Berita UtamaHukum dan Kriminal

Cerita Pembunuhan Berlatar Perselingkuhan, Baru Terungkap 2 Tahun Berikutnya

×

Cerita Pembunuhan Berlatar Perselingkuhan, Baru Terungkap 2 Tahun Berikutnya

Sebarkan artikel ini
Korban Pembunuhan
Kerangka korban pembunuhan 2 tahun lalu yang dicor dalam kamar di Blitar

matamaduranews.com– Penemuan kerangka manusia di satu kamar sebuah rumah di Blitar, Jawa Timur, punya cerita pembunuhan berlatar perselingkuhan.

Djono W Oesman menulis panjang cerita pembunuhan berlatar

perselingkuhan yang baru terungkap 2 tahun berikutnya.

Polisi Blitar membongkar  gundukan cor yang ada kerangka manusia dalam posisi meringkuk pada Selasa 21 November 2023.

Berikut tulisan lengkapnya Djono W Oesman yang dikutip dari hariandisway.id.

Akhir Rumah Tangga Harmonis
Oleh: Djono W. Oesman

Cerita dari keluarga Suprio Handono, 30, tersangka pembunuh istri, Fitriana, 22, memperjelas perkara. Tak ada saksi pembunuhan, lalu korban dicor di lantai kamar rumah di Blitar, Jatim, itu. Faktanya, Fitriana hilang sejak dua tahun lalu dan ada cerita berikut ini.

PENCERITANYA Subagyo, 53, kakak ipar Suprio. Subagyo adalah suami Arif Indarsah, 48, kakak Suprio. Indarsah adalah anak sulung dari delapan bersaudara. Sedangkan Suprio anak bungsu.

Keluarga Subagyo dan Indarsah tinggal persis di sebelah rumah lokasi penemuan kerangka perempuan yang dicor di lantai kamar itu. Di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Jadi, Subagyo dan istri paling tahu tentang kehidupan Suprio dan istri, almarhumah Fitriana.

Subagyo kepada wartawan Jumat, 24 November 2023, menceritakan lika-liku rumah tangga Suprio dan Fitriani. Tentu, ketika penemuan kerangka itu, Selasa, 21 November 2023, Subagyo diam membisu walau ia yakin bahwa itu kerangka Fitriana. Ia tak mungkin bicara karena Suprio adalah adik kandung istri Subagyo.

Suprio ditangkap polisi Kamis, 23 November 2023. Lalu, ditetapkan sebagai tersangka Jumat, ditahan di Polres Blitar. Suprio mengaku ke polisi, membunuh istri pada 2021 dan mengecornyi.

Setelah itu, Subagyo (pasti sudah seizin istri) bercerita ke wartawan.

Subagyo: Saya sebagai kakak ipar, mewakili keluarga Suprio Handono, menyerahkan kasus ini kepada hukum yang mengadili. Saya sudah dengar Suprio jadi tersangka. Tidak kaget. Karena sudah curiga, sejak ditemukan kerangka manusia di kamar rumah itu.

Cerita Subagyo detail dan unik. Bisa menjadi bahan pelajaran bagi masyarakat supaya terhindar dari pembunuhan, sebagai calon pelaku ataupun korban. Ceritanya begini.

Suprio dibesarkan di rumah TKP penemuan kerangka itu. Rumah tersebut milik ayah Suprio. Saat Suprio beranjak dewasa, ayahnya meninggal. Lalu, Suprio merantau cari kerja ke Konawe, Sulawesi Tenggara.

Subagyo: Suprio pulang ke sini 2016. Sudah bawa istri, Fitriana. Mereka menikah di sana (Konawe), menikah siri. Sebab, saat mereka nikah (2015), usia Fitriana masih 14, usia Suprio 22. Mereka pulang ke rumah itu, sudah punya bayi baru lahir, laki-laki.

Saat pulang ke Blitar, Suprio dan istri merawat ibunda Suprio yang sudah tua, kemudian sakit. Sampai ibunda meninggal.

Subagyo: Suprio dan istri rukun. Kelihatan, mereka saling cinta. Mereka berdua merawat ibu mertua saya (ibunda Suprio) dengan rajin dan ikhlas. Sampai lahir lagi anak kedua, laki-laki lagi. Sekarang usia 4 tahun.

Sebelum meninggal, ibunda mewariskan rumah itu kepada Suprio yang merawat ibunda. Tujuh saudara Suprio ikhlas atas putusan rumah warisan tersebut. Termasuk Indarsah (anak sulung, istri Subagyo).

Subagyo bekerja sebagai tukang bangunan. Sudah lama punya rumah yang bersebelahan dengan rumah warisan tersebut.

Pekerjaan Suprio ganti-ganti. Pernah jadi petani. Lalu, merasa gagal. Ganti, membikin tempe, berdua bersama Fitriana. Gagal juga. Kemudian, Suprio beternak ayam. Gagal lagi, ayamnya mati.

Pada 2021. Suprio mengontrak warung di desa tetangga, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Blitar. Suprio bersama Fitri membuka warung kopi di sana. Tapi, malamnya mereka tetap pulang ke rumah. Waktu itu Covid sudah setahun lebih, cerita Subagyo.

Di situla awal tragedi. Awal dari munculnya api amarah.

Fitri didekati pria pengunjung warung. Pria itu tahu, Fitri sudah bersuami. Wong Suprio dan Fitri menunggu warung berdua. Namun, pria itu (identitasnya tak disebut Subagyo) tetap mendekati Fitri secara sembunyi-sembunyi. Pria itu, kata Subagyo, asal Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Berjarak sekitar 42 kilometer dari Blitar.
Mulanya Fitri menolak. Terus menolak. Tapi, tak bisa menghindar. Sebab, dia jaga warung. Si pria terus merayu Fitri. Akhirnya.

Subagyo: Suatu hari saya diajak Suprio bersama istri menuju satu tempat. Dalam perjalanan, Suprio bilang, istrinya selingkuh. Sudah ketahuan. Suprio mengaku ikhlas. Sekarang kita temui selingkuhan Fitri untuk sekalian menyerahkan Fitri kepada pria itu.

Pastinya, Subagyo kaget. Juga sedih. Di tengah jalan (menuju suatu tempat), Subagyo berusaha mencegah rencana Suprio itu. Ia sarankan mereka damai. Kembali rukun. Usaha Subagyo gagal. Suprio terlalu marah.

Subagyo: Akhirnya, saya menyaksikan penyerahan Fitri kepada pria selingkuhan itu. Mereka berdua (Fitri dan pria) memang mau. Saya diminta Suprio jadi saksi. Waktu itu 2021, masih pandemi. Ya sudah Sejak itu Fitri tidak pulang lagi. Ikut pria itu.

Mengapa Fitri tidak dikembalikan ke orang tua, sebagaimana adat?

Subagyo: Saya tidak tahu. Itu keputusan Suprio. Mungkin karena Konawe (tempat tinggal ortu Fitri) jauh. Dan, ia sudah terlalu emosi. Lalu, pilih gampangnya.

Sejak itu, Suprio kerepotan mengurus dua anak lelaki tersebut. Dua anak itu sangat rewel sejak ditinggal ibunda. Maka, Subagyo dan istri bantu mengasuh. Toh, mereka tinggal bersebelahan.

Suprio tidak melanjutkan usaha warung kopi lagi. Mungkin, di warung itulah ada memori pahit. Kegiatan Suprio tidak jelas. Tapi, ia selalu keluar rumah, berusaha cari kerjaan.

Fitri ternyata masih kembali. Kadang-kadang. Sembunyi-sembunyi. Kalau Suprio tidak di rumah. Fitri menemui dua anak yang diasuh keluarga Subagyo. Betapa pun, dia adalah ibu mereka.

Subagyo: Istri saya cerita ke saya, Fitri kadang nemui anak-anak. Ya, dibolehkan. Wong itu anak dia. Tapi, saya enggak tahu karena kerja bangunan, seringnya di luar kota.

Pecahnya keluarga Suprio itu juga diketahui para tetangga. Tetangga selalu bertanya ke Suprio keberadaan Fitri. Dijawab Suprio: Dia sudah kabur sama selingkuhan.

Tetangga juga tahu, kadang Fitri menemui anaknyi dengan sembunyi-sembunyi. Fitri mengintip dulu dari kejauhan. Ketika Suprio meninggalkan rumah, Fitri langsung menuju rumah Subagyo, menemui dua anak itu.

Ketua RT setempat, Sunaryo, kepada wartawan: Saya lihat Fitri datang sembunyi-sembunyi menemui dua bocah tersebut. Tapi, itu sekitar dua tahun lalu. Setelah itu, dia tak pernah kelihatan lagi.

Cerita Sunaryo itu klop dengan pengakuan tersangka Suprio ke penyidik. Ia membunuh istri pada 2021. Begitu pengakuan tersangka, ujar Kapolres Blitar Kota AKBP Danang Setiyo ke pers.

Polisi belum bicara banyak. Mereka masih proses menyidik perkara itu.

Awal September 2023 Suprio menjual rumah warisan itu kepada kakaknya, Domiratul Qusnah. Harga Rp 105 juta, ujar Subagyo.

Sugeng Riyadi, suami Domiratul Qusnah, atau kakak ipar Suprio, merenovasi rumah itu mulai dua pekan lalu. Pekerjaan dilakukan tukang, diawasi Sugeng. Saat itulah di kamar belakang ditemukan kerangka yang dicor di lantai.

Ortu Fitri di Kecamatan Konda, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, sudah diberi tahu polisi bahwa kondisi Fitri begitu. Sudah dimakamkan di Desa Bacem, Rabu, 22 November 2023. Kapolsek Konda Iptu Kartini S.J. kepada wartawan mengatakan, pihaknya menemui kakak kandung Fitri, menyampaikan kabar duka itu.

Iptu Kartini: Kami belum menyampaikan ke orang tua korban. Sebab, kondisi ayah yang bersangkutan sakit stroke dan jantung.

Seumpama benar itu mayat Fitri, dibunuh Suprio dua tahun silam, tidak bisa dibuktikan forensik. Sebab, DNA sudah rusak. Tapi, buktinya pengakuan tersangka dan Fitri memang hilang.

Dari kronologi di atas bisa direka, proses pembunuhan kira-kira begini.

Saat mengintai rumah untuk menemui anak, Fitri diketahui tersangka. Sebab, Fitri muncul tidak cuma sekali. Para tetangga tahu. Ketua RT setempat pun tahu. Tersiar.

Selanjutnya, tersangka pura-pura keluar rumah agar Fitri masuk rumah. Setelah Fitri masuk, tersangka masuk. Pembunuhan terjadi. Mayat korban dicor. Cuma, belum ada saksi yang mengetahui pembunuhan itu. Setidaknya, saat tersangka mengecor. Inilah akhir rumah tangga yang semula kelihatan harmonis. (*)

KPU Bangkalan