Oleh: Hambali Rasidi*
Agen travel lokal Sumenep selama ini bergerak secara organik. Mereka menggunakan kenalan person to person. Jika kenalan itu puas, baru memberi referensi ke orang lain jika hendak berwisata ke Sumenep.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Para agen travel lokal Sumenep itu belum dimanaj secara profesional. Sebenarnya, mereka memiliki potensi untuk bersikap profesional. Hanya saja, mereka memanfaatkan potensi seadanya.
Ada delapan agen travel lokal yang sempat di-publish Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Sumenep. Jumlah itu bisa bertambah dan berkurang. Kenapa? Bisa jadi, delapan agen travel itu yang baru terdeteksi. Dan bisa juga ada agen travel yang setor nama, tapi masih belum action.
Madura Vacation dan Jelajah Sumenep, salah satu agen travel lokal Sumenep yang bergerak lama sebelum gong Visit Sumenep digaungkan. Sejak empat tahun lalu, dua agen travel itu banyak mengantar para wisatawan Nusantara ke sejumlah objek wisata Sumenep.
Sayang, dua agen travel lokal itu nyaris tak tersentuh perhatian Pemkab. Padahal, konstribusi agen travel itu sangat konkret menggaet wisatawan ke Sumenep. Buktinya? Ahmad Fadil, owner agen travel Madura Vacation mengaku setiap bulan minimal dua kali bisa antar wisatawan Nusantara ke sejumlah objek wisata Sumenep.
BACA JUGA:
- Cara Sukseskan Visit Sumenep (1)
- Kemenpar Apresisasi Launching CoE Visit Sumenep 2018
- Wow, Sumenep Punya 39 Agenda Wisata di 2018. Ingat Jangan Dilewatkan
Bayangkan, jika delapan agen travel itu di-upgrade. Difasilitasi dan diberi peran untuk sukseskan Visit Sumenep, jumlah wisatawan pasti membeludak. Berapa rupiah yang berputar di Sumenep dengan jasa transportasi, tamu yang makan, bermalam dan beli oleh-oleh khas Sumenep?
Pertanyaan sekarang, adakah wisatawan datang tanpa agen travel? Saya pastikan ada. Mereka datang ke sejumlah objek wisata melalui kenalan atau keluarga di Sumenep. Mereka sekadarnya datang secara alami. Beda dengan perlakuan agen travel.
Apa perbedaannya? Agen travel itu bisa menggaet banyak wisatawan dan nawarkan banyak paket. Asalkan, Pemkab Sumenep melalui dinas terkait ajak para agen travel itu untuk urun rembuk, bagaimana setiap event Visit bisa dikunjungi banyak wisatawan. Jauh sebelum event akan digelar, panitia undang para agen travel. Dari event itulah awal menggaet wisatawan agar kesemsem untuk datang kembali ke Sumenep.
Faktanya? Eh…boro-boro libatkan agen travel lokal Sumenep. Undangan untuk nyaksikan setiap event nyaris luput perhatian. Ada apa sebenarnya dengan Visit Sumenep? Lalu “Visit Sumenep untuk siapa?,” teriak mahasiswa yang demo di halaman kantor Bupati Sumenep, beberapa hari lalu.
Mari egoisme itu hilangkan. Libatkan sejumlah stakeholder untuk menyukseskan visit. Media lokal dan nasional bertugas sebagai branding Visit. Para pelaku wisata dan agen travel tempatkan di garda terdepan untuk buat event yang sesuai dengan selera konsumen wisatawan. Pemkab Sumenep sebatas memfasilitasi dan mendorong terlaksananya event. Bukan, menggerakkan para PNS dan aparatur pemerintah untuk berbondong-bondong menghadiri setiap pagelaran event Visit. Lucu, kan? Emangnya event Visit itu sejenis peresmian, sehingga harus dihadiri ribuan PNS?
BACA JUGA:
- Kata Bupati Sumenep, Seni Ukir Karduluk Hanya Kalah Branding
- Wabup Fauzi: Batik on The Sea untuk Berdayakan Ekonomi Rakyat
Ayolah…hentikan kebiasaan lama, Asal Bapak Senang (ABS). Apa sih ruginya, jika para stakeholder wisata itu jadi yang terdepan dalam setiap pagelaran Visit. Padahal, 39 Event Visit itu sebagai gong pembuka kesuksesan Visit Sumenep.
Di Banyuwangi dan Jember, sejumlah event besar dikelola para Event Organizer (EO) profesional. Para EO berpikir sederhana. Bagaimana event yang dikelola bisa sukses dengan indikator pengunjung luar daerah banyak berdatangan. Sejumlah hotel terisi oleh pengunjung event. Sederhana kan mengukur kesuksesan sebuah event.
Mari kita bandingkan dengan dua event yang sudah dan akan terlaksana; Sumenep Mengukir dan Batik on The Sea. Apakah hotel-hotel di Sumenep penuh dengan pengunjung luar Sumenep untuk nyaksikan event itu? Jangan-jangan, hotel di Sumenep penuh diisi para sales.
Lalu, siapa yang salah? Para agen travel atau stakeholder wisata di Sumenep yang pasif. Atau sengaja ada grand desain untuk meninabobokan Bupati Sumenep agar tercitra sosok yang melukis di atas air? Waktu yang akan menjawab.
Bersambung…
* Jurnalis di Sumenep, Madura.