Bukan hanya itu saja. Mereka semua dilucuti total. Tidak boleh ada ajudan. Harus memakai pakaian dinas lapangan (PDL) polos tanpa memakai topi atau penutup kepala apa pun. Apalagi yang ada tanda bintang atau melati. Tidak boleh membawa tongkat komando, dan tidak boleh membawa HP maupun alat elektronika lainnya. Yang boleh hanya kertas catatan dan pulpen. Pokoknya para jenderal dan perwira itu dilucuti habis, mirip anak sekolah kena hukuman.
Semua atribut yang selama ini menjadi simbol kekuasaan dilucuti, termasuk mobil pribadi dan voorijder. Semua harus berkumpul jadi satu dan berangkat bareng-bareng dengan memakai bus. Semua polisi dengan pangkat bintang 2 ke bawah tidak boleh bawa mobil sendiri. Mereka diminta untuk naik bus yang telah disediakan.
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imron pun harus ikut naik dalam bus. Dia tidak bisa lagi mendapatkawalan voorijder dan mengebut melewati bahu jalan tol. Fadil tidak bisa lagi memarahi paspampres yang menghalangi jalannya dan menyita kartu tanda anggota paspampres itu.
Ini bukan pertemuan biasa. Semua tampil polos, dan hanya Jokowi sendiri yang memakai badge lambang kepresidenan. Karena tidak ada yang boleh membawa HP dipastikan tidak akan ada yang bisa selfie-selfie atau wefie sama-sama teman, atau minta foto bareng Jokowi. Tidak akan ada yang bikin life via akun medsos, dan sudah pasti tidak ada yang melakukan joget tiktok di Istana.
Tidak boleh ada gajet atau peralatan elektronik apa pun. Hanya boleh membawa pulpen dan buku catatan. Mungkin juga ada instruksi tidak boleh menyontek catatan teman seperti waktu masih ujian di PTIK. Yang lupa bawa pulpen dan kertas catatan sudah pasti akan kena sanksi push up 100 kali. Dan sudah hampir pasti besok kena mutasi menjadi staf di yanma, bukan layanan masyarakat, tapi layanan markas, bertugas bikin kopi dan teh dan membeli rokok.
Pemandangannya persis seperti mahasiswa yang sedang kena sanksi massal. Pemanggilan tersebut tertuang dalam Surat Telegram Rahasia (STR) yang terbit Rabu, 12 Oktober 2022 dan ditandatangani Asops Polri Irjen Agung Setya. Namanya telegram rahasia. Tapi, seperti biasa, selalu bocor ke publik dan menyebar di media sosial. Bersamaan dengan itu detail rundown pertemuan juga beredar.