Berita Utama

Isu Penculikan Anak Hoax? Ini Respon Dosen UTM & MUI Bangkalan

×

Isu Penculikan Anak Hoax? Ini Respon Dosen UTM & MUI Bangkalan

Sebarkan artikel ini
Isu Penculikan Anak Hoax? Ini Respon Dosen UTM & MUI Bangkalan
Penculikan Anak ilustrasi/google

Penculikan Anak ilustrasi/google
Penculikan Anak
ilustrasi/google
MataMaduraNews.com-BANGKALAN-Isu penculikan anak yang akhir-akhir ini merebak di kalangan masyarakat semakin membuat resah saja. Tak terkecuali para kaum ibu di Kabupaten Bangkalan. Suasana semakin mencekam akibat berita-berita hoax yang banyak muncul di media sosial akhir-akhir ini.

Tak sedikit orang menjadi korban akibat nada provokasi yang terdapat pada berita yang tidak bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya. Banyak kalangan yang menilai, situs-situs berita hoax melakukan itu hanya demi maraup pundi-pundi rupiah.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Dosen Fakultas Teknik Informatika (FT) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Hanifudin Sukri menilai, berita-berita yang menyebar di media sosial terutama facebook akhir-akhir ini banyak yang tidak jelas kebenarannya alias hoax. Menurutnya, saat ini telah banyak media online yang menghalalkan segala cara untuk meningkatkan rating.

“Ya orientasinya nanti pasti kepada keuntungan yang di dapat. Rata-rata mereka membuat berita hanya untuk menaikkan rating dan memancing pembaca,” ujarnya saat dikonfirmasi MataMaduraNews.com, Rabu (22/03).

Dijelaskannya, termasuk berita-berita yang memuat isu penculikan anak adalah media yang tidak jelas. Belum ada, lanjutnya, media yang sudah terbukti kredible yang membuat berita tentang isu penculikan anak. Tentu saja menurutnya situs-situs berita seperti itu akan menyesatkan.

“Saya belum menemukan situs berita yang sudah terbukti dan bisa di pertanggungjawabkan ada yang menulis berita penculikan anak,” imbuhnya.

Oleh karena itu ia menghimbau kepada masyarakat khususnya pengguna sosial untuk lebih cerdas dalam membaca berita. Terutama tentang berita penculikan anak. Dikatakannya, jangan mudah percaya dengan berita yang menyebar di media sosial. Karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa berita tersebut benar-benar asli atau malah hoax.

“Penyebaran informasi saat ini sudah tidak bisa dibendung termasuk berita Hoax ini, oleh karenanya satu-satunya cara masyarakat harus cerdas memilih media untuk dijadikan refrensi, jangan asal share,” tutur pria asal Kecamatan Tanah Merah Bangkalan ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan sangat sulit untuk membedakan media yang baik dengan media penyebar berita hoax. Menurutnya, belum ada cara yang bisa menilai apakah berita yang disampaikan oleh suatu media benar atau salah. Malah terkadang lanjutnya pihak pemerintah kesulitan untuk memilih media yang bisa dipercaya.

“Sulit mas untuk membedakan, ya masyarakat harus memilih media yang sudah terbukti terpercaya, banyak kan media-media online yang sudah besar,” pungkasnya.

Sementara itu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bangkalan KH. Ahmad Busro mengatakan dari sisi agama Islam berita Hoax atau palsu merupakan kejahatan yang luar biasa besar. Menurutnya berita hoax dikategorikan sebagai berita fitnah. Jadi, lanjutnya, bagi yang membuat atau yang ikutan menyebar berita hoax tanpa dicari tahu dulu kebenarannya merupakan dosa besar.

“Kan sudah jelas dalam kitab suci Al Quran bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan,” jelasnya saat dihubungi MataMaduraNews.com, Rabu (22/3/2017).

Dikatannya, berita-berita yang muncul di media sosial tentang penculikan anak kebanyakan adalah berita hoax yang sudah menyebar di media sosial bisa menyebabkan keresahan yang luar biasa di masyarakat. Dari hasil pengamatannya, keresahan masyarakat tersebut telah membuat tindakan main hakim sendiri terhadap orang yang dicurigai sebagai penculik anak.

“Banyak kan orang gila karena di curigai sebagai penculik anak kemudian di pukuli bereng-bareng padahal belum ada bukti. Nah itu akibat keresahan masyarakat akibat membaca berita Hoax. Tentu itu dosa besar,” imbuhnya.

Ia melanjutkan dalam agama islam ada konsep bahwa jika menemukan sebuah berita jangan langsung di telan mentah-mentah tapi harus di kroscek kebenarannya terlebih dahulu. Jika tidak lanjutnya masyarakat akan menjadi korban kejahatan berita fitnah alias Hoax.

“Itu ada dalilnya kalau ada kabar atau berita jangan langsung di ambil tapi harus di cari tau dulu kebenarannya baru disebarkan,” jelasnya.

Oleh karena itu ia sangan berharap kepada pemerintah kabupaten Bangkalan dan aparat penegak hukum yang ada di Bangkalan untuk segera mengambil tindakan menyikapi berita isu penculikan anak tersebut. Karena jika hal itu akan terus berlanjut dan akan semakin banyak memakan korban.

“Karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan maka para aparat penegak hukum harus menghukum para menyebar berita Hoax tersebut,” pungkasnya.

Agus, Mata Bangkalan

KPU Bangkalan