Opini

Kedahsyatan Ulama dan Santri Nusantara

×

Kedahsyatan Ulama dan Santri Nusantara

Sebarkan artikel ini
Sampul Masterpiece Islam Nusantara. (Foto/Wildan)
Sampul Masterpiece Islam Nusantara. (Foto/Wildan)

Judul Buku:
Masterpiece Islam Nusantara (Sanad dan Jejaring Ulama-Santri 1830-1945)
Penulis:
Zainul Milal Bizawie
Editor:
Aprillia Koeshendraty
Penerbit:
Pustaka Compass
Cetakan:
Pertama
Jumlah halaman:
560 Halaman
ISBN:
978-602-72621-5-7
Tahun terbit:
Maret 2016
Peresensi:
Ach Wildan Al Faizi*

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Bersama Penulis Buku (Zainul Milal Bizawie)
Bersama Penulis Buku (Zainul Milal Bizawie)

Buku Masterpiece Islam Nusantara (Sanad dan Jejaring Ulama-Santri 1930-1945) karya Zainul Milal Bizawie ini di-launching pada tanggal 12 Maret 2016 di Gedung Galeri Nasional Jakarta Pusat, yang acaranya dikemas dalam bentuk pameran  foto Khazanah Islam  Nusantara sekaligus mendengarkan Testimoni dari beberapa Tokoh Nasional. Buku ini memberikan bekal bagi kita untuk menegaskan kembali pentingnya mempertahankan karakteristikdari Islam Nusantara itu sendiri.

Berbicara Islam Nusantara, tentu sangat menarik mengingat akhir-akhir ini banyak pro kontra terhadap adanya konsep Islam Nusantara yang selama ini dikampanyekan oleh PBNU bahkan menjadi  tema utama dalam Muktamar NU. Sebenarnya Istilah Islam Nusantara sudah ada sejak dulu. Tradisi dari Islam Nusantara juga sudah ada sejak Walisongo dan tidak ada perdebatan, namun baru sekarang lah istilah ini menjadi bahan perdebatan dan dibahas secara mendalam.

Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan dalam Kata Pengantar Buku ini bahwa Islam Nusantara adalah Nilai-nilai Islam yang diimplementasikan di bumi Nusantara dan sudah sangat lama dipraktikkan oleh para pendahulu. Salah satu ciri dari Islam Nusantara adalah bagaimana santun dalam menyebarkan Agama, membawa Islam sebagai Agama Perdamaian.

Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj juga menambahkan bahwa sesungguhnya Islam Nusantara itu bukanlah agama baru, madzhab baru, sekte baru, atau paham dan aliran baru. Akan tetapi Islam Nusantara merupakan Tipologi, ciri khas Islam di Indonesia yang melebur dengan budaya setempat. Polanya mengacu pada cara dakwah Walisongo dan bukan mengadopsi budaya yang buruk yang bersifat kemaksiatan.

Dalam buku ini, Zainul Milal Bizawie mencoba untuk memberikan gambaran besar tentang peran Ulama dan santri sebagai pejuang bangsa. Laskar ulama santri membela Indonesia tidak hanya dengan emosi, tapi dengan ilmu pengetahuan, spiritual dan strategi. Ilmu yang dimiliki Kiai ditularkan pada santri dengan semangat membela tanah air dengan fatwa jihad. Demikian juga spiritual ditanamkan agar punya daya linuwih dan tidak takut dengan penjajah walau dengan senjata seadanya. Sedangkan strategi diatur sebagaimana ketika Rasulullah menghadang musuh-musuhnya.

Dalam buku  ini, ada dua  poin penting yang menjadi pembahasan utama yaitu tentang Bergeraknya Jejaring Ulama-Santri, dan Terangkainya Jalur Sanad dan Jejaring Ulama-Santri. Narasi dalam buku ini sengaja menggunakan plot terbalik membujur jejak-jejak waktu mundur agar kita dapat menyelami dengan baik, tidak putus dan menemukan sejarah kita sendiri. Zainul Milal menambahkan bahwa simpul-simpul dari jeraring tersebut telah diikat oleh kesepakatan dan tekad untuk bersatu dalam satu bangsa dan Negara. (Hal 15)

Para Ulama terdahulu lebih memilih tradisi Ahlus Sunnah yang merupakan hasil dari proses dialogis yang cukup intensif. Kondisi tersebut tidak dapat dielakkan, arus reformisme Islam yang menyertai arus modernism telah menghasilkan sebuah proses baru dalam pendalaman Ilmu-ilmu agama Islam di Nusantara. Saat itu, di dunia Islam khususnya di semenanjung Arabia sedang terjadi sebuah proses pemurnian ajaran agama yang diajukan oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab. Gerakan Reformisme tersebut mengancam eksistensi Tradisi para Ulama yang tengah dibangun di Nusantara. (Hal 379)

Keunggulan Isi Buku Dilihat dari isinya sangat menarik sekali. Buku ini mencoba memberikan pemahaman tentang Islam Nusantara dengan bahasa yang menarik dan patut dipublikasikan ke masyarakat agar tidak terjadi kesalahfahaman tentang apa itu Islam Nusantara. Dalam Testimoninya, KH. Abdul Ghaffar Rozin (Ketua PP. RMI Nahdlatul Ulama) mengatakan bahwa walaupun buku ini bukan novel, tetapi kita akan diajak berziarah dan sowan kepada para ulama terdahulu. Selain itu, buku ini juga mengajak kepada kita untuk bersilaturahim dari Ulama satu ke Ulama lain, dari Pesantren satu ke Pesantren lain.

Prof. Masykuri Abdillah menambahkan kalau buku ini secara historis merangkai kesinambungan transmisi Intelektual dan perjuangan anti-kolonial ulama-santri di Nusantara dan terkokohkannya Tradisi Islam di Nusantara. Para ulama Nusantara telah melandaskan Islam yang Rahmatal lil Alamin dalam mengaktualisasi dan mengkontekstualisasi ajaran-ajaran Islam.

Dari buku ini kita bisa belajar banyak tentang bagaimana para Ulama terdahulu dalam mengerakan Islam di Bumi Nusantara ini. Buku ini mempertegas bahwa Keindonesiaan dan Keislaman harus berjalan bersama. Sehingga Buku ini bisa dijadikan rujukan bagi yang ingin mengetahui sejarah perjalanan panjang Ulama dan Santri Nusantara. Oleh karena itu, Buku ini wajib dibaca bagi siapapun khususnya Warga Nahdiyin dan seluruh Umat Islam di Indonesia maupun dunia.

*) Penulis, tinggal di Beraji, Gapura, Sumenep.