MataMaduraNews.com–JATIM-Bangunan Puspa Agro yang menelan biaya Rp 585 miliar, saat ini, sangat memprihatinkan. Bangunan gedung di dalam Puspa Agro banyak tidak berfungsi. Seperti, gedung Puspa dua yang menjual daging, ikan, beras dan palawija. Begitu pula stand-stand penjualan banyak ditinggal oleh para pedagang karena sepi pembeli.
Puspa Agro dibangun di lahan 50 hektare. Lahan yang sudah dibangun 20 hektare. Pembangunan Puspa Agro ini dibangun pada tahun 2008 oleh PT Jatim Graha Utama. Dengan dinamika yang menghantam pengelola Puspa Agro, Pemprov Jatim terus mengucurkan dana pembangunan Puspa Agro.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Keberadaan Puspa Agro semula digadang menjadi pusat pasar terbesar di Jatim. Sayang, lokasi pasar yang terletak di Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo ini, kurang memenuhi syarat menjadi pasar induk. Sebab, akses menuju lokasi tersebut susah dilalui pembeli. Para pedagang merasa rugi jika meneruskan
usahanya di Puspa Agro. Sehingga para pedagang banyak meninggalkan lokasi stand dan kiosnya.
Situasi sepi pembeli disampaikan Andi, salah satu penjual di Puspa Agro. Dikatakan, pembeli mulai terlihat pada jam 4.30 hingga jam 7.00 pagi. Dan pembeli kembali terlihat pada sore hari sekitar jam 15.00 WIB hingga jam 22.00 WIB.
“Kalau ramai pengunjung hanya jam segitu, tidak memberi keuntungan signifikan. Penjual pasti banyak menuai kerugian. Tidak heran banyak penjual yang meninggalkan stand. Tidak pantas pasar sebesar ini tapi sepi pengunjung. Ini proyek gagal mas. Dana yang dikeluarkan ratusan miliyar, tapi gedungnya banyak yang tidak digunakakan. Apalagi lahannya sangat luas,†terang penjual asal Malang ini dengan nada kecewa kepada Mata Madura Biro Jatim, Senin (30/01/2017)
Pengakuan lain datang dari Ibu Anik. Penjual sayur ini merasa kecewa atas pengelolaan pasar induk Puspa Agro. Dengan sepi pengunjung sangat sulit memperoleh keuntungan. Karena itu, dia menyarankan kepada pengelola Puspa Agro agar segera mencari solusi terhadap sepinya pengunjung.
“Untuk mendapat keuntungan Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu, sangat sulit mas. Meskipun disini disebut pasar induk, saya terpaksa jual ngecer karena tidak ada pembeli. Pemprov Jatim harus gencar lagi mempromosikan pasar ini seperti sewaktu PakDe Karwo mau nyalon gubernur. Dana pembangunan ini kan dari rakyat ya, seharusnya jangan dibiarkan kayak gini,†kata ibu dengan penuh harap.
Puspa Agro merupakan salah satu jenis usaha PT Jatim Graha Utama, yang mempunyai otoritas dan tanggungjawab terhadap kemajuan pasar induk ini. PT tersebut masuk dalam naungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov Jatim. Dari pembangunan Puspa Agro sampai saat ini masih meninggalkan masalah. Mulai dari kasus sengketa tanah yang sedang diurus Mahkamah Agung (MA) dan akses jalan menuju ke lokasi dianggap tidak layak.
Menurut Suhartoko, Humas Puspa Agro, tujuan awal dibangunnya Puspa Agro karena pada waktu itu, Gubernur Imam utomo menganggap bahwa Jatim merupakan penyumbang 35% kebutuhan stok pangan secara nasional. Sehingga dianggap penting untuk membangun gedung tersebut dan untuk memperpendek distribusi pertanian dari petani ke tengkulak.
“Karena Jatim tidak punya tempat repsentatif yang mampu mengakomodasi pemasaran hasil para petani. Pemprov Jatim punya gagasan membangun pasar induk. Di era Pakde Karwo pasar itu baru terealisasi. Ya gunanya, Puspa Agro untuk memperpendek mata rantai distribusi hasil pertanian. Meskipun harga tinggi yang menikmati bukan petani, tapi tengkulak,†terng Suhartoko, kepada Mata Madura Biro Jatim, di kantornya.
Suhartoko menolak jika Puspa Agro dianggap gagal oleh banyak orang. Sebab, katanya, pasar sebesar Puspa Agro membutuhkan waktu 17 sampai 20 tahun baru bisa maksimal pengelolaannya. Salah satu faktor utama mandeknya puspa agro, katanya, akibat akses jalan yang sering macet.
“Ini pasar baru mas. Kalau studi banding dengan pasar besar lainnya membutuhkan 17 sampai 20 tahun baru maksimal. Faktor utama jalan sering macet menjadi kendala utama untuk pengelolaan pasar ini. Sejak tiga tahun lalu, saya sudah memberi masukan kepada Pemprov untuk pelebaran jalan tapi gak ada respon,” imbuhnya.
Sementara itu, Thoriqul Haq, Ketua Komisi C DPRD Provinsi Jatim menilai, pasar induk agrobisnis Puspa Agro gagal akibat akses jalan untuk menuju Puspa Agro tidak layak. Kemacetan jalan sering terjadi di jalan Kletek Taman Sidoarjo menuju Puspa Agro.
“Puspa Agro butuh infrastruktur pendukung antara lain akses jalan. Seringkali Komisi C, Pemprov Jatim, dan PT JGU meminta untuk ada akses yang bisa ke Puspa Agro dari jalan nasional. Diharapkan ada Tol Surabaya-Mojokerto bisa memiliki akses ke Puspa Agro.Kita sudah siap sharing anggaran dengan pemerintah pusat tapi tidak ada kejelasan hingga saat ini,” terang Thoriq-panggilan akrabnya, kepada Mata Madura Biro Jatim.
Thoriq mengaku sering mengkritik PT JGU selaku penanggungjawab Puspa Agro karena tidak memberi perkembangan progresif terhadap pasar induk tersebut. “Saya sering mengkritik PT JGU agar segera memberi kemajuan yang progresif terhadap Puspa Agro,” ujarnya.
Samsul, Mata Madura Biro Jatim