Catatan: Johar Maknun, Kabiro Mata Pamekasan
matamaduranews.com-Pasca Wabup Raja’ie meninggal dunia. Berbagai spekalusi muncul di kalangan aktivis dan pengamat politik lokal Pamekasan.
Mereka memprediksi Bupati Pamekasan Ra Baddrut Tamam bakal mengosongkan posisi Wakil Bupati (Wabup) hingga akhir periode kepemimpinannya.
Pendapat ini merujuk pada pola kepemilikan Bupati Baddrut yang dinilai cenderung tampil sebagai single fighter.
Pendapat dan prediksi para aktivis dan pengamat itu, saya rasa tak berlebihan. Itu merujuk berbagai fenomena komunikasi antara Baddrut dan Raja’ie selama masih menjabat.
Di antara fenomena itu nuncul dari pernyataan Bupati Baddrut sendiri yang mengaku nyaman dengan karakter almarhum Raja’ie.
Katanya, kepribadian Wabup Raja’ie selalu memposisikan sebagai “santri” Baddrut. Sampai-sampai saat berfoto dalam posisi sejajar pun dengan Baddrut, almarhum Raja’ie enggan.
Dari sikap almarhum Raja’ie itu, secara vulgar Baddrut menyatakan kagum atas kepribadian almarhum.
Positioning Wabup Raja’ie itu, ternyata menjelma menjadi semacam standar figur Wabup pengganti almarhum Raja’ie bagi PKB. Bukan sekadar mencari Wabup pengganti. Tapi mencari figur Wabup model almarhum Raja’ie.
Alhasil, kemunculan sosok Fattah Jasin yang diketahui pertama oleh PKB, memunculkan banyak pertanyaan. Sebab, sosok Fattah Jasin adalah justru jauh dari penjelmaan figur almarhum Raja’ie.
Pertama, Fattah Jasin atau Gus Acing adalah figur yang secara trah adalah bangsawan. Bahkan dari sebuah wawancara dengan media diketahui jika Fattah Jasin masih cucu keponakan Bupati Pamekasan pertama, yaitu Zainal Fatah.
Kedua, Fattah Jasin adalah memiliki track record panjang dan meyakinkan sebagai pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dan jabatannya tidak tanggung-tanggung, mantan Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur, serta pernah menjadi Penjabat (Pj) Bupati Pamekasan.
Ketiga, Fattah Jasin memiliki modalitas politik yang kuat yaitu hanya kalah tipis dalam kontestasi pilkada di Kabupaten Sumenep 2020 lalu.
Tiga faktor inilah yang mengundang banyak tafsir bahwa Fattah Jasin bukanlah Wakil Bupati idaman PKB. Karena secara karakter psikologis dan leadership character, adalah wajar jika ada dugaan bahwa proses hire PKB kepada Fattah Jasin adalah sebuah “kecelakaan politik”.
Karena itu, sempat berkembang dugaan bahwa berbagai demonstrasi penolakan terhadap Fattah Jasin, diduga kuat terdapat hubungan tidak langsung terhadap penolak Fattah jasin.
Apalagi nama Agus Mulyadi yang disodorkan kelompok pendopo justru terjadi pada last minutes menjelang pengajuan Cawabup oleh koalisi partai pengusung.
Tapi itulah realitas politik. Selalu ada dinamika. Keterpilihan Fattah Jasin sebagai Wabup Pamekasan dalam pemilihan PAW Wabup di ruang paripurna DPRD Pamekasan secara menyakinkan membuat kening kita berkerut.
Apakah ini menjadi pertanda bahwa penolak Fattah Jasin telah menyerah.
Atau karena ketiadaan energi melawan Fattah Jasin. Atau Fattah Jasin sudah mampu menundukkan para penolaknya ke sudut?
Wallahu a’lam.
Ayo Ngopi Dulu..