Teknologi

Dulu Kasyaf dan Klenik, Kini Survei, Akan Datang Teknologi Kecerdasan Buatan

×

Dulu Kasyaf dan Klenik, Kini Survei, Akan Datang Teknologi Kecerdasan Buatan

Sebarkan artikel ini
Kecerdasan Buatan
Ilustrasi

matamaduranews.com-SORE itu. Ada nomor WA masuk. Mengabari kalau dirinya menjadi penanggung jawab perusahan baru (Start Up) yang bergerak di bidang AI, Artificial Intelligence atau teknologi kecerdasan buatan.

Yang ngirim WA itu seorang mahasiswa asal Sumenep. Dia baru lulus kuliah IT di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Masa kuliah IT dia tempuh 3,5 tahun. Lagi proses wisuda. Sudah diambil perusahan yang bergerak di bidang AI.

Saya sempat diskusi via WA. Tanya apa saja prospek perusahaan AI. Apakah AI dibutuhkan manusia. Kok mulai tumbuh perusahaan yang bergerak di bidang Artificial Intelligence.

Si mahasiswa mengirim salah satu profil perusahaan AI. Menambah keterangan singkat: di luar negeri sudah 5 tahun lalu. Di Indonesia baru mulai melirik AI.

Saya tertegun. Maklum. Saya pernah kuliah jurusan teologi Islam. Gaptek soal AI. Saya mencoba mehami cara kerja perusahan AI.

Baru terbesit kesimpulan.

DULU. Ketika para alim waliyullah mudah ditemui. Tak sedikit umat manusia sering berkonsultasi. Mencari solusi yang akan terjadi.

Seketika solusi itu diberikan. Hasilnya benar-benar dirasakan.

Itulah kenapa. Banyak umat muslim dan non muslim, dulu-begitu menaruh hormat kepada tokoh yang alim waliyullah. Sosoknya menjadi jujukan hidup banyak umat.

Beliau memberi solusi kepada umat manusia melalui kasyaf. Mengetahui sebelum terjadi. Meski tak diterima akal manusia. Karena beliau mengetahui melalui bi nurilllah.

Kian sedikit para alim waliyullah. Tak sedikit umat manusia menempuh jalur klenik ketika mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Termasuk ingin mengerti sebelum terjadi.

Seiring perkembangan zaman. Di era modern. Umat manusia lebih mengedepankan rasionalitas dalam memecahkan masalah. Pendekatan klenik diabaikan. Memilih pendekatan ilmiah. Lembaga survei diambil. Sebelum mengambil keputusan.

Sejak 2004. Lembaga survei mulai tumbuh di Indonesia. Seiring pemberlakuan Pemilu Langsung.

Hasil lembaga survei lebih meyakinkan dalam mendeteksi kecenderungan pemilih dalam Pemilu.

20 tahun berlalu. Lembaga survei tumbuh seperti jamur di musim hujan menjelang kontestasi Pemilu atau Pilkada.

Saya merenung. Berpikir, Bisa jadi. 5 tahun lagi. Peran lembaga survei diambil alih Teknologi Kecerdasan Buatan.

Mesin dalam komputer bisa mewakili pikiran manusia. Karena populasi manusia banyak terhubung dengan internet.

Teknologi Kecerdasan Buatan itu, mengerti aktivitas apa yang sudah dilakukan manusia. Sehingga mesin komputer mampu mendeteksi apa yang akan terjadi. Dan apa yang menjadi kebutuhan manusia.

Teknologi Kecerdasan Buatan itu bisa membaca miliaran data dalam tempo singkat. Itulah data mining dalam AI. Yang secara otomatisasi mengurangi waktu dan tenaga manusia untuk menganalisis data dalam jumlah besar.

Hal ini tentu berbeda dengan lembaga survei. Hasil survei masih butuh waktu dan biaya mahal. Karena melibatkan banyak tenaga manusia dalam mencari data sebelum disimpulkan menjadi hasil.

Tanda-tanda keajaiban Artificial Intelligence mulai dirasakan para pelaku bisnis. Mereka menggunakan AI sebelum mengambil keputusan.

(hambalirasidi)

KPU Bangkalan