Ekonomi

Pedagang Terdampak Kebakaran Pasar Anom Akui Kehadiran BPRS Sangat Membantu Keberlangsungan Usahanya

×

Pedagang Terdampak Kebakaran Pasar Anom Akui Kehadiran BPRS Sangat Membantu Keberlangsungan Usahanya

Sebarkan artikel ini
Anwar, Ketua Peguyuban Pedagang di Pasar Anom Baru Sumenep ketika ditemui di depan kios tempat dia berjualan
Anwar, Ketua Peguyuban Pedagang di Pasar Anom Baru Sumenep ketika ditemui di depan kios tempat dia berjualan. (Foto Rusydiyono/Mata Madura)

matamaduranews.comSUMENEP-Kehadiran BPRS Bhakti Sumekar dalam pengelolaan Pasar Anom Baru Sumenep pasca kebakaran pada tahun 2007, dinilai banyak membantu para pedagang, khususnya pedagang terdampak.

Bank yang dipimpin Novi Sujatmiko itu hadir tak lain untuk membantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, memaksimalkan pengelolaan Pasar Anom Baru Blok A.

Kendati demikian, peran aktif BPRS Bhakti Sumekar tersebut rupanya masih mendapat kritikan dari sejumlah gabungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Sumenep.

Gabungan LSM ini melakukan aksi demonstrasi ke Kantor BPRS Bhakti Sumekar, Kamis (20/06/2019). Salah satu yang disoal Korlap aksi waktu itu mengenai mekanisme pengelolaan Pasar Anom Baru.

“Harusnya bukan menguasai, bukan dibeli, tapi dikerjasamakan. BPRS ini tidak punya core bisnis dalam pengelolaan pasar. Maka ini menjadi tanda tanya kami,” ucap Bagus Junaidi selaku Korlap aksi.

Merespon aksi tersebut, Novi Sujatmiko selaku Direktur Utama BPRS Bhakti Sumekar mengajak para demonstran duduk bersama di ruang pertemuan di kantor BPRS guna dialog.

Waktu itu, Novi menjelaskan bahwa kepemilikan mayoritas Pasar Anom Baru Sumenep di Blok A oleh BPRS Bhakti Sumekar yang mencapai 90 persen, telah melalui kajian secara mendalam, termasuk meminta masukan pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang itu.

“Ketika kontrak pembelian itu dilakukan, sejumlah langkah pun dilakukan, baik mereview terkait ketentuan-ketentuan. Kita minta masukan kepada mereka yang ahli di bidangnya, khususnya biro hukum dan yang ahli perbankan,” paparnya.

Novi menegaskan, satu hal penting yang perlu diketahui masyarakat, khususnya para demonstran. Bahwa pada prosesnya, setelah PT Maje menyerahkan hasil pekerjaannya kepada pemerintah daerah, pengelolaan Pasar Anom Blok A bukan BPRS Bhakti Sumekar, akan tetapi dikelola koperasi.

“Koperasi ini hadir setelah semua bangunannya selesai, karena kami sudah memiliki 90 persen. Sementara pihak PT Maje sendiri sudah menyerahkan kepada Pemkab, karena sudah terjual 90 persen itu. Jadi, saat ini pasar baru blok A sudah dalam kendali pengelolaan Koperasi Sumekar Sejahtera,” tegasnya.

Para demonstran diajak diskusi oleh Dirut BPRS Bhakti Sumekar, Novi Sujatmiko di ruang Rapat BPRS
Para demonstran diajak diskusi oleh Dirut BPRS Bhakti Sumekar, Novi Sujatmiko di ruang Rapat BPRS. (Foto Rusydiyono/Mata Madura)

Novi menambahkan, kehadiran BPRS dalam hal ini, karena jika dilekola oleh investor secara utuh, maka diyakini para pedagang terdampak kebakaran yang mencapai 212 orang tidak akan mampu membeli secara langsung, baik toko, stan, maupun kios di Blok A di area Pasar Anom tersebut.

Itulah sebabnya, BPRS selaku BUMD diminta hadir membantu meringankan beban eks pedagang, karena 212 korban terdampak kebakaran dipastikan tidak memiliki dana cash untuk membeli langsung kepada investor.

“Jadi pendekatan kita disesuaikan dengan kemampuan mereka, yang sekiranya tidak membebani mereka. Mereka ini ngangsur selama 15 tahun dengan harga terjangkau, pun bunga yang sangat kecil. Kita murni hanya ingin membantu, yang kita beli pun hanya 212 toko, stan dan kios di lantai 1,” aku Novi dengan nada serius.

Rupanya, kehadiran BPRS yang dianggap membantu pedagang terdampak kebakaran bukan hanya klaim sepihak. Sebab, hal itu diakui salah seorang pedagang bahwa mereka sangat terbantu. Terutama soal angsuran bulanan yang cukup ringan dengan bunga rendah yang harus mereka bayar sebagai pembeli toko, stan maupun kios di Blok A.

“Kita cukup terbantulah dengan hadirnya BPRS ini. Harga toko kan awalnya Rp 160 juta, dapat potongan 25 persen, sehingga harga per unit Rp 120 juta, kita cicil selama 15 tahun, perbulan kita bayar sekitar Rp 900-an, tidak sampai Rp 1 juta. Untuk harga stan dan kios sendiri lebih murah lagi,” tutur Anwar, ketika ditemui di depan kios tempatnya berjualan.

Menurut Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Anom itu, untuk beban bunga bank sendiri, bunga di BPRS ringan. Khusus korban terdampak kebakaran hanya 0,2 setengah persen perbulan.

“Alhamdulillah kita sangat terbantu dengan bunga ringan dari BPRS, hanya 0,2 setengah persen per bulan, atau 3 persen dalam 1 tahunnya, itupun tanpa DP. Kalau kita pinjam ke bank lain bunga rata-rata 7 sampai 12 persen,” cerita dia.

Bahkan, pria berjenggot yang menjual barang pecah belah tersebut sempat membandingkan murahnya harga unit toko, stan maupun kios di Pasar Anom Baru dengan yang ada di Pasar Bangkal.

“Kalau dibanding dengan harga kios di Pasar Bangkal, di sini jauh lebih murah. Kalau di sana informasinya selain harganya mahal, ada DP dan biaya registrasi pula,” Anwar memungkasi cerita keringanan yang diberikan BPRS kepada pedagang terdampak kebakaran.

Rusydiyono, Mata Madura

KPU Bangkalan