Politik

Nyi Eva apa Miskun Legiyono?

×

Nyi Eva apa Miskun Legiyono?

Sebarkan artikel ini

Catatan: Hambali Rasidi

Isu PILKADA Sumenep
Wacana pasangan incumbent di 2024.

ANDA pasti menjawab beda. Jika ditanya, siapa pilihan incumbent Bupati Fauzi untuk dipilih sebagai wakilnya di Pilkada 2024, nanti?

Bagi para pendukung Nyi Eva, tentu sewot. Jika Bupati Fauzi dipasang-pasangkan selain idolanya untuk maju kembali di periode kedua.

Sikap pendukung Nyi Eva itu natural. Hal yang lumrah jika idolanya dikonotasikan macam-macam. Apalagi, saat ini masih berlangsung pasangan hasil Pilkada 2020 lalu.

Beda lagi pada kelompok pendukung lain. Seperti, kelompok A, kelompok C dan kelompok lainnya-selain barisan Nyi Eva-tentu.

Mereka menginginkan pasangan Bupati Fauzi selain Nyi Eva untuk Pilkada Sumenep 2024.

Kenapa?

Bagi para pendukung Bupati Fauzi yang punya selera. Mereka mengerti dan merasakan pahit getirnya sebuah perjuangan di Pilkada 2020 lalu.

Mereka juga mengerti manisnya kekuasaan.

Mereka punya alasan panjang. Alasan itu diolah berdasar berbagai tahapan. Hingga menjadi kesimpulan.

Lebih rinci alasan itu, anda sendiri menjelaskan, kenapa mereka menginginkan pasangan Bupati Fauzi selain Nyi Eva.

Apakah hasrat mereka diamini oleh Bupati Fauzi. Atau diingini oleh MH Said Abdullah, paman Fauzi?

Tulisan ini tak mengutip pernyataan siapa-siapa. Tulisan ini hanya menangkap aspirasi dari kelompok-kelompok pendukungan Fauzi-Eva.

Saya melihat dari aspirasi kelompok-kelompok itu. Yang bersifat fenomena.

Dari kacamata fenomenologi. Yang dicetuskan oleh Edmund Husserl- pencetus filsafat fenomenologi. Mereka mengalami apa yang dirasakan sebagai pendukung. Lalu diungkap lewat kata-kata, berupa wacana di warung-warun kopi.

Sikap para pendukung itu-menurut Husserl-bagian dari apa yang terjadi pada alam sadarnya.

Fakta yang dilihat panca indera, diolah dalam alam pikirnya. Lalu terbentuk sebuah kesadaran. Kemudian diungkap dalam kata-kata.

Itu kenapa Edmund Husserl-pencetak filsafat fenomenologi-menganggap kesadaran seseorang bersifat transcendental. Karena menyatukan fakta empiris dan rasio hingga membentuk pengetahuan baru dari apa yang diketahui.

Dalam perkembangannya, teori Husserl ini dijadikan studi kesadaran (study of consciousness) oleh cendekiawan.

Melahirkan beberapa metode ilmiah yang bisa diterapkan dalam melakukan studi pengalaman sadar.

Sehingga, para peneliti bisa mendeskripsikan atau menginterpretasikan untuk dihubungkan kepada konteks yang relevan.

Nah…

Saya anggap. Aspirasi para pendukung itu merupakan sebuah fenomenologi. Gejolak yang bersifat fakta. Bukan lagi opini apalagi khayalan.

Dasar fenomena para pendukung, seperti diulas di atas. Yaitu, selera berbeda. Selera itu juga mengantarkan kesadaran subjektif.

“Anda merasakan manisnya gula. Berarti selera anda masih normal,” begitu tamsilnya.

So…selera pendukung Nyi Eva dan pendukung Bupati Fauzi masih normal. Juga merasa manis bila mencicipi gula.

Apa kaitan dengan Miskun Legiyono?

Nah ini bagian dari aspirasi salah satu kelompok yang masuk barisan pendukung Bupati Fauzi di Pilkada 2020 lalu.

Rupanya, kelompok barisan Miskun Legiyono juga punya selera. Mereka punya dalil baru. Begini bunyinya: Daripada terus mendukung. Sekalian ada utusan untuk didukung.

Rupanya mereka-kelompok Miskun Legiyono-baru tersadar. Dukungan setiap even Pilkada bersifat dorongan. Bukan utusan.

Nah. Ijtihad Politik AKD itu, kini menyatukan niat. Membulatkan aspirasi untuk mengutus Miskun Legiyono agar menjadi pasangan Bupati Fauzi di Pilkada 2024.

Menurut Anda, Nyi Eva apa Miskun Legiyono pasangan Bupati Fauzi di 2024 nanti?

Atau ada sosok lain, seperti Bu Fitri, Sukirno, Hairul Anwar, Kiai Fikri, dan lain-lain-sebagai pasangannya?

Silahkan berwacana. Asal jangan sewot.

Toh ini masih wacana politik. Jangan ambil hati.

Hehe

Ok?

KPU Bangkalan