Budi Utomo
Setuju Pak Pry. Tuhan pun jangan-jangan sedang mentertawakan kita yang “sok tahuâ€. Wkwkwk. Terus terang Siti Jenar dan Gus Dur adalah salah dua dari sekian banyak tokoh yang mempengaruhi pola pikir saya. “Spektrum†saya (menunjuk kalimat Gus Dur) mungkin dianggap warna-warni. Tidak hitam putih dalam hal spiritual (baca: ranah pribadi seseorang dengan Tuhan). Wkwkwk. Bukan berarti saya tak punya pendirian yang fix. Saya punya. Tapi itu ranah pribadi. Daripada debat kusir ya lebih baik praktekkan prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang kita yakini baik dan bermanfaat bagi hidup kita sebagai makhluk sosial (selain makhluk individual). Debat kusir ini mengingatkan saya pada humor Gus Dur sbb. Ceritanya para pemuka berbagai agama sedang antri di depan pintu surga. Tiba-tiba ada seorang yang berjalan sempoyongan karena mabuk melewati antrian yang panjang itu dan langsung masuk surga tanpa mengantri. Sehingga ada yang bertanya pada malaikat penjaga pintu surga sambil protes tentunya. Siapa dia? Oh dia supir metromini yang baru saja tewas karena kecelakaan akibat mabuk minuman keras. Lha kok bisa masuk surga? Oh itu karena dia bisa membuat para penumpang dari berbagai agama berdoa khusyuk dan tulus kepada Tuhan sebelum metromini dijalankan. Mengalahkan ceramah dan khotbah Anda sekalian. Wkwkwk
Pryadi Satriana
Di bawah, Dabaik Kuy ‘eker-ekeran’ (berdebat) dg Budi Utomo ttg ‘hakikat tertinggi’, tentang ‘Tuhan’. Saya jadi teringat percakapan dg Pdt. Noch Moningka, awal th 1990-an, saat beliau menjadi registrar dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), di Malang. Kami ‘ngomong2 tentang Allah agak lama, sambil menyebutkan referensi buku2 theologi’, tiba2 Pdt. Noch Moningka berkata,”Dari tadi kita membicarakan Allah, ‘sok tahu’ tentang Allah, dan Allah di ‘atas’ sana jangan2 Allah sedang menertawakan kita.” Beliau merujuk ke Kitab Suci, “Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa” (Mazmur 2: 4). Kita memang ‘diajarkan’ (baca: diperintahkan) untuk melaksanakan firman Allah – yang adalah petunjukNya – dan bukan untuk ‘ngrasani’ (baca: membicarakan) Allah. “Nyuwun ngapunten nggih, Gusti”. Semoga semua umat berbahagia. Salam. Rahayu.
Leong putu
Cerbung Diam. ———————– Sore itu, niat saya mau pinjam Hp istri secara sembunyi² untuk melihat harga sebuah produk, di satu toko online terkemuka. Ting…ting… Terdengar suara notifikasi WA, disusul icon WA setelahnya. Tingak-tinguk sebentar, terpantau situasi aman. Istri lagi mandi. Biasaya lama. Saya buka, saya lihat dari Nora, penasaran saya buka. Lalu saya baca isi percakapan di dalamnya. Isinya sebagai berikut : Nora :” jeng…aku nanti malam main ke rumahmu ya…aku lagi suntuk nich…”. Istriku :”kok tumbenan jeng, main kok malam²?”. Nora :” iya jeng…ini lho… anu..biasa… Aku habis bertengkar, hebat. Si Mas sampai lempar² barang. Aku takut jeng…”. Istriku :” hmmmmmm…”. Nora :”kamu beruntung jeng…punya suami ganteng, baik hati dan sabar…”. Istriku :”hmmmm…ya ndak lah jeng… Aku ya kadang bertengkar, cuma suamiku kalau marahan seringnya diam jeng…”. Nora :”hmmm…enak kamu jeng…” Istriku :”..ya gak enak jeng… Boros sampo..kalau malam dingin jeng..”. Nora :”lhaaaa….kok ??????”. Istriku :”xixixixixi….iya jeng… Suamiku kalau lagi marahan, pasti diam…. Diam – diam minta jatah maksudnya….jadi basah deh…”. Nora :”$#@&®©£€¥…..”. …. …. –Tamat——