Religi

Ada Tempat Spesial Bagi Al-Quran; Inilah Kehidupan Ponpes Bustanul Huffadz ASSA’IDIYAH Sampang

×

Ada Tempat Spesial Bagi Al-Quran; Inilah Kehidupan Ponpes Bustanul Huffadz ASSA’IDIYAH Sampang

Sebarkan artikel ini
Ada Tempat Spesial Bagi Al-Quran; Inilah Kehidupan Ponpes Bustanul Huffadz ASSA’IDIYAH Sampang

Dalam kisaran 200 meter ke sebelah utara dari monumen Trunojoyo Sampang, sebuah pusat belajar ratusan anak muda pecinta dan penghafal al-Qur’an berdiri. Melewati gang kecil dengan bangunan mirip rumah toko, sepintas awal memang tidak menampakkan adanya sebuah pondok pesantren. Sekilas, malah terlihat mirip rumah masyarakat umum.

MataMaduraNews.com-SAMPANG-Ketika masuk ke dalam, kurang lebih 20 meter di sebelah barat jalan, terlihat ratusan santri sedang menyibukkan diri dengan segala aktivitasnya. Di situlah Pondok pesantren Bustanul Huffadz “Assa’idiyah” yang berada di lokasi Jalan K H Hasyim Asy’ari Nomor 42 Sampang ini berdiri kokoh sejak puluhan tahun silam.

Pondok pesantren ini dipimpin oleh K H Aunur Rofiq Mansur sebagai generasi ketiga atau generasi sekarang. Beliau menggantikan ayahnya, K H Mansur Sa’id yang wafat pada tanggal 10 Januari 2012 Masehi (12 Shafar 1433 Hijriah), pengasuh generasi kedua.
Sesuai dengan namanya Bustanul Huffadz atau yang bisa diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai tempat para penghafal al-Qur’an memang memprioritaskan program kepada santrinya agar menjadi generasi muda penghafal dan pecinta al-Qur’an.
Menurut Kiai Aunur, sebelumnya nama pondok pesantren ini adalah Bustanul Huffadz saja. Lalu ditambah kata “Assa’idiyah”, mengambil nama dari pendiri ponpes. ”Dari kata Sa’id, pendiri sekaligus pengasuh pertama,” jelasnya kepada Mata Madura.

Sejarah dari pondok pesantren ini menyatakan bahwa misi utamanya adalah mencetak generasi yang hafidzul Qur’an. Ini dilatar belakangi oleh keinginan masyarakat Sampang yang waktu itu berharap adanya pesantren yang khusus mengajarkan tentang al-Qur’an.
Ponpes ini didirikan oleh R K H Mohammad Sa’id Ismail. Beliau lahir dan besar di Saudi Arabia. Ayahnya, Kiai Isma’il, berasal dari Sampang dan dimungkinkan menjadi cikal-bakal keluarga Mandurah di tanah Arab.

Kiai Isma’il diriwayatkan sudah hafal Qur’an di usia 10 tahun. Umur 15 tahun beliau pulang ke Madura atas perintah sang ayah agar mengamalkan ilmunya di Madura, khususnya di Sampang. Di kota Bahari itu beliau merintis pondok pesantren tahfidz.
Kiai Isma’il memulai pelajaran dari para kerabat dekat dan masyarakat sekitar di kampung Kauman (sebelah barat Masjid Agung Sampang). Berkat kegigihan, ketekunan, dan kesabarannya dalam menerapkan ilmu tahfidzul al-Qur’an serta dengan pola pendidikan yang sederhana kepada para santrinya, menjadikan pesantren yang dirintisnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Sampang.
Karena santri bertambah banyak akhirnya beliau membeli sebidang tanah yang menjadi lokasi ponpes saat ini. Di usia 54 tahun, tepatnya pada tahun 1954 Masehi, Kiai Isma’il berpulang ke rahmatullah.

