matamaduranews.com-Pemain bola top dunia berbondong-bondong hijrah ke Arab Saudi. Pangeran Muhammad bin Salman seperti melakukan revolusi citra Arab Saudi. Negeri yang dikenal konservatif bakal disulap menjadi negara liberal. Cita-citanya, Arab Saudi berdiri sejajar dengan negara-negara maju dan modern.
Wartawan senior, Dhimam Abror Djuraid menulis melalui situs kempalan.com. Berikut ulasannya:
MBS dan Revolusi Sepak Bola Arab Saudi
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Inilah revolusi sepak bola yang diotaki oleh Pangeran Muhammad bin Salman, atau MBS. Tentu, namanya tidak muncul di permukaan. Tetapi, transfer-transfer raksasa yang melibatkan uang gila-gilaan ini tidak akan bisa terlaksana tanpa restu MBS.
MBS adalah de facto penguasa tunggal Arab Saudi. Ia mengontrol perubahan besar yang sedang dilakukan oleh Arab Saudi. Ia merevolusi citra Arab Saudi dari negeri konservatif yang menjadi jantung kekuatan Wahabisme, menjadi negara liberal yang bermimpi berdiri sejajar dengan negara-negara maju dan modern .
Ia kini menjadi penguasa yang menentukan arah kebijakan pembangunan Arab Saudi. Ia sengaja memutus sejarah Arab Saudi dengan Wahabisme dan mengangkat tema nasionalisme Arab Saudi sebagai karakter baru, dan melepas asosiasinya dengan wahabisme. MBS ingin melepas ketergantungan ekonomi negaranya dengan minyak. Karena itu dia mencari alternatif pendapatan baru dengan investasi besar-besaran di bidang teknologi dan pariwisata.
MBS memutus hubungan dengan wahabisme dan kembali kepada akar budaya lokal Arab Saudi pra-Islam. Pengritiknya menyebut MBS sengaja mengembalikan citra Arab Saudi kepada era jahiliyah yang terbelakang. Sebelum kedatangan Islam, jazirah Arab dikenal sebagai wilayah yang terbelakang dan disebut berada ada era kebodohan atau jahiliyah.
MBS ingin kembali kepada indentitas itu untuk menjadi dasar modernisasi Arab Saudi. MBS melakukan liberalisasi ekonomi, tetapi tetap mengendalikan kontrol politik secara ketat. Ia menghukum keras oposisi dan orang-orang yang mengritik melalui media sosial.
Liga Arab Saudi sudah memulai proyek pengembangan kompetisi sejak beberapa tahun terakhir. Ada banyak pemain dan pelatih top eks Eropa yang didatangkan sejumlah klub. Salah satunya adalah Steven Gerard ke klub Al-Ettifaq. Klub ini juga berhasil membawa Jordan Henderson dari Liverpool dan menjadikannya sebagai pemain dengan gaji termahal di Arab Saudi.
Perhatian fans sepak bola dunia baru benar-benar tersedot setelah transfer Cristiano Ronaldo. Superstar Portugal itu memilih melanjutkan kariernya bersama Al Nassr. Kepindahan Ronaldo sempat dikritik karena dianggap kariernya sudah habis. Namun, kini kritik itu menguap begitu saja. Terbukti bahwa banyak pemain top yang menyusul ke Arab.
Nama-nama besar yang menyusul adalah Edouard Mendy dari Chelsea ke Al Ahli. Karim Benzema dari Real Madrid ke Al Ittihad, N’Golo Kante dari Chelsea ke Al Ittihad, Ruben Neves dari Wolves ke Al Hilal, Kalidou Koulibaly dari Chelsea ke Al Hilal. Klub Al Ahli juga merekrut bintang Liverpool dan Brasil Roberto Firminho.
Di antara sederet nama-nama top itu terdapat pemain-pemain beragama Islam. Mereka adalah Karim Benzema, N’Golo Kante, Kalidoe Koulibaly, Hakim Ziyech. Faktor agama tentu bukan pertimbangan utama, tetapi setidaknya menjadi pertimbangan Benzema ketika memutuskan bermain di Arab Saudi.
Kepindahan Jordan Henderson memantik protes keras dari komunitas LGBT Inggris.
Ia menjadi ikon Liverpool dan menjadi kapten selama beberapa musim. Ia ditransfer seharga senilai Rp 231 miliar dengan gaji Rp13 miliar perpekan.
Kepindahan Henderson ke Arab Saudi jadi kontroversial karena dia sebelumnya mendukung secara vokal soal komunitas LGBT di sepak bola. Henderson mengenakan ban kapten pelangi saat Timnas Inggris tampil di final Euro 2020 lalu. Henderson berulang kali menyuarakan dukungannya untuk keberadaan komunitas itu di pertandingan.
Pandangan Henderson tentu tidak sesuai syariat Islam di Arab Saudi. Homoseksualitas adalah sesuatu yang ilegal, dilarang keras dan dapat dihukum. Tetapi, pertimbangan uang bisa mengalahkan pertimbangan idealisme.
Hijrah besar-besaran ini menjadi tanda revolusi sepak bola di Arab Saudi. Targetnya adalah menjadi tuan rumah Piala Dunia. Sukses Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia menjadi pemicu dan pemacu semangat Saudi untuk mengejar target menjadi tuan rumah.
Dua negara itu secara politis bersaing. Ketika Qatar berhasil menjadi tuan rumah yang sukses dan bisa mempromosikan nilai-nilai Islam, Arab Saudi merasa terusik. Selama ini Saudi merasa dirinya menjadi sentrum negara-negara Islam dunia. Tetapi, Qatar berhasil mencuri perhatian dunia dan membuat Saudi merasa iri.
Fenomena Maroko yang berhasil masuk ke semifinal tentu semakin membuat panas Arab Saudi. Maroko menjadi satu-satunya negara Afrika yang berhasil masuk babak semifinal. Arab Saudi berambisi mengalahkan capaian Maroko ini.
Capaian Arab Saudi di Piala Dunia Qatar cukup membanggakan. Kendati tidak berhasil lolos dari penyisihan Arab Saudi sukses mengalahkan Argentina 2-1. Keberhasilan ini semakin membanggakan karena Argentina kemudian menjadi juara dunia.
Arab Saudi ingin mengambil jalan yang lebih cepat untuk mencapai ambisinya itu. Pangeran MBS sudah membeli klub New Castle United dan menjadikannya sebagai satelit di Eropa. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa MBS berada di balik upaya pembelian Manchester United oleh Syekh Jassin.
Dengan memboyong pemain-pemain top Eropa, Arab Saudi ingin menaikkan level permainan pemain-pemain lokalnya. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Maroko. Negara ini mengekspor pemain-pemainnya ke liga top Eropa dan menjadikan mereka pemain berkelas Eropa.
Hampir 90 persen pemain inti Maroko di Piala Dunia Qatar bermain di klub besar Eropa seperti Spanyol dan Italia. Pemain-pemain Maroko sekarang menjadi incaran klub-klub besar Eropa. Salah satu yang ramai adalah Sofyan Amrabat yang bermain di Fiorentina dan sedang dalam proses kepindahan ke Manchester United.
Eksperimen jalan pintas Arab Saudi ini masih perlu diuji. Hal yang sama dilakukan oleh China yang mengimpor pemain-pemain top Eropa beberapa tahun yang lalu. Sekarang banyak klub liga China yang bangkrut karena besar pasak daripada tiang.
Masih harus ditunggu apakah MBS bisa membuat sejarah dengan eksperimen mahal ini. ()