PolitikCatatan

HMI & PMII Sumenep Yang Mulai Kritis

×

HMI & PMII Sumenep Yang Mulai Kritis

Sebarkan artikel ini

Catatan: Hambali Rasidi

HMI dan PMII Sumenep
Saat Aktivis HMI Mendemo Bupati Fauzi di Kantor Bupati, Kamis 20 Juli dan Kritik PC PMII Sumenep di TikTok

KEPEMIMPINAN Bupati Fauzi lagi disorot. Yang menyorot aktivis mahasiswa. PMII dan HMI. Dua organisasi kelompok Cipayung ini mulai kritis. Mempersoalkan banyak hal di Sumenep.

Apa saja yang dipersoalkan? Silahkan anda googling. Dan lihat di medsos. Para aktivis itu seperti ingin menyulam romantisme seniornya. Waktu-waktu negara tak lagi bersahabat. Para aktivis kelompok Cipayung itu tampil di garda depan. Mewakili aspirasi rakyat.

Tak ada yang baru di dunia aktivis mahasiswa. Sejak awal berdiri. Organisasi mahasiswa itu lahir untuk mencetak kader bangsa. Di tangan mahasiswa nasib bangsa dipertaruhkan.

HMI dan PMII sebagai organisasi kader. Bersama GMNI, GMKI, PMKRI membentuk forum informal. Kemudian dikenal Kelompok Cipayung.

Kelompok Cipayung ini melahirkan banyak tokoh nasional. Tak perlu disebut di sini. Siapa saja Tokoh Produk Cipayung.

Yang pasti. Kelompok Cipayung di zamannya, 1972. Menjadi fenomena menarik. Perbedaan latar belakang. Tapi bersatu dalam satu pemikiran. Menyelamatkan Bangsa Indonesia.

Pada suatu obrolan alumni PMII. Para senior PMII memberi komentar model kritik yang dilakukan PC PMII Sumenep terhadap kinerja Bupati Fauzi.

“Terlepas dari siapa pun orang yang -‘hidup’- bersama Bupati Sumenep saat ini, saya sangat suka atas langkah aktivis PC PMII Sumenep saat ini. Ini jenaka yang didasarkan fakta. Pemimpin harus siap dikritik. Dan aktivis itu memang kerjaan utamanya harus mengkritik. Berarti materi Paradigma Kritis Transformatif itu diamalkan,” begitu respon senior PMII melihat para kadernya bersikap kritis.

Senior itu memahami aktivis PMII: harus bersikap kritis transformatif.
Sikap itu memang konsumsi dasar bagi setiap mahasiswa yang bergabung di PMII. Sikapnya merupakan penjelmaan atas apa yang diyakininya.

Di PMII. Setiap anggota diperkenalkan Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Bahasa umumnya-NPD sebagai manhaj al fikr. Atau paradigma (cara pandang) anggota PMII. Yang ditanamkan setiap pengkaderan formal, seperti Mapaba, dan lain-lain.

“Wajar jika anggota PMII bersikap kritis. Yang tak wajar, sebaliknya,” sahut senior lainnya.

Saya belum mendengar obrolan senior HMI Sumenep untuk merespon para kadernya yang mulai kritis.

Maaf bukan mulai kritis. Emang sejak dulu para aktivis HMI dan PMII-biasa bersikap kritis. Hanya suara kritis para aktivis mahasiswa itu baru mulai terdengar. Setelah lama tersulam.

Sejak awal berdiri di Sumenep. HMI, PMII juga IMM. Termasuk GMNI. Sudah bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang melukai rakyat.

Kritisisme HMI dan PMII kali ini macam-macam. Ada kritik terhadap kebijakan Bupati. Juga kritik terhadap personality Achmad Fauzi Wongsojudo.

Personality Achmad Fauzi itu yang lagi trending di google. Termasuk topik bakal jadi calon pendamping Gubernur Khofifah di Pilgub 2024.

Pesan dari kritisisme HMI dan PMII itu seperti untuk melengkapi branding personality Achmad Fauzi.

Bagaimana menurut Anda?

KPU Bangkalan