Dari tahun berdirinya, pondok pesantren ini sudah hampir berusia satu abad. Hingga kini sudah tidak terhitung lagi sudah berapa banyak para penghafal al-Qur’an yang telah mendedikasikan dirinya untuk belajar dan menjadi generasi Islam yang cinta dan hafal al-Qur’an.
”Dulu pada masa awal berdirinya pondok pesantren ini hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan lainnya,” kata Kiai Aunur, pekan lalu.

Asal-mula adanya santri perempuan berawal dari beberapa perempuan muda yang ngabula (mengabdi) pada kiai. Mereka bertugas membantu keperluan rumah tangga pengasuh. Hingga di masa Kiai Mansur Sa’id, beliau menyuruh para khadamah itu ikut juga menghafal al-Qur’an. Sehingga lantas mereka menjadi pelopor adanya santri perempuan di pondok tersebut.
Menurut Kiai Aunur Rofiq Mansur, pondok pesantren Bustanul Huffadz “Assa’idiyah” bisa dikata termasuk salah satu ponpes tertua yang memprioritaskan program menghafal al-Qur’an di Jawa Timur. ”Bahkan bisa jadi di Indonesia,” katanya.

Bustanul Huffadz “Assa’idiyah” bisa dikatakan pondok pesantren satu-satunya di Sampang yang memang khusus memprioritaskan menghafal al-Qur’an sebagai misi utamanya. Sebagai motivasi kepada santri dalam menghafal al-Qur’an, pihak pengurus pondok pesantren memilih para santri terbaik untuk mengikuti ajang lomba hafalan al-Qur’an baik di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan salah satu santri Bustanul Huffadz “Assa’idiyah” pernah masuk 10 besar Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) di Mekkah pada tahun 1991.
Demi menjaga kesungguhan para santri dalam menghafal Qur’an, pihak mengurus yang juga merupakan alumni dari pondok pesantren ini mewajibkan para santri setiap hari menyetor hasil hafalannya.
”Ini dimaksudkan agar kami tahu keseriusan para santri dalam menghafal,” ungkap ustadz Sofyan, sekretaris pengurus Ponpes Bustanul Huffadz “Assa’idiyah”.
Ustadz muda yang sudah punya dua anak ini menambahkan bahwasanya salah satu syarat menjadi pengurus selain sebagai alumni juga harus sudah menghafal al-Qur’an. Karena itu bisa jadi salah satu syarat wajib sebagai pengurus.”Semua pengurus di pondok pesantren ini semuanya sudah hafal Qur’an 30 juz,” bebernya.

Ada agenda rutin pondok pesantren ini dalam durasi dua tahun sekali, yaitu melakukan acara wisuda bagi para santri yang telah hafal al-Qur’an. Hal ini dilakukan karena sebagai langkah apresiasi kepada para santri yang telah berjuang menghafal.
Setiap tahun ada penambahan jumlah santri yang masuk, sehingga pihak pondok pesantren membangun gedung baru di daerah perbukitan Setinggil yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pesantren induk. ”Di situ juga ada pendidikan formal seperti madrasah agar para santri dalam proses pembelajaran lebih terarah dan berjenjang,” imbuh Sofyan.

Sementara Kiai Aunur Rofiq Mansur kepada Mata Madura menaruh harapan agar para santri yang sedang belajar ilmu dan menghafal al-Qur’an bisa serius belajar, dan senantiasa menjaga hafalan al-Qur’annya. Beliau juga mengingatkan kepada para santri agar al-Quran diberi tempat yang khusus di jiwa dengan cara dilayani dan dihormati.

”Di mana pun mereka berada. Lebih khususnya di pondok pesantren ini agar senantiasa hidupnya bersama al-Qur’an. Memberi al-Qur’an tempat yang spesial. Dengan begitu insya Allah mereka akan menjadi hamba yang paripurna di hadapan Allah,” tutupnya.

Azis, Mata Sampang

KPU Bangkalan