugurkan kewajibannya sebagai umat Islam. Tapi lebih dari itu. Yakni shalat Jum’at dapat membentuk karakter umat Islam menjadi mulia dan menjadikan Islam sebagai nafas perjuangan.

“Iman itu diterima oleh akal, diyakini oleh hati dan dikerjakan dengan perbuatan. Jika mulut berkata beriman namun hati menolak, itu pertanda iman belum sempurna. Sebaliknya jika akal mengatakan beriman tapi hati dan mulut menolak maka itu juga iman belum sempurna. Iman yang sempurna adalah panduan utuh antara perkataan, akal, hati, dan perbuatan sama-sama mengatakan beriman. Lalu ibadah itu dilakukan secara konsisten dan kontinu”.

*Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Ternate, dan Ketua Umum HMI Komisariat Ushuluddin IAIN Ternate, Maluku Utara.

KPU Bangkalan