CatatanPolitik

Mas Sadad

×

Mas Sadad

Sebarkan artikel ini
Mas Sadad
Anwar Sadad saat konsolidasi dengan DPC Partai Gerindra Lumajang, Sabtu 22 Mei 2021.

matamaduranews.comMas Sadad. Dari dulu, saya biasa memanggil Anwar Sadad dengan sebutan itu.

Meski rada sungkan. Terpaksa saya abaikan untuk memanggil Pak Ketua.

Ternyata Mas Sadad lebih enjoy. Dari dulu memang tak berubah. Smart dan humble. Tak Formalis.

Padahal, Mas Sadad sudah menjabat Wakil Ketua DPRD Jawa Timur.

Kata guyonan teman, “Mas Sadad tergolong pejabat provinsi yang ke-7,” hehe.

Saya coba nanya ke teman-teman lama. Mereka juga idem menilai Mas Sadad.

“Tetap seperti dulu. Peduli dan tak lupa teman,” cerita Hasyim Asy’ari, staf Sekwan DPRD Kota Surabaya, yang juga teman lama Mas Sadad, waktu bincang santai Ramadlan kemarin di kantor PCNU Surabaya.

Sabtu pagi kemarin, 22 Mei 2021. Tanpa direncanakan saya mengikuti kegiatan Mas Sadad di Lumajang.

Mas Sadad bicara politik. Di kantor DPC Partai Gerindra Kabupaten Lumajang.

Pertemuan yang dikemas halal bi halal bersama pengurus DPC. Delapan anggota DPRD Fraksi Partai Gerindra Lumajang. Termasuk sayap organisasi partai dan simpatisan partai Gerindra.

Kehadiran Mas Sadad di tempat itu seperti oase. Mas Sadad memompa semangat para kader dan simpatian Partai Gerindra.

Kalau bicara politik. Mas Sadad selalu berpikir kemaslahatan untuk banyak orang. Tidak untuk diri sendiri.

“Berpolitik itu harus peduli kepada yang lemah,” begitu petuah yang selalu terngiang.

Kata Mas Sadad, “Berjuang di politik itu pilihan hidup. Berjuang untuk kemaslahatan banyak orang itu adalah cita-cita dari para pendiri bangsa,”.

Kata-kata itu disampaikan di depan puluhan pengurus, kader dan simpatisan DPC Partai Gerindra Lumajang.

Saat ini nama Mas Sadad kian meroket setelah ditunjuk sebagai Plt Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Timur.

Ada aura baru yang terpancar dari pribadi Mas Sadad. Kosa kata yang terucap memang tak beda sejak jadi mahasiswa.

Aktivitas di Lumajang, Sabtu itu. Menunjukkan Mas Sadad orang ber-kelas. Punya jaringan luas. Pergaulannya heterogen.

Sekitar 30 menit memberi sambutan.  Meninggalkan semangat juang berpartai.

Bagaimana partai bisa dicintai masyarakat Lumajang. Pesannya, jika berpartai jangan membebani rakyat.

Partai harus menjadi solusi berbagai persoalan yang dihadapi rakyat. Kata Mas Sadad, beban rakyat harus dipikul oleh pengurus partai dari segala tingkatan.

Pengurus partai dan anggota DPRD harus menjadi cerminan partai. Segala tingkah laku dan keputusan yang diambil akan dilihat oleh rakyat.

Kata-kata Mas Sadad seperti cambuk. Pidato politik Mas Sadad saya lihat tak lazim diungkap dari seorang ketua partai politik.

Tapi di hari itu. Kata-katanya menancap. Meski disampaikan dengan diksi yang satir.

Menurut Mas Sadad, orang berpartai politik itu, sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sehingga dalam berpolitik akan menjadi pilihan alat perjuangan. Kepentingan orang lain menjadi tujuan utama. Melebihi kepentingan diri sendiri.

Saya melihat pemikiran Mas Sadad sudah out the box. Keluar dari hal yang lazim dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka yang hadir dibuat bedecak kagum. Bunda Indah Amperawati, Ketua DPC Gerindra Lumajang yang kini menjabat Wabup Lumajang menyaksikan petuah politik Mas Sadad.

Bunda Indah yang duduk di sebelah Mas Sadad. Seringkali tersenyum dan manggut-manggut.

Selesai dari kantor DPC Gerindra Lumajang. Saya terus mengikuti Mas Sadad.

Bertemu dengan teman lama Mas Sadad. Eko Wahyudi, namanya. Beliau anggota DPRD Kabupaten Lumajang tiga periode. Dia bukan politisi murni. Background-nya sebenarnya seorang pengusaha. Memiliki usaha BPR di banyak tempat di Lumajang. Kini dia bergelut di bisnis pakan ternak.

Di Gazebo rumah Pak Eko. Saya dan Mas Sadad bersantai. Ngopi dan menikmati beberapa batang rokok.

Mas Sadad bernostalgia hal-hal yang berbau romantisme sejarah lampau. Mas Sadad tak berbicara sedikit pun tentang politik. Keduanya berbicara tentang persahabatan dan romantisme sejarah yang pernah dilalui.

Beberapa jam kemudian. Saya diajak bergeser ke rumah Gus Zulkifli. Masyarakat Lumajang memanggilnya Gus Bagong.

Nama Gus Bagong cukup populer karena beliau dari keluarga besar Pondok Pesantren Syarifuddin, Wonorejo, Lumajang.

Sang pengasuh memiliki pengaruh besar karena memiliki ribuan santri. Di ponpes itu, tersedia lembaga pendidikan mulai TK/PAUD hingga pendidikan tinggi.

Di tempat Gus Bagong. Mas Sadad juga tak bicara politik praktis.

Mereka berdua bicara persoalan lingkungan di Lumajang. Teruatama dunia tambang pasir yang menjadi atensi banyak orang Lumajang.

Sekitar satu jam di rumah Gus Bagong menjadi tidak terasa.

Tapi waktu terus berputar. Bergeser sedikit di luar Kota Lumajang. Yaitu di Pondok Pesantren Darun Najah, Petahunan Sumbersuko.

Di tempat itu, Mas Sadad menemui yunior-nya-salah satu kader PMII di UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Namanya, Mas Labibul Wildan, cucu alm KH Chotin Umar, tokoh berpengaruh dan karismatik dari Sumber Wringin, Jember.

Gus Wildan kini jadi menantu KH Khozin Barizi, pengasuh Pondok Pesantren Darun Najah, Lumajang.

Tanpa disangka. Pertemuan dengan di rumah Gus Wildan itu sekaligus untuk bertemu tokoh muda yang sedang hut, yaitu Gus Zainil Ghulam, Ketua PCNU Kencong Jember.

Gus Ghulam ternyata sudah ikut menunggu kehadiran Mas Sadad di kediaman Gus Wildan.

Saya melihat keakraban di antara mereka berdua. Keakraban Mas Sadad dan Gus Ghulam begitu cair. Tak terkesan ada jarak.

Keduanya terajut hubungan yang begitu akrab. Bukan hubungan politik.

Keduanya tersambung sesama kader muda NU, dan berdarah pesantren di Pasuruan. Ibu Gus Ghulam berasal dari Ponpes Besuk, sedangkan Ibu Mas Sadad berasal dari Sidogiri.

Ini yang membuat saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Mas Sadad adalah sosok yang bisa bergaul dengan semua jenis orang.

Dari sehari itu, saya melihat pribadi Mas Sadad melekat tiga sosok. Santri, Politisi dan Akademisi.

Pagi tadi saya melihat sosok sebagai motivator dan orator politik. Siang sampai sore ini saya melihatnya sebagai pribadi yang bersahabat, fasih berdiskusi tentang ekonomi, problematika sosial, dan joke-joke ala pesantren.

Mas Sadad mengupload aktivitas seharian di Lumajang itu di akun IG-nya @ansadad. Dia menulis di ujung postingannya: What a day!

sumber: rmoljatim.id

KPU Bangkalan