matamaduranews.com–Keberadaan Islam di Eropa cukup berarti dalam konstribusi perkembangan pemikiran Islam di dunia. Kendati peninggalan peradaban yang tersisa saat ini, hanya dapat disaksikan dalam hitungan jari.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Memang, peninggalan situs peradaban Islam yang masih utuh di Andalusia, Spanyol (Eropa) terbilang kecil.
Pada 1492 M, penguasa Islam, Muhammad XII menyerah ke Los Reyes Católicos (Kerajaan Katolik Spanyol). Sejak itu, kejayaan Islam di Spanyol menjadi sejarah. Daerah Spanyol dikuasai kerajaan Katolik.
Selain peninggalan fisik, Islam di Spanyol juga menyisakan karya yang hingga saat ini menjadi refrensi oleh kaum terpelajar muslim se antero dunia.
Salah satu karya hasil cipta pemikir muslim Spanyol adalah kitab Alfiyyah. Sebuah kitab yang menerangkan tata bahasa Arab. Kitab gramatikal Arab ini, menjadi refrensi utama di sejumlah pesantren Indonesia.
Nama pengarang kitab Alfiyyah atau lebih lengkapnya Al-Khulashah al-Alfiyyah adalah Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay. Beliau lahir di Jayyan (Jaén) (w. 672 H /22 Februari 1274 M).
Tanah kelahiran Ibnu Malik merupakan kota kecil di bawah kekuasaan Andalusia (Spanyol). Saat ini, daerah tersebut menjadi wilayah otonomi Andalusia dan salah satu provinsi Spanyol dengan luas wilayah 422 km².
Pada saat itu, penduduk Jayyan sangat cinta ilmu. Mereka berpacu dalam menempuh pendidikan dan mengarang buku-buku ilmiah.
Pada masa kecil, Ibnu Malik menuntut ilmu di daerahnya. Belajar pada Syaikh Al-Syalaubini (w. 645 H). Setelah menginjak dewasa, berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji. Sambil lalu menempuh ilmu di Damaskus.
Dalam menguatkan teori gramatika Arab, Ibnu Malik merujuk teks-teks Al-Qur’an. Kalau tidak didapatkan, beliau menyajikan teks al-Hadits. Kalau tidak didapatkan lagi, baru mengambil refrensi sya’ir-sya’ir sastrawan Arab.
Kitab Nahwu Sharraf Alfiyyah Ibnu Malik berisi seribu bait dan berirama Bahar Rojaz. Isinya membahas kaidah-kaidah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharraf berbentuk nadzham (syair puitis) atau berbentuk natsar (prosa).
Penyusunan tata bahasa Ibnu Malik dinilai lebih baik dan lebih indah dari pendahulunya. Al-Sayuthi dalam kitab, Bughyat al-Wu’at menyebut, sejumlah ulama banyak menghimpun karangan Ibnu Malik dalam bentuk nadzham.
Sejumlah murid Ibnu Malik, seperti Imam Al-Nawawi, Ibn al-Athar, Al-Mizzi, Al-Dzahabi, Al-Shairafi, dan Qadli al-Qudlat Ibn Jama’ah.
Metode Kitab Alfiyyah cukup memberi kemudahan bagi yang ingin belajar bahasa Arab. Dengan lafadz yang ringkas, tapi bisa menjabarkan secara detail.
Dalam pengantar pada Bait ke 999, Ibnu Malik berkata,“Aku rasa sudah cukup dalam merangkai kitab nadzam ini, sebagai kitab yang luas pengertiannya dan mencakup semuanyaâ€.
Tulisan ini pernah ini,pernah tayang di matamadura. Kali ini ada penambahan dan pengurangan.
Redaksi.