Religi

Mengenal Jejak Kebangkitan Islam di Benua Eropa (3); Masjid Cordova di Kota Sepak Bola

×

Mengenal Jejak Kebangkitan Islam di Benua Eropa (3); Masjid Cordova di Kota Sepak Bola

Sebarkan artikel ini
Mengenal Jejak Kebangkitan Islam di Benua Eropa (3); Masjid Cordova di Kota Sepak Bola
Masjid Cordova yang beralih fungsi menjadi Gereja Kathedral/google

matamaduranews.com-Salah satu peninggalan masa keemasan Islam Cordova (Spanyol) yang masih ada sampai saat ini adalah Masjid Cordova (atau Le Mezquita). Mezquita atau Masjid Cordova sebenarnya sebuah katedral di Spanyol yang diubah menjadi masjid dan kini diubah menjadi Gereja Kathedral.

Masjid Cordova awalnya sebuah katedral bernama Visigoth St Vincent di Spanyol yang kemudian diubah menjadi masjid pada 784 M di masa kepemimpinan Abd ar-Rahman I.

Setelah Reconquista (penaklukkan kembali) Spanyol oleh kaum Kristen (masa keruntuhan Islam), oleh Raja Leon Alfonso VII yang beragama Nasrani, masjid ini berubah fungsi menjadi gereja.

Pada awal abad ke-13 masehi, kekhalifahan Bani Umayyah tidak dapat mengatasi serbuan bangsa Eropa yang datang dari utara. Cordova pun ditaklukkan. Dan sejak tahun 1609 M, dapat dikata umat Islam di Spanyol nyaris nihil. Mereka diusir oleh penguasa Kristen. Dan mayoritas umat Islam hijrah ke pantai Afrika bagian utara.

Masjid ini pun akhirnya dikuasai Nasrani. Beberapa tiang dihancurkan dan di dalam bangunan masjid didirikan katedral yang diberi nama Cathedral Mezquita (Katedral Masjid).

Bersyukur, pada 15 Desember 1994 Masjid Cordova, ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia.

Di masa kebangkitan Islam, Masjid Cordova selalu direnovasi. Saat pemerintahan Abd ar-Rahman II ada penambahan tiang dan pelebaran bangunan masjid.

Begitupun di masa pemerintahan al-Hakam II. Bangunan dalam masjid diperluas dan penambahan mihrab. Dan renovasi terakhir dilakukan pada masa al-Mansur Ibn Abi Amir, pada tahun 987 M yang membangun penghubung dengan istana.

Masjid Cordova mempunyai tinggi menaranya 40 hasta di atas batang-batang kayu berukir dan ditopang oleh 1.293 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer bermotif papan catur.

Di sisi selatan tampak 19 pintu berlapiskan perunggu dengan kreasi yang sangat menakjubkan. Di pintu tengahnya berlapiskan lempeng-lempeng emas. Panjang Masjid Cordova dari utara ke selatan mencapai 175 meter dan lebarnya dari timur ke barat 134 meter. Sedangkan, tingginya mencapai 20 meter.

Aktivitas masjid digunakan juga untuk pengadilan syariah selain akitivitas ibadah. Masjid Agung Cordova menjadi pusat keislaman di Andalusia selama tiga abad. Cordova yang menjadi pusat pemerintahan Islam di Spanyol juga turut menjadikan masjid yang pernah bernama al-Jami’ ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan aktivitas warga.

Keagungan Masjid Cordova mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraan negara Islam Spanyol, ketika itu. Cordova pada saat itu menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, dan ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah.

Pada masa itu, sudah ada 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci Al-Qur’an dengan huruf Kufi yang indah. Di sisi masjid juga terdapat sekolah bagi anak-anak Muslim.

Aktivitas di masjid begitu semarak. Tak heran, jika pada malam hari, masjid itu diterangi 4.700 buah lampu yang menghabiskan 11 ton minyak per tahun.
Setiap tahun perpustakaan Masjid Cordova dikunjungi oleh lebih dari 400 ribu orang.

Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan kunjungan orang-orang di perpustakaan-perpustakaan Eropa yang hanya mencapai 1.000 orang per tahunnya.

Perpustakaan Masjid Cordova tidak hanya dikunjungi oleh Muslim, tetapi juga non-Muslim. Salah satunya adalah pemimpin tertinggi agama Katolik, Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan geometri kepada para muridnya.

Di antara ulama-ulama Muslim yang terkenal dan sempat belajar di sekolah Masjid Cordova adalah Ibnu Rusyd, Ibnu Hazm, al-Qurthubi, Ibnu Bajjah, al-Ghafiqi, Ibnu Thufail, al-Idrisi, Ibnu Farnas, dan lainnya.

Keruntuhan Cordova itu tidak saja diratapi oleh umat Islam, tetapi juga seorang penulis Kristen, Stanley Lane Poole, dalam bukunya The Mohammadan Dynasties mengaku betapa mundurnya peradaban Spanyol setelah runtuhnya kerajaan Islam Cordova.

Masjid Cordova yang gagah itu hingga saat ini masih berdiri di tenggara Kota Madrid, populer sebagai kota sepak bola. Masjid itu berdiri di kaki bukit Siera de Montena untuk memperlihatkan kepada dunia akan saksi kemasyhuran peradaban Islam di bumi Spanyol.

*) diolah dari berbagai sumber
bersambung…

KPU Bangkalan