matamaduranews.com-Jika mengacu hasil Pileg Sumenep 2024 dan kekuatan sekitarnya. Judul di atas ada benarnya.
Asal dengan syarat:, sejumlah kekuatan politik di Sumenep juga diajak ke barisan-nya.
Yang menjadi pertanyaan, mungkinkah: kekuatan politik PKB, PPP, Demokrat dan PAN berada dalam satu barisan pemenangan incumbent Fauzi di Pilkada Sumenep mendatang?
Ini sebenarnya substansi potensi Bupati Fauzi jika ingin dibenah oleh para pengamat dan aktivis Sumenep. Bukan pada sisi elektoral-nya.
Sebab, publik Sumenep sudah tak lagi berghairah melihat popularitas dan elektabilitas figur yang hendak ikut dalam kontestasi demokrasi.
Elektabilitas dan popularitas, sudah tak lagi dominan bagi pemilih di Sumenep.
Termasuk adagium bhapa’ bhabu’ guru rato dalam dalam filsafat hidup orang Sumenep bukan lagi menjadi ‘jimat’ yang ampuh untuk kepentingan elektoral.
Maka, siapa pun dia. Asal punya kemauan dan keseriusan nyalon. Pasti banyak yang mendukung dan memilih.
Soal keterpilihan sebagai pemenang, itu bahasan pada bab berikutnya.
Karena itu, politik kepemimpinan dalam sistem demokrasi pemilihan langsung seperti Pilkada Serentak punya ciri khas. Sesuai lokasi dan kebersamaan.
Yang dimaksud lokasi dan kebersamaan itu bukan hanya dari sisi geopolitik ansich. Lebih dari itu, perlu diketahui ada rempeyek di samping kepiting.
Ada kepentingan apa dalam kekuasaan itu. Kebersamaan karena Pilkada Serentak. Pemilihan Bupati dan Pemilihan Gubernur digelar bersamaan.
Anda tentu bertanya: untuk apa PDI-P (kelompok banteng) ingin berkuasa di Madura. Juga ngotot, PDI-P berkuasa di Provinsi Jawa Timur?.
Publik sudah ngerti jika Jatim termasuk Madura sebagai kandang warga NU. Tapi PDI-P terus ingin berkuasa. Minimal di tingkat wakil geburnur.
Yang jadi Bupati dari PDI-P di Madura baru di Sumenep. Dalam rancangan ekspansi politiknya, PDI-P hendak merambah di luar Sumenep.
Itu dimulai dari Pileg kemarin. Komposisi caleg PDI-P di Pileg ala naturalisasi.
Al hasil, raihan suara hasil Pileg 2024. PDI-P juara di Madura untuk DPR RI. Kursi DPRD Sumenep pun merajai. Menyalip juara bertahan PKB yang berkuasa sejak 1999.
Tentu sejarah baru di Madura. Capaian PDI-P di bawah komando MH Said Abdullah. Sejak Indonesia Merdeka. Madura yang dikenal sebagai basis politik kaum sarungan. Berubah menjadi kandang banteng.
Politik PDI-P di Madura emang tak lepas dari sosok MH Said Abdullah. Anda kan ngerti siapa dia. Yang dikenal sebagai sultan dan segepok uangnya.
MH Said yang mengubah sejarah politik di Madura. Para peneliti asing perlu membuat penelitian baru tentang politik warga Madura.
MH Said mampu mengajak kekuatan politik NU ke gerbong-nya. Kekuatan blater juga ikut dalan barisan-nya.
Dua kekuatan di Madura: politik NU dan blater bersatu. Kekuasaan sudah dalam genggamannya.
Pertanyaan yang perlu diulang: mungkinkah kekuatan politik NU bersatu dalam barisan PDI-P di Pilkada Sumenep?
Silahkan diskusikan.
Hambali Rasidi