Oleh: Moh. Syaiful*
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!matamaduranews.com-Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Itulah bombardir semangat juang jiwa para pemuda bangsa Indonesia. Mereka pejuang muda. Mengukir sejarah. Di tangan pemuda. Indonesia meraih kemerdekaan.
Semangat menggebu para pengikrar; Satu Tanah Air. Satu Bangsa. Satu Bahasa. Itulah ikrar yang perlu menjadi cerminan bagi para pemuda saat ini.
Setiap tanggal 28 Oktober, para pemuda bangsa Indonesia memiliki momentum. Mengenang semangat juang para pemuda tempo doelo.
Apakah semangat juang pemuda hanya tanggal 28 Oktober saja? Setelah itu, semua ramai-ramai kembali sibuk dengan gadget dan game onlinenya?
Fenomena kepalsuan para pemuda saat ini perlu direnungi bersama. Layu semangat juang para pemuda setelah tersihir hedonisme global. Para pemuda tanpa berpikir keras untuk mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan para pendahulu bangsa.
Itulah fenomena para pemuda banyak mengandalkan ‘trah keajaiban’. Tanpa berpikir mandiri. Mereka terlena di zona nyaman.
Imam Syafi’i pun berkata, tidaklah mungkin orang yang punya mimpi dan bercita-cita besar hanya duduk berpangku tangan. Tinggalkanlah watan dan kenyamanan. Maka kau akan menemukan gantinya karena kenikmatan hidup didapatkan setelah kau melewati kelelahan. Begitulah menurut sang Imam.
Tantangan dan hambatan pemuda saat ini semakin mencekam. Pemuda disuguhi berbagai keburukan, masalah, himpitan hidup, bingung arah masa depan. Masalah bertubing seakan tak memberikan solusi. Seolah bangsa ini tak lagi punya harapan ke depan.
Sisi lain. Tak sedikit prestasi para pemuda generasi bangsa yang patut kita contoh. Mereka bertabur ide cemerlang dengan peradaban tinggi. Selalu menginspirasi. Mereka memiliki mimpi dan visi jauh kedepan. Mimpi menjadi orang sukses dengan mimpi-mimpi besar.
Begitulah kata pepatah. Bermimpilah setinggi langit. Jikalau jatuh, akan jatuh diantara bintang-bintang. Jangan pernah menurunkan mimpi dan cita-cita. Kerahkan segala daya dan kemampuan meraih kesuksesan.
Perubahan masa lalu karena para pemuda mampu melakukan perubahan besar terhadap bangsa, agama dan tanah airnya.
Dalam agama, ada Ibrahim muda yang menentang Namrud demi tegaknya nilai ketauhidan. Ada Musa yang menentang Fir’aun yang dzolim. Saat reformasi pemerintahan Indonesia, para pemuda yang berperan dan memberi andil besar.
Tak ada alasan lagi bagi para muda untuk bermalas-malasan. Menunggu ‘titipan’. Indonesia bukanlah bangsa terjajah. Indonesia bangsa pejuang. Tak ada alasan bagi generasi muda untuk berleha-leha dan bermalas-malasan.
Begitu beruntung para generasi muda yang terus melangkah dan berlomba-lomba menebar kebaikan.
Sebaliknya, begitu celaka para generasi muda terus-menerus melakukan keburukan. Tanpa berbuat perubahan. Sehingga dirinya seperti ‘sampah’. Generasi tergerus perubahan zaman.
Anis Baswedan, Gubernur DKI mengatakan, “Generasi tua menawarkan masa lalu karena pengalamannya. Tetapi generasi muda haruslah menawarkan masa depan karena mereka punya harapanâ€.
Pemuda saat ini adalah pemimpin masa depan. Jika kau ingin mengetahui bagaimana suatu negara dimasa yang akan datang. Maka lihatlah pemuda saat ini. (al-hadits)
Pemuda perlu benteng moral. Pengembangan wawasan. Perlu asah skill dan penanaman rasa nasionalisme. Mereka tulang punggung negara di masa yang akan datang.
Pemuda adalah harapan bangsa. Sebaik-baik manusia adalah mereka bisa menebar manfaat untuk orang lain.
Pemuda, jadilah laksana mutiara dan permata bangsa. Jadilah pelita di tengah gelap dan suramnya aura suasana.
Para pemuda tetaplah berkilau. Yakin lah, tebarlah prestasi. Bukan menebar benci.
Terus berkontribusi melalui kritik dengan solusi.
Bergerak lebih baik. Menatap hidup lebih bermanfaat.
Selamat Hari Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928-28 Oktober 2019
*Wartawan Mata Bangkalan