Politik

Herman Dali; Ketua DPRD Sumenep yang Dibenci dan Dicinta

×

Herman Dali; Ketua DPRD Sumenep yang Dibenci dan Dicinta

Sebarkan artikel ini
Herman Dali; Ketua DPRD Sumenep yang Dibenci dan Dicinta
Ketua DPRD Sumenep, H Herman Dali Kusumah foto from Humas DPRD Sumenep

Catatan: Hambali Rasidi

JUJUR saya harus mengakui sosok Herman Dali Kusuma, bisa dibenci dan dicinta. Emang, sifat manusia, kan?

Tapi, saya melihat kepribadian Herman Dali dalam kapasitas ketua DPRD. Ketuanya, para politisi. Tapi, ia tak bersikap sebagaimana lazimnya maestro politisi. Ketua geng para politikus. Kumpulan para pendekar parlemen.

Herman sering ngomong ke banyak orang, kalau tutur dan langkahnya tak berpolitik. Apa yang disampaikan, murni dari lubuk hati, katanya. Sikap dan perbuatan, tak punya tendensi politik, akunya.

Herman lupa bahwa gelar Ketua DPRD sudah melekat. Dari ujung rambut hingga ujung sepatu, menyematkan sosok pimpinan puncak para politikus di Sumenep.

Herman juga lupa bahwa koleganya di gedung parlemen itu bukan jamaah shalawat nariyyah atau jamaah tahlil. Barangkali Herman berpikir para koleganya bisa seirama dengan untaian bait-bait puitisnya; cermin yang retak tak bisa dijamak.

Herman juga tak berpikir koleganya di parlemen yang sering menjadi konsultan pribadi bukan teman se partai. Konsultan pribadi sekaligus kompetitor politik karena beda partai.

Hal yang dianggap biasa tanpa sadar Herman masuk dalam jebakan. Tanpa dirasa Herman selalu mendapat angin surga. Konsultan pribadinya menobatkan Herman layak merebut posisi puncak di partai sebagai pintu masuk mendapat tiket posisi calon bupati atau calon wakil bupati.

Berawal dari guyonan itu, Herman mengalami ekstase dalam politik. Dalam kendali ekstase itu, Herman berkhayal bakal menjadi sosok politisi yang lebih diperhitungkan dalam Pilkada akan datang.

Maka, langkah-langkah ilusi dilakukan. Para pengurus anak cabang partai terus didekati. Perhatian lebih sekedar silaturrahmi untuk memantapkan merebut posisi ketua tanfidziyah. Dan konsultan pribadinya terus memberikan apresiasi. Hingga terdengar rumor, sosok yang bakal berlaga di Pilkada nanti bersedia duet dengan Herman.

Lengkap sudah strategi rekomendasi konsultannya. Hanya tinggal  Herman dilantik sebagai Ketua DPC PKB. Mengganti jabatan  tanfidziyah, KH A. Busyro Karim.

Apakah KH A. Busyro Karim legowo mewarisi tahta politik ke Herman? Bukankah Herman terpilih ketua DPRD atas restu ketua tanfidziyah?

Secara verbal KH A Busyro Karim yang saat ini menjabat ketua dewan syuro tak menjelaskan secara rinci. Tapi, dari gesture wajah, Kiai Busyro tak bisa menyembunyikan sesuatu tentang kepribadian Herman. Saya melihat itu sehari setelah tertunda pembacaan pergantian posisi ketua DPRD di paripurna. Bincang sebentar sambil nunggu fatwa politik.

Dengan wajah yang layu, Kiai Busyro hanya bisa berkata akan memecat keanggotaan di PKB jika sikap melawan atas keputusan partai terus dilakukan Herman. Ucapan itu terus keluar dari lisannya.

Entah apa yang tersembunyi. Saya hanya menafsiri, Herman yang lugu dan kini jadi orang penting di parlemen, berani melawan sosok yang membesarkannya. Walau pada akhir cerita, Herman mencabut gugatan di pengadilan dan patuh atas keputusan partai.

Itulah kehebatan konsultan pribadi. Sukses brain wash Herman. Plain pertama mulus. Mabok Sabelun Ngenom….Plain kedua, berani melawan.

Pesona Satelit, 30 Oktober

KPU Bangkalan

Respon (2)

  1. Maaf, sebagai pembaca, saya kok kesulitan memahami tulisan ini. Tulisan ini mau “membicarakan” dan “menyampaikan” apa gitu ke pembaca.. Aneh. Maaaf.

  2. Brarti ada perselisihan tajam dibdlm tubuh PKB Sumenep?. Partai yg dibesarkan dan selalu membawa nama Gus dur ini, smoga kedepannya selalu berbenah. Dan entah siapa lagi kedepannya yg akan menjadi Ketua umumnya setelah muhaimin, akankah si yenny? Yg kalah dalm suksesi dan pertarungan politik nasional di pecundangi dg si Cak imin? Kita lihat kontestasi politik yg membawa (“) agama ini.

Komentar ditutup